Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Penculikan Bilqis

Fakta Orang Rimba Jambi Penampung Bilqis: Antropolog Jelaskan Identitas Komunitas Adat

Robert menjelaskan Suku anak dalam sebutan umum mungkin dari tahun 1970-an untuk masyarakat adat di provinsi Jambi

Editor: Ari Maryadi
Tribun Jambi
PENCULIKAN ANAK - Antropolog KKI Warisi, Robert Aritonang jadi narasumber dalam Podcast bersama Tribun Jambi Selasa (11/11/2025). Podcast membahas tentang kelompok Orang Rimba (Suku Anak Dalam) di Mentawak, Kabupaten Merangin. 

NH tertangkap, tapi tanpa Bilqis.

Rupanya, NH sudah menjual Bilqis ke MA alias Mery (42) yang berada di Provinsi Jambi.

"Jadi dengan segala upaya kami langsung berangkat ke Jambi," ucapnya.

Tiba di Jambi, Nasrullah dan Supriyadi Gaffar, berkoordinasi dengan Polda Jambi.

Pelaku MA teridentifikasi berada di Kerinci.

"Perjalanan (ke Kerinci) itu kurang lebih 12 jam dari Jambi kota naik mobil," kata Supriyadi.

Tiba di Kerinci, Supriyadi dan timnya tidak menemukan Mery dan pacarnya AS.

Rupanya, pasangan sejoli ini sudah berada di Kabupaten Meranging.

Perjalanan darat pun bertambah 4 jam dari Kerinci ke Meranging.

"Di situ anggota sudah melakukan razia di jalan sambil mengidentifikasi tersangka. Tapi tidak ditemukan," ungkapnya.

Namun, upaya razia itu tidak membuahkan hasil. MA belum ditemukan.

"Pas ketemunya itu setelah shalat Jumat di rumah terduga pelaku dan diamankan 2 orang di situ (MA dan AS)," sebutnya.

MA dan pacarnya AS (36) yang sudah tertangkap. Tapi lagi-lagi, Bilqis belum ditemukan.

Pasalnya, Bilqis telah dijual MA dan AS ke penduduk perkampungan adat Kabupaten Meranging, dengan harga Rp60 juta.

Untuk menuju perkampungan adat itu, kata Supriyadi, harus melalui jalan yang dikelilingi kawasan hutan.

Dibantu polisi setempat, Supriyadi dan Nasrullah pun bertemu pemangku ada perkampungan itu.

"Kami memohon bahwa anak itu tidak sama dengan kalian. Kami ini dengan hati nurani dengan tugas kami emban kalau tidak pulang anak itu kami juga tinggal," ucap Supriyadi menggambar proses negosiasi.

"Jadi dibujuk-bujuk, berupaya lah mereka untuk menyerahkan," lanjutnya.

Beredar kabar, ada negosiasi berupa penyerahan sejumlah uang. Namun, Supriyadi membantah hal itu.

"Tidak ada (negosiasi uang). Karena itu terkait dengan nyawa orang. Jadi mereka juga punya hati nurani, kami memberikan pengertian bahwa posisikan diri anda bagaimana kalau anak anda diculik," ucapnya.

"Kalaupun ada anak-anak lain di dalam itu kan resmi ada orang tuanya yang menyerahkan sendiri untuk dirawat," ucapnya lagi.

Upaya negosiasi itu, lanjut Supriyadi sangatlah alot. Butuh dua malam satu hari agar Bilqis diserahkan ke polisi.

"Negosiasi, mulai dari malam, tembus pagi, terus malamnya lagi (Sabtu 8/11/2025)," kata Supriyadi.

Terlebih, kata Supriyadi, Bilqis sudah berbaur dan menganggap pengasuhnya di perkampungan itu, adalah keluarga sendiri.

"Karena memang hubungan emosional sudah terjalin antara mereka. Jadi waktu kami mau mengambil adik Bilqis itu, adik Bilqis sempat meronta karena menganggap itu bapaknya. Saking dekatnya," ungkap Supriyadi.

Supriyadi mengaku, tak kuasa menahan rasa harunya begitu Bilqis diserahkan oleh pemangku adat setempat.

Sebagai sosok ayah yang punya anak kecil, dirinya mengaku sangat terharu begitu menggendong Bilqis.

"Sedih lah, karena ini terkait anak-anak kami. Kami juga ini orang tua, meninggalkan anak itu bagaimana pikirannya kita," ucapnya.

Hal senada diungkapkan Kanit Reskrim Polsek Panakkukang Iptu Nasrullah, yang ikut dalam penjemputan Bilqis.

Alumnus Doktor Ilmu Hukum Unhas ini, mengaku perjuangan menjemput Bilqis, sangat lah dramatis.

"Kita koordinasi dengan ketua adat, ternyata di dalam sudah terjual lagi ke orang SAD lain," kata Ulla 

"Setelah dialog selama dua malam itu dibantu Polda Jambi akhirnya kita bisa membawa pulang Bilqis," lanjutnya.

Salah satu tantangan berkesan, kata Ulla, lantaran dirinya dan Tim Jatanras Polrestabes Makassar, baru menginjakkan kaki pertama kali di perkampungan adat Kabupaten Meranging itu.

"Bilqis ditemukan di daerah pelosok. Perjalanan panjang apa lagi kita baru menginjakkan kaki di sana. Alhamdulillah dengan bantuan teman-teman semua kita bisa amankan," sebutnya.

Salah satu yang membuat proses negosiasi membutuhkan waktu lebih dari 24 jam, karena hubungan emosional Bilqis dan penghuni kampung adat yang mengasuhnya sudah terjalin baik.

Hubungan emosional itu kian kuat, lantaran Bilqis dirawat layaknya anak sendiri oleh pembelinya.

"Memang disana mau di rawat, kondisi Bilqis disana memang mudah nyaman dengan orang sehingga cepat beradaptasi," tuturnya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved