Hari Bhayangkara Ke 79

Kisah Ipda Sukandi, Polisi 'Gila' Tapi Dermawan Demi Bangun Masjid di Sinjai Sulsel

Editor: Muh Hasim Arfah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BANGUN MASJID-Ipda Sukandi, Kanit 4 Sat Intelkam Polres Sinjai ikut membantu pembangunan Masjid Qaryat Dehi Alsayd di Dusun Kahu-Kahu, Desa Sanjai, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Ipda Sukandi viral di media sosial saat  Hari Bhayangkara ke-79 di Mapolres Sinjai. 

TRIBUN-TIMUR.COM, SINJAI- Seorang pria bertelanjang kaki, berkalung piring plastik, berbaju robek, bercelana pendek, dan bertato di lengan tiba-tiba mencuri perhatian di tengah-tengah upacara Hari Bhayangkara ke-79 di Mapolres Sinjai. 

Ia juga membawa senjata rakitan dari kayu.

Sekilas, semua orang mengira pria itu Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ).

Namun, di balik penampilan nyentriknya, ternyata ia adalah Ipda Sukandi, Kanit 4 Sat Intelkam Polres Sinjai.

Baca juga: Fakta Unik Ipda Sukandi, Polisi Viral Bergaya ODGJ Ternyata Rela Utang Demi Bangun Masjid

Aksi penyamarannya itu bukan sembarang pertunjukan, melainkan simbol pendekatan humanis yang kerap ia tunjukkan sebagai aparat yang dekat dengan masyarakat.

Penampilannya pada Selasa (1/7/2025) itu pun menjadi viral dan mengundang decak kagum banyak pihak.

Namun, publik Sinjai sesungguhnya tak asing dengan nama Ipda Sukandi.

Di luar sorotan kamera dan keramaian upacara, ia telah lebih dulu dikenal sebagai sosok rendah hati dan dermawan.

Bukan hanya mengamankan wilayah, Ipda Sukandi turut membangun pondasi kehidupan spiritual masyarakat.

Salah satu yang mengenalnya baik adalah Andi Muh Arsal, Kepala Desa Sanjai, Kecamatan Sinjai Timur.

Dalam wawancara dengan Tribun-Timur.com, ia menyebut bahwa Ipda Sukandi adalah pelopor pembangunan Masjid Qaryat Dehi Alsayd di Dusun Kahu-Kahu, Desa Sanjai.

“Saat bertugas di wilayah hukum Polsek Sinjai Timur, Pak Sukandi jadi pelopor pembangunan masjid di desa kami,” kata Arsal, Kamis (3/7/2025).

Kala itu di tahun 2022, Sukandi menjabat sebagai Wakapolsek Sinjai Timur. Ia melihat kebutuhan mendesak masyarakat di wilayah nelayan BTN Sanjai yang tidak memiliki rumah ibadah sama sekali.

“Saya kaget karena di kampung nelayan ini tidak ada fasilitas tempat ibadah. Jangankan masjid, musala saja tidak ada,” tutur Sukandi.

Melihat kondisi tersebut, Sukandi tergerak. Ia membuka donasi untuk menggalang dana pembangunan rumah ibadah.

Namun langkah itu tidak langsung berhasil.

Sukandi sempat terkendala pendanaan.

Tak patah semangat, ia meminjam uang Rp5 juta dari warga untuk memulai pembangunan.

“Kami terkendala di pendanaan dan syukur alhamdulillah ada warga yang mau meminjamkan uang untuk pembangunan musholla sebanyak Rp5 juta,” ujarnya.

Pinjaman itu menjadi awal rezeki yang terus mengalir.

Donasi berdatangan, baik berupa uang, material, maupun tenaga warga sekitar.

Pembangunan masjid berukuran 10 x 10 meter itu rampung hanya dalam 2 bulan 5 hari.

“Tarawih puasa 2023 kami sudah sujud pertama di Masjid Qaryat Dehi Alsayd,” kenang Sukandi penuh haru.

Bagi Andi Muh Arsal dan warga desa, Ipda Sukandi bukan hanya aparat penegak hukum, tapi teladan sosial yang menyatu dengan rakyat.

“Kalau ada kegiatan kerja bakti, pasti Pak Sukandi hadir di tengah-tengah kami. Orangnya sangat santai, tidak ribet,” puji Arsal.

Meski tak ingin disebut pahlawan, Sukandi menegaskan bahwa apa yang dilakukannya adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai anggota Polri.

“Saya merasa tidak membantu. Saya hanya berusaha bagaimana menjalankan tugas saya sebagai polisi,” ujarnya merendah.

Dari balik seragam dan penyamaran nyentriknya sebagai ODGJ, tersimpan kisah tulus seorang polisi yang membangun lebih dari sekadar keamanan — ia membangun harapan, spiritualitas, dan kedekatan nyata antara Polri dan masyarakat.

Ipda Sukandi, bukan hanya nama di balik viralitas, tapi simbol ketulusan dalam pengabdian.

Berita Terkini