TRIBUNSINJAI.COM, SINJAI SELATAN – Ternak sapi di sejumlah desa Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, berjatuhan akibat virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Hingga kini, jumlah ternak terpapar terus bertambah.
Informasi dihimpun dari warga, sebagian ternak sembuh namun ada juga masih terinfeksi.
"Sampai saat ini ternak sapi warga terus berjatuhan sakit terkena virus PMK," kata Hasan, salah satu peternak di Kecamatan Sinjai Selatan, Senin (28/4/2025).
Kondisi ini membuat peternak panik karena khawatir ternaknya tak selamat.
Beberapa peternak menyebut, sapi mereka sembuh namun butuh waktu lama.
Bobot tubuh ternak menurun drastis sehingga mempengaruhi harga jual.
Ada juga yang tidak terselamatkan alias mati.
Sebagian peternak memilih meracik ramuan tradisional sendiri, sebagian lainnya membiayai pengobatan secara mandiri.
Ada juga mendapat penanganan dari petugas kesehatan hewan Dinas Peternakan Sinjai.
Tercatat, ribuan sapi milik warga di Sinjai telah terpapar PMK.
Penyebaran virus tergolong cepat dan hampir menjangkau seluruh desa di Kecamatan Sinjai Selatan.
Penyebaran PMK telah terjadi sejak sebelum Ramadan dan masih berlangsung hingga kini.
Peternak berharap pemerintah dapat segera membantu menanggulangi penyebaran penyakit ini.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) telah memberikan penjelasan terkait wabah PMK di Kabupaten Sinjai.
Sebanyak 2.201 ekor sapi dilaporkan terjangkit PMK menjelang Idulfitri 2025.
Namun, Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Tri Melasari, menegaskan data tersebut merupakan akumulasi dari Januari hingga Maret 2025.
“Berdasarkan data resmi angka tersebut merupakan akumulasi total kasus dari Januari hingga Maret 2025. Dengan demikian, tidak tepat jika seluruh kasus tersebut dikaitkan dengan periode menjelang Idulfitri sebagaimana yang diberitakan,” ujar Tri melalui Ketua Tim Kerja Humas Kementan, Roy.
Saat ini, dengan intervensi petugas kesehatan hewan, sebanyak 1.089 ekor sapi telah dinyatakan sembuh.
Tren kasus juga menunjukkan penurunan pada minggu ketiga Maret, dengan rata-rata kasus harian berada di bawah 10 ekor.(*)