dr Wachyudi Muchsin
Melaporkan dari Johor, Malaysia
TRIBUN-TIMUR.COM - Johor, Malaysia — Ada sebuah ungkapan, “Perjalanan terbaik tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga membahagiakan lidah.”
Kalimat itu terasa tepat saat menjejak di Johor, Malaysia—negeri kaya sejarah dan budaya juga menyimpan surga kuliner, membangkitkan kenangan, dan menciptakan cerita baru.
Di pusat kota Johor Bahru, aroma rempah masakan Melayu, Cina, dan India mengundang langkah singgah di warung dan kedai.
Laksa Johor dengan kuah kental berbumbu, Mee Rebus Haji Wahid legendaris, hingga Nasi Briyani Gam harum mewangi menjadi bahasa universal menyatukan pelancong dari berbagai penjuru.
Di tepi Pantai Desaru, hidangan laut segar menjadi primadona.
Udang, kepiting, dan ikan baru diangkat dari laut diolah sederhana namun penuh cinta—menghadirkan rasa tulus seperti keramahan masyarakat Johor menyambut tamu bak keluarga.
Setiap gigitan menjadi jembatan hati, melintasi batas negara dan bahasa.
Pesona kuliner Johor juga hidup di pasar malam.
Lampu temaram, suara tawa, dan jajanan kaki lima seperti satay, cendol, apam balik, roti canai renyah di luar lembut di dalam, serta nasi kandar kaya rasa dengan kuah kari pekat dan lauk ayam goreng berempah, sotong kari, hingga telur rebus bersambal—semua menggoda lidah.
Cita rasanya adalah perpaduan budaya India-Muslim menyatu sempurna di piring.
Tak lengkap tanpa menyeruput teh tarik hangat berbuih atau menikmati Milo manis membawa rasa masa kecil.
Johor mengajarkan wisata kuliner adalah perjalanan rasa sekaligus kemanusiaan.
Di balik setiap hidangan, ada tangan bekerja, hati yang tulus, dan kisah dibagikan.
Saat mencicipinya, kita bukan hanya menikmati makanan, tetapi menjadi bagian dari cerita itu.(*)