Luas Wilayah Sulsel Berkurang 6.575 Km Persegi, Jufri Rahman Minta Penjelasan Kemendagri

Penulis: Renaldi Cahyadi
Editor: Alfian
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LUAS SULSEL - Sekprov Sulsel, Jufri Rahman, saat ditemui di Rujab Gubernur Sulsel, Jl Sungai Tangka, Kota Makassar, beberapa waktu lalu. Jufri Rahman minta penejelasan ke Kemendagri terkait berkurangnya luas wilayah Sulsel.  

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Luas wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat mengalami pengurangan signifikan berdasarkan data terbaru yang tercantum dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 300.2.2–2138 Tahun 2025.

Dalam dokumen tersebut, luas wilayah Sulsel kini tercatat lebih kecil sekitar 6.575 kilometer persegi dibandingkan dengan data sebelumnya.

Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulsel, Jufri Rahman mengatakan, jika pihaknya masih akan mengkonfirmasi langsung ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)untuk memastikan alasan di balik perubahan data tersebut.

“Nanti dikonfirmasi ke Mendagri. Pak Idam (Kabiro Sulsel), saya sudah sampaikan untuk mempertanyakan. Tentu ada alasan kenapa Mendagri melakukan penyesuaian-penyesuaian itu,” katanya, Rabu (25/6/2025).

Ia mengungkap, terdapat dua kemungkinan yang bisa menjadi penyebab terjadinya perbedaan luas wilayah ini. 

Salah satunya, kata Jufri, terkait akurasi metode pengukuran sebelumnya.

“Pertama, pengukuran sebelumnya mungkin tidak akurat, sehingga luas wilayah kita terhitung terlalu besar," uajrnya.

"Sekarang dengan perkembangan teknologi, pengukuran bisa lebih akurat. Jadi ada kemungkinan selisih itu muncul karena faktor tersebut,” tambah dia.

Meski begitu, Jufri mengaku, bahwa hal tersebut baru asumsi awal dan tidak bisa dijadikan dasar sebelum ada klarifikasi resmi dari Kemendagri.

“Kita harus tanyakan ke mereka, kenapa bisa berbeda seperti itu. Saya sendiri belum tahu jawabannya dan tidak mau berspekulasi,” ungkapnya.

Adapun kata Jufri, kemungkinan besar perbedaan ini terjadi karena proses pengukuran wilayah terdahulu belum menggunakan teknologi yang canggih seperti saat ini.

“Seperti yang saya katakan tadi, bisa jadi karena dulu pengukuran belum pakai teknologi modern, sehingga hasilnya tidak akurat," jelasnya

"Setelah diukur lagi dengan alat yang lebih canggih, ternyata tidak sebesar itu. Jadi, kemungkinan besar seperti itu,” tambah dia.(*)




 

Berita Terkini