TRIBUN-TIMUR.COM - “Sebagai mantan Ketua Umum Corps Muballigh Pelajar (CMP) Pelajar Islam Indonesia (PII) Sulawesi Selatan. Insya Rabu, 20 Agustus 2025, saya hadir di SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf Gowa,” kata Prof KH Ali Mochtar Ngabalin di Makassar, Rabu dini hari.
Mantan anggota Komisi I DPR RI dari Partai Bulan Bintang itu mengaku safar akan tugas dan tanggung jawab kekaderan, bahwa saat ini organisasi keluarga besar Pelajar Islam Indonesia (PII) memang memiliki fokus pada mempersiapkan kader-kader yang berintegritas dan berakhlak mulia.
Baca juga: Aswar Hasan di Mata Sahabat dan Keluarga, Sosok Ulet Menulis
Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui sistem persekolahan formal yang menekankan pada pendidikan Islam dan pengembangan karakter.
Ali Mochtar Ngabalin mencontohkan SMA Insan Cendekia Gowa sebagai lembaga pendidikan berbasis Islam.
“SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, adalah contoh sekolah yang mungkin memiliki kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan Islam dengan pendidikan umum,” jelas Ali Mochtar Ngabalin.
Ali Mochtar Ngabalin beraktivitas di Makassar didampingi istri tercinta, Henny Muis Bakkidu. Meski dengan berjalan agak terpincang, Ali Mochtar Ngabalin tetap memenuhi undangan diskusi dan silaturahmi di ‘Makassar. Jempol kaki kanannya terluka.
Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden Republik Indonesia 2018-2024 itu yakin, dengan mendirikan sekolah seperti SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf, PII dapat mempersiapkan kader-kader yang memiliki pengetahuan Islam yang kuat, akhlak mulia, dan kemampuan akademik yang baik.
Dia berharap SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf fokus pada Karakter dan Ilmu.
“Sekolah seperti ini biasanya fokus pada pengembangan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai Islam, serta memberikan pendidikan akademis yang berkualitas,” kata Ali Mochtar Ngabalin.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Badan Koordinasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) itu meminta PII dan Keluarga Besar PII Sulsel atau KB PII Sulsel berperan maksimal dalam pembinaan kader-kader muda yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai Islam dan keindonesiaan.
“Melalui aktivitas ekstra kurikuler dan pendidikan formal seperti di SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf, PII dapat memperkuat basis keislaman dan keindonesiaan di kalangan pelajar,” jelas Ali Mochtar Ngabalin.
Tentang SMA Insan Censekia Syekh Yusuf
SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf di bawah naungan Yayasan LP2-KB PII. Alamat Dusun Bontolebang, Desa Pattallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Didirikan pada 18 Februari 2014 dengan nomor 19, dan SK Operasional terbaru tanggal 4 Oktober 2023
SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf berdiri di atas lahan sekitar 4.973 m⊃2;. Tersedia asrama, ruang kelas, dan perpustakaan.
Pendidikan di SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf model Boarding School. Menyediakan pendidikan berasrama 5 hari penuh, dengan integrasi teknologi informasi (TIK), pembelajaran karakter, dan 4C (kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, kreativitas)
Dalam pengelolaanya, SMA Insan Cendekia Syekh Yusuf kerja sama dengan Universitas Negeri Makassar (UNM) untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran melalui MoU edukatif.
Juga ada Program Pendampingan. Termasuk pembinaan tahfidz Al-Qur’an, pelatihan menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI), pembelajaran bahasa asing (Inggris, Arab, Mandarin), olahraga (khususnya voli), serta seni musik dan teater.
Diskusi Forum Dosen
Ali Mochtar Ngabalin beraktivitas di Makassar sepekan terakhir. Dia tiba di Kota Daeng pada Kamis, 14 Agustus 2025, dini hari. Dari Bandara, Ali Mochtar Ngabalin langsung ke rumah duka di Jalan Toddopuli 10, Makassar, melayat sahabat sekaligus gurunya, Dr Aswar Hasan.
Hari Selasa, 19 Agustus 2025, sekitar 3 jam Ali Mochtar Ngabalin berada di Redaksi Tribun Timur, Jalan Cendrawasih 430, Makassar.
Ali Mochtar Ngabalin jadi salah seorang narasumber diskusi mengenang Aswar Hasan bersama Forum Dosen dan KB-PII Sulsel.
Diskusi dipandu Koordinator Forum Dosen Dr Adi Suryadi Culla digelar hybrid.
Hadir luring, Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa, Ketua ICMI Sulsel Prof Arismunandar, Guru Besar UIN Alauddin Prof Qasim Mathar, Guru Besar UMI Prof A Muin Fahmal, Wakil Dekan Fisipol Unhas Prof Dr Ikbal Sultan, Dr Hasrullah, eks Komisioner KPID Sulsel Rusdin Tompo, Mulawarman, Ketua Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB-PII) Sulsel Saiful Kasim, dan tokoh nasional Prof KH Ali Mochtar Ngabalin.
Hadir juga putra semata wayang Aswar Hasan, Azhari Aswar.
Di layar zoom tampak, antara lain, Buchari Kahar Muzakkar, Dr Imran Hanafi, Dr Amir Muhiddin, Muhary Wahyu Nurba, Maqbul Halim, Rustan Rewa dari Toli-toli, dan puluhan lainnya dari berbagai provinsi.
Mereka sepakat, Aswar Hasan telah memberi andil besar dalam merawat akal sehat publik. “Oleh karena itu, perlu terus dijaga dan diperjuangkan untuk terus menghadirkan tokoh seperti Pak Aswar Hasan untuk merawat dan menjaga akal sehat warga, khususnya warga Sulawesi Selatan,” jelas Dr Adi Suryadi Culla menyebut simpulan diskusi.
Aswar Hasan menulis hingga akhir. Tulisan opininya dimuat di Tribun Timur cetak edisi Senin, 11 Agustus 2025, dan Tribun-Timur.com berjudul Ketika Hukum Dilecehkan: Kasus Silvester Matutina. Aswar Hasan wafat di RS Primaya, Makassar, pada Rabu, 13 Agustus 2025.(*)