TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Ketua Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII), Saiful Kasim, mengenang perjalanan panjang kebersamaannya dengan almarhum Dr Aswar Hasan.
Kenangan itu disampaikan Saiful Kasim saat kegiatan Dialog Forum Dosen : Mengenang Almarhum Dr Aswar Hasan di Kantor Redaksi tribun Timur, Kota Makassar, Selasa (19/8/2025).
Baginya, Aswar adalah sosok sederhana namun sarat integritas, yang tercermin dari kiprahnya sejak masa aktivis hingga menjadi akademisi.
“Kalau berbicara tentang Aswar, saya sudah mengenalnya sejak 1980-an, waktu beliau di Wajo Belopa. Perjalanan dari 1982 sampai 2000 cukup panjang, bahkan saya menemani beliau sampai terakhir ketika mengantar ke fit and proper test di DPR untuk KPI,” katanya.
Salah satu yang membekas, lanjut Saiful, adalah kebiasaan Aswar membawa banyak buku setiap kali melakukan pembinaan ke daerah.
“Ada prinsip yang selalu diingatkan, bahwa orang bodoh adalah orang yang meminjam buku pada orang lain. Jadi beliau selalu menekankan pentingnya memiliki dan merawat buku,” ujarnya.
Baca juga: Kenang Aswar Hasan, Rusdin Tompo: Orang yang Mendorong Saya Masuk KPID
Baca juga: Prof Muin Fahmal: Tulisan Aswar Hasan Selalu Saya Kliping
Saiful juga merekam dinamika perjuangan bersama Aswar di PII, terutama pada periode 1982–1990, saat penolakan asas tunggal.
“Kami ikut bergerak hingga puncaknya ketika SK Mendagri tahun 1987 membekukan PII. Setelah itu, beralih ke arena dakwah, masuk lapis dua mendampingi para senior,” tuturnya.
Perjalanan Aswar di dunia aktivis berlanjut ketika ditunjuk Azis Kahar menjadi Sekjen KPPSI, sebelum kemudian kembali aktif di kampus.
Bahkan, semangat perjuangannya ia tuangkan dalam tesis tentang tokoh pejuang Kahar Muzakkar.
“Yang paling penting, beliau ini sederhana tapi integritasnya luar biasa. Bayangkan, seorang sekjen tapi tidak punya handphone, padahal saat itu sudah banyak orang yang pakai HP. Itu menunjukkan betapa sederhananya beliau,” kenang Saiful.
Menurutnya, keteguhan, kesederhanaan, dan pemikiran yang mendalam menjadi warisan penting dari sosok Aswar Hasan.
Koordinator Forum Dosen Tribun Timur Suryadi Culla mengatakan, kegiatan ini untuk melihat sejauh mana pergaulan, refleksi dan kebersamaan dialami dengan almarhum Aswar Hasan semasa hidup.
“Kita apresiasi sebagai teman-teman almarhum, kita memberikan penghormatan dan penghargaan selama hidup almarhum bersama-sama kita, bahkan memberikan banyak sumbangan pemikiran melaui media,” katanya saat mengawali Dialog Forum Dosen.
Suryadi Culla menyebut, almarhum Aswar Hasan aktif di Forum Dosen sejam berdiri 2005 silam. Beliau selalu hadir sebagai partisipan.
Bahkan, sampai akhir hayat selalu mengemukan pandangannya melalui tulisan.
Olehnya itu, menurut Suryadi Culla, pikiran-pikiran Aswar Hasan harus tetap hidup.
“Saya kira warisan Pak Aswar sangat penting juga, tidak boleh mati,” tuturnya.
“Saya tidak tahu siapa dari kita bisa serupa (dengan almarhum), tapi paling tidak kritisme dikemukakan beliau tetap jadi semangat dilanjutkan di antara kita,” tambah dia.
Suryadi Culla juga menceritakan awal mulanya berkenalan dengan Aswar Hasan.
Ia bersama Aswar Hasan dan Hasrullah kenal ketika masih mahasiswa baru FISIP Unhas.
Ketiganya masuk FISIP Unhas angkatan 1982.
“Saya kenal Pak Aswar pas Posma, perpeloncoan. Saya, Pak Aswar dan Pak Hasrullah itu akrab,” paparnya.
Diketahui, kepergian Dr Aswar Hasan meninggalkan kesedihan di berbagai kalangan akademisi.
Aswar Hasan adalah Ustaz sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unhas.
Dirinya berpulang ke rahmatullah pada pukul 20.21 WITA di RS Primaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu malam (13/8/2025).(*)