TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Maskot La Macca Carakdeka mencuri perhatian di Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PPKMB) Universitas Negeri Makassar (UNM) 2025.
Maskot ini berdiri tegak di bagian depan pelataran Menara Pinisi UNM, Jl AP Pettarani, Kota Makassar.
La Macca Carakdeka seolah-olah menyambut mahasiswa baru begitu memasuki gerbang Menara Pinisi.
Maskot ini berkostum robot, tapi tetap kental dengan budaya Bugis-Makassar.
La Macca Carakdeka memakai almamater berwarna orange, warna identik dari UNM. Di dadanya terpampang logo UNM.
Kemudian memakai passapu merah di kepalanya dan sarung sutra kuning dengan motif digital warna hijau.
Di tangan kirinya menerbangkan pesawat dari kertas.
Tinggi maskot ini 10 meter, menandakan ada 10 fakultas di UNM.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNM Arifin Manggau mengungkapkan filosofi maskot La Macca Carakdeka.
Ia menuturkan, macca dalam Bahasa Bugis artinya pintar atau cerdas. Begitu pun arti carakdeka dalam Bahasa Makassar.
Ia ingin mahasiswa baru UNM menjadi intelektual untuk membangun bangsa.
“UNM lahirkan cendekiawan-cendekiawan,” ungkapnya saat ditemui di Pelataran Menara Pinisi, Senin (11/8/2025).
Arifin Manggau melanjutkan, berkostum robot karena sekarang ini era digital.
Hal ini dikombinasikan dengan muatan lokal seperti passapu dan sarung sutera .
Passapu memiliki makna keberanian dan kehormatan dari budaya Makassar.
Kemudian pesawat di tangan kiri menjadi simbol harapan dan cita-cita.
“Mahasiswa diharapkan bercita-cita tinggi, menempuh pendidikan untuk menguasai dunia,” tutur Ketua Dewan Kesenian Sulawesi Selatan (DKSS) ini.
Maskot La Macca Carakdeka hasil karya dari alumni dan mahasiswa Fakultas Seni dan Desain UNM.
Dikerjakan di Sekretariat DKSS, Jl Malengkeri, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.
Perwakilan pembuat maskot La Macca Carakdeka UNM Asman mengatakan, konsep dan desain maskot dari pihak kampus.
Pembuatannya mengacu pada desain, setelah itu pemilihan bahan dan finishing.
Bahan digunakan adalah styrofoam dengan ketebalan 50 sentimeter.
Styrofoam dibuatkan skala dari desain, ukuran, ketebalan hingga dimensi.
Selanjutnya dibuatkan pola dasar, lalu dibentuk menggunakan trafo, cutter dan gergaji.
Kemudian dipasangkan fiber hingga finishing dengan pengecatan.
Asman menyebut, pengerjaan maskot ini hanya 20 hari. Dikerjakan oleh delapan orang dari sore hingga subuh.
“Untuk prosesnya 20 hari dari 22 Juli sampai 10 Agustus,” sebutnya.
Adapun kendala dihadapi selama pembuatan yakni, bahas habis saat pengerjaan tengah malam dan pemasangan maskot di Pelataran Menara Pinisi.
Sebab, untuk pasang maskot membutuhkan mobil crane.
“Kendalanya di tengah malam habis bahan. Tersulit penggabungan bagian kaki dan badan pakai crane,” ucapnya. (*)