Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Wilianto Tanta: Lebih dari Pahlawan Nasional, Gus Dur Pahlawan Tionghoa Indonesia

Wilianto Tanta kenang Gus Dur memperjuangkan kesetaraan dan toleransi tanpa batas, layak jadi pahlawan

Editor: Ari Maryadi
Tribun Timur/Kompas
PAHLAWAN NASIONAL - Kolase Ketua Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Pusat, Wilianto Tanta dan Presiden keempat Indonesia Gus Dur. Bagi Wilianto Tanta, Gus Dur bukan hanya pahlawan nasional tetapi juga pahlawan warga Tionghoa Indonesia. 

Ringkasan Berita:
  • Paguyuban Marga Tinghoa sambut gelar Pahlawan Gus Dur
  • Bagi PSMTI, Gus Dur pahlawan warga Tioghoa Indonesia
  • Gus Dur berani cabut Inspres No 14 tahun 1967

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Ketua Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Pusat, Wilianto Tanta, menyebut penetapan KH Abdurrahman Wahid "Gus Dur" sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto, Senin (10/11/2025) adalah suara hati sebagian besar warga Tionghoa Indonesia.

"Lebih dari pahlawan nasional, Gus Dur itu pahlawan warga Tionghoa Indonesia," ujar Wilianto Tanta kepada wartawan Rabu (12/11/2025).

Dia menilai, keputusan Presiden Prabowo sangat tepat sebab.

Gus Dur dinilai memperjuangkan kesetaraan dan toleransi tanpa batas. 

"Kami di PSMTI  sangat berterima kasih,” kata Willi.

Di mata PSMTI, Gus Dur adalah Presiden yang berani mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967.

Aturan itu selama puluhan tahun membatasi ruang gerak budaya dan tradisi Tionghoa.

Keppres Nomor 6 Tahun 2000 adalah keputusan presiden yang mencabut Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.

Keputusan ini memberikan kebebasan kepada masyarakat Tionghoa untuk melaksanakan kegiatan keagamaan dan adat istiadat mereka tanpa memerlukan izin khusus, yang sebelumnya dilarang berdasarkan Inpres 14/1967. 

"Keppres Nomor 6 Tahun 2000, Gus Dur mengembalikan martabat yang sempat direnggut," kata Wilianto Tanta.

Gus Dur pula yang menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional — kebijakan sederhana, tetapi punya makna mendalam bagi jutaan keluarga.

Ia tidak sekadar menyampaikan ucapan terima kasih — tetapi mengenang sosok yang telah memberi banyak arti bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Bagi Wilianto, penetapan ini bukan sekadar seremoni negara.

Ia menyebutnya momen bersejarah, semacam pengingat bahwa kebaikan yang dikerjakan Gus Dur puluhan tahun lalu masih terus hidup dalam keseharian masyarakat.

Sosok Gus Dur memang lekat di hati banyak orang. 

“Langkah-langkah Gus Dur membuka babak baru. Semua warga negara kembali punya ruang yang sama. Pengakuan negara atas jasanya sekarang adalah bukti bahwa kebaikan tidak pernah sia-sia,” ujar Wilianto.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved