TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Fungi Bite, UMKM muda yang berfokus pada produk olahan jamur tiram, kini mencatatkan tonggak penting dalam perjalanannya.
Setelah lama hanya berjualan secara online dan berpindah dari satu pameran ke pameran lainnya, Fungi Bite akhirnya membuka offline store pertama di pelataran Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar.
Langkah ini menjadi momentum besar bagi pengembangan bisnis mereka sekaligus upaya memperkenalkan jamur tiram sebagai bahan pangan utama bagi masyarakat.
Muhammad Raflyathaullah, pemuda berusia 21 tahun sekaligus founder Fungi Bite, memulai usahanya dengan visi sederhana namun revolusioner, mengolah jamur tiram menjadi produk kuliner yang familier dan mudah diterima masyarakat.
Awalnya, ia hanya seorang pemasok jamur tiram. Namun, melihat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap konsumsi jamur tiram, ia tergerak untuk berinovasi.
"Jamur tiram memiliki kandungan protein setara ayam, tetapi dengan kalori lebih rendah dan tekstur lebih lembut," ujar Rafly saat ditemui di offline store barunya, Minggu (27/4).
Inovasinya menghasilkan produk cemilan bernama Fungi Bite, yang tidak hanya lezat tetapi juga ramah lingkungan.
Pembukaan offline store di pelataran Fakultas Pertanian Unhas menjadi langkah strategis bagi Fungi Bite.
Lokasi ini dipilih karena selaras dengan visi Fungi Bite untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, terutama generasi muda dan akademisi, serta memperkenalkan potensi jamur tiram sebagai alternatif protein sehat.
"Selama ini kami hanya bisa menjangkau pelanggan melalui platform online atau event-event tertentu. Dengan adanya offline store, kami berharap lebih banyak orang bisa mencoba langsung produk kami dan memahami manfaat jamur tiram," ungkap Rafly.
Offline store ini tidak hanya menjadi tempat penjualan produk, tetapi juga wadah edukasi bagi masyarakat. Pengunjung dapat mempelajari proses budidaya jamur tiram, manfaat kesehatannya, serta berbagai resep inovatif yang bisa dibuat dari bahan ini.
Keberhasilan Fungi Bite tidak hanya datang dari kerja keras Rafly semata, tetapi juga berkat dukungan tangan-tangan yang peduli terhadap perkembangan UMKM di Makassar.
Salah satunya adalah pelatihan digital marketing dan pendampingan bisnis yang diberikan oleh Rumah BUMN BRI Makassar. Ayu Anisela, Project Leader Rumah BUMN BRI Makassar, dengan nada bangga bercerita tentang perjalanan Rafly.
"Rafly ini salah satu contoh nyata bagaimana pelatihan yang kami berikan bisa benar-benar dimanfaatkan dengan baik. Dulu, dia datang sebagai peserta pelatihan digital marketing yang ingin belajar. Sekarang? Lihat saja, usahanya sudah berkembang pesat. Apalagi setelah mendapat inkubasi di Universitas Hasanuddin, progresnya semakin luar biasa," ungkap Ayu sambil tersenyum.
Bagi Ayu, kisah Rafly adalah bukti bahwa kesempatan dan pembinaan yang tepat bisa membuka pintu bagi anak muda untuk berinovasi dan berkarya.
"Kami senang sekali melihat Rafly tidak hanya berhasil, tapi juga membawa dampak positif bagi komunitas sekitarnya, termasuk para petani jamur di Maros," tambahnya dengan nada penuh haru.
Dukungan seperti ini, meski terlihat sederhana, menjadi penyemangat bagi Rafly untuk terus melangkah maju. Baginya, setiap bantuan dan arahan yang ia terima adalah bagian dari keluarga besar yang turut serta membesarkan Fungi Bite hingga mencapai titik ini.
Selain itu Fungi juga kolaborasi erat dengan petani jamur di Maros. Rafly bahkan terlibat dalam program pengabdian masyarakat Universitas Hasanuddin untuk mempelajari budidaya jamur tiram secara langsung.
Ia bekerja sama dengan petani lokal untuk memastikan ketersediaan bahan baku berkualitas tinggi bagi produk-produknya.
"Komitmen kami adalah meningkatkan kesejahteraan petani jamur sekaligus memperkenalkan jamur tiram sebagai bahan pangan utama di Indonesia," tambahnya.
Rafly memiliki visi besar untuk menjadikan jamur tiram sebagai bagian dari pola konsumsi sehari-hari masyarakat Indonesia. Selain produk camilan Fungi Bite, ia berencana mengembangkan menu yang lebih variatif, seperti frozen food dan produk siap saji.
Semua ini bertujuan untuk memberikan alternatif protein sehat yang lebih ramah lingkungan dibandingkan daging hewan.
"Saya ingin mendorong pola konsumsi yang berkelanjutan sambil meningkatkan kesejahteraan petani jamur," kata Rafly.
Rafly berpesan kepada pelaku UMKM lainnya untuk tidak takut berinovasi dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar.
"Kolaborasi dan pendampingan bisnis adalah kunci untuk bertahan di tengah persaingan," katanya.
Dengan komitmen pada inovasi, keberlanjutan, dan edukasi, Fungi Bite membuktikan bahwa jamur tiram bukan hanya sekadar bahan masakan, tetapi juga simbol perubahan menuju pola konsumsi yang lebih sehat dan ramah lingkungan.