Jusuf Manggabarani Meninggal

Jusuf Manggabarani Bikin Lutut Preman Palopo Gemetar, Ditembak Tak Tembus Peluru Jatuh di Kaki

Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JUSUF MANGGABARANI MENINGGAL - Komjen Pol Jusuf Manggabarani meninggal dunia. Jusuf Manggabarani dikenal kebal senjata saat duel dengan preman Palopo, Sulawesi Selatan.

TRIBUN-TIMUR.COM - Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Komjen (Purn) Jusuf Manggabarani meninggal di RS Wahidin Makassar.

Kabar duka ini dikonfirmasi putra almarhum, AKBP Edy Sabhara Manggabarani.

"Iya benar bang. Iya saya baru otw dari Pinrang ke Makassar," kata AKBP Edy Sabhara Manggabarani saat dihubungi Tribun-Timur.com, Selasa (20/5/2025).

Jusuf Manggabarani merupakan mantan Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri).

Ia berpengalaman bertugas di daerah konflik.

Semasa bertugas, ada satu kisah yang cukup menarik yang membuatnya dikenal kebal akan senjata.

Cerita ini bermula pada saat Jusuf dan anak buahnya dipercaya untuk menyelesaikan konflik di Palopo, Sulawesi Selatan. 

Jusuf yang sebelumnya bertugas sebagai Kapolwiltabes Bandung digeser ke Sulsel karena memiliki pengalaman di daerah konflik.

Dia juga merupakan pria asli Makassar, kurang lebih mengetahui lokasi dan tabiat warga di kawasan tersebut.

Satu pekerjaan rumah harus diselesaikannya, yakni menghadapi begundal bernama Sukri.

Sudah 16 tahun Sukri berkuasa. 

Tak ada satu pun polisi berani menerima tantangannya untuk baku tembak dari jarak dekat.

Bukan Jusuf namanya jika ciut menghadapi yang model begini.

Dengan naik trail dan pakaian Brimob, Jusuf selempangkan senjatanya.

Dia tancap gas membelah jalan raya menuju Mangkutana.

Sampai di lapangan, Sukri sudah menunggu dengan senjata rakitan Papporo'. 

Jarak tembak maksimum 45 meter.

Keduanya pun bersiap melepaskan timah panas. 

Hidup atau mati tergantung nasib.

"Terserah kamu mau tembak bagian mana yang enak-enak," begitu kalimat yang dilontarkan Jusuf Manggabarani,

Jusuf membuka kancing bajunya. 

Ditunjuk dadanya sebagai sasaran tembak.

Ia berbicara menantang seperti itu kepada Sukri, pemimpin kelompok begundal.

Keduanya berdiri berhadapan di sebuah lapangan di Mangkutana, Kabupaten Luwu, Sulsel.

Anggota polisi yang mengawal Jusuf siaga memantau pergerakan anggota gerombolan Sukri yang jumlahnya juga tidak sedikit.

Jusuf Manggabarani memegang senjata api organik Polri, sedangkan Sukri memegang senjata api rakitan. 

Suasana sangat tegang.

Saat Jusuf sudah berhadapan dengan Sukri dengan senjata api di tangan masing-masing, tiba-tiba terdengar letusan. "Dor, dor, dor...."

Rupanya, Sukri menembak duluan. 

Tepat ke arah dada Jusuf Manggabarani yang kancing bajunya sudah terbuka.

Semua yang hadir di lapangan jadi tercekat. 

Tapi, ajaib, peluru yang melesat ditembakkan Sukri ke arah Jusuf, berjatuhan di depan kakinya.

Semakin banyak peluru dimuntahkan, makin berjatuhan peluru itu.

Para anggota pun bersorak melihat kejadian ajaib itu.

Mereka terheran-heran dengan kemampuan sang komandan.

"Pelurunya jatuh, tuh. Sekarang giliran saya, ya," kata Jusuf membuat lutut Sukri gemetar.

Dor! Hanya dengan sekali tembak, Sukri tak berdaya, lengannya ditembus timah panas.

Jusuf mendekati Sukri. 

Selongsong pelurunya dibuka lalu serbuk timahnya dibubuhi ke lubang tembakan.

Dia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membawa sang jagoan kampung ke rumah sakit.

Sesuai komitmen, jika kalah Sukri yang dikenal sebagai beking preman di kawasan perkebunan kakao berserta anak buahnya menyerah.

Ada puluhan yang bertekuk lutut, tetapi lima saja yang diperiksa. 

Kepala desa juga diciduk karena terlibat kejahatan Sukri.

Sejak kejadian itu, menyebar kabar dengan cepat jika Jusuf punya ilmu kebal.

Banyak yang datang 'menyembah-nyembah' Jusuf agar diturunkan ilmu tirai.

Eks Kapolda Sulsel itu rupanya penasaran juga dengan kemampuan Jusuf.

Dia bertanya langsung ketika Jusuf melaporkan kejadian tersebut.

"Sebentar saja ditangani komandan. Diskresi di lapangan," kata Jusuf.

"Saya dengar kamu ada ilmu tirai?" tanyanya.

"Ah, itu ilmu naksir jarak saja komandan. Kalau mata kurang jelas itu sudah 60 meter. Saya suruh dia berdiri di jarak 60 meter. Saya mundur sedikit, maka aman," jawab Jusuf.

Kisah di atas dikutip dari buku "Jusuf Manggabarani Cahaya Bhayangkara" karya Nur Iskandar.

Setelah itu, karier Jusuf terus melesat. 

Dia sempat menjadi Dansat Brimob, lalu Kapolda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sulsel. 

Lalu, dia menjabat sebagai Kadiv Propam dan Irwasum.

Jusuf merupakan jebolan Akademi Kepolisian 1975. 

Dia pensiun dengan pangkat komisaris jenderal (Komjen). 

Jabatan terakhirnya adalah Wakapolri.

Kehidupan pribadi dan pendidikan

Komjen Purn Jusuf Manggabarani lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, pada tanggal 11 Februari 1953.

Ia memiliki istri yang juga dulunya adalah anggota Polri yakni AKBP (Purn.) Sumiyati A.M.

Jusuf dan Sumiyati dikaruniai dua orang anak yang bernama AKBP Edy Sabhara Manggabarani, S.H., S.I.K., M.H. dan Ashraf Manggabarani.

Komjen Jusuf Manggabarani sendiri merupakan lulusan Akabri tahun 1975.

Sederet pendidikan yang pernah ditempuhnya antara lain yaitu Jurpa Brimob (1975), PTIK (1984), Sespim (1987), dan Sespati (1999).

Nama lengkap berikut dengan gelarnya yaitu Komjen Pol. (Purn.) Drs. Jusuf Manggabarani.

Perjalanan karier

Karier Komjen Jusuf Manggabarani telah malang melintang di dalam kepolisian tanah air.

Berbagai jabatan strategis di Korps Bhayangkara sudah pernah diembannya.

Jusuf memulai kariernya sebagai Pama Komdak XV/Bali pada tahun 1975.

Setelah itu kariernya terus meroket.

Ia tercatat pernah menjabat sebagai Danton 3 Kompi 5142 Satbrimobda Komdak XV/Bali (1976), Danki 5142 Satbrimobda Komdak XV/Bali (1977), Danki 5115 Satbrimobda Komdak XV/Bali (1978), Paur Ops Satbrimobda Komdak XV/Bali (1979), dan Kasat Sabhara Poltabes Ujung Pandang (1981).

Jenderal asal Makassar ini juga pernah menduduki posisi sebagai Kabag Ops Poltabes Ujung Pandang (1982), Wadansat Brimob Komdak XVIII/Sulselra (1983), Wadansat Brimob Polda Nusra (1984), Danden Gegana Pusbrimob Polri (1988), Kasat Brimob Polda Sulselra (1990), dan Kasat Brimob Polda Nusra (1992).

Tak sampai di situ, Jusuf juga sempat menjabat sebagai Kasat Gegana Pusbrimob Polri (1993), Ses Pusdik Pusbrimob Polri (1994), Wakapusdik Pusbrimob Polri (1995), dan Danmen I Pusbrimob Polri (1997).

Karier Jusuf Manggabarani makin moncer setelah ia didapuk menjadi Kapolwiltabes Bandung pada tahun 1998.

Pada tahun 1999, Komjen Jusuf Manggabarani ditunjuk menjadi Wakapolda Sulsel.

Satu tahun kemudian, ia dipercaya untuk menjabat sebgaai Kakor Brimob Polri.

Setelah itu, Jusuf diangkat sebagai Kapolda Aceh pada tahun 2002.

Pada tahun 2003, ia kemudian dimutasi menjadi Kapolda Sulsel.

Dua tahun kemudian, Jusuf diamanahkan untuk mengisi kursi jabatan sebagai Kadiv Propam Polri.

Pada tahun 2007, Jusuf Manggabarani kemudian ditunjuk untuk menjadi Irwasum Polri (2007).

Barulah di tahun 2010 jenderal bintang tiga asal Gowa ini diutus menjadi Wakapolri hingga masa pensiunnya.

Biodata

Nama: Jusuf Manggabarani

Tempat dan tanggal lahir: Gowa, Sulsel, 11 Februari 1953

Agama:

Profesi: Purnawirawan Polri

Pangkat: Komjen

Istri: AKBP (Purn.) Sumiyati A.M.

Anak: 2

Lulusan: Akabri 1975.(*)

Artikel ini sebagian telah tayang di TribunLampung.co.id

 

Berita Terkini