TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tokoh Katolik, Darius Allo Tangko memberikan terkait makna ibadah puasa dalam agamanya.
Dia menyampaikan, berpuasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi lebih dari itu, merupakan latihan rohani untuk memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Pernyataan ini ia sampaikan dalam Dialog Kebudayaan yang digelar di Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Kota Makassar.
Dalam pemaparannya, Darius Allo Tangko menjelaskan, puasa memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Yesus Kristus.
Ia mengingatkan bahwa sebelum memulai perutusan-Nya, Yesus berpuasa selama 40 hari di padang gurun, tanpa makan dan minum.
"Dalam Injil disampaikan bahwa Yesus sebelum memulai tugas yang diberikan Bapa kepada-Nya, Ia menjalani puasa 40 hari. Di tengah puasa-Nya, iblis datang menggoda-Nya, tetapi Yesus tetap teguh dan tidak tergoda," ujarnya.
Darius menjelaskan, puasa bukan hanya sekadar ritual fisik, tetapi juga merupakan ujian spiritual.
Sama halnya dengan ibadah puasa yang dijalankan Umat Muslim, yakni menahan hawa nafsu.
Lebih jauh, Darius menjelaskan peristiwa di padang gurun yang dialami Yesus menghadapi cobaan besar dari iblis.
Pertama, mengubah batu menjadi roti – godaan akan kepuasan duniawi.
Kedua, melompat dari tempat tinggi agar malaikat menyelamatkannya – godaan untuk mencobai Tuhan.
Ketiga, menyerahkan diri kepada iblis demi mendapatkan dunia – godaan akan kekuasaan.
Namun, Yesus menolak semua godaan itu dengan berpegang pada Firman Tuhan.
Darius menekankan puasa dalam agama Katolik bertujuan untuk meneladani keteguhan Yesus dalam menghadapi godaan.
Menurutnya, berpuasa adalah cara untuk menahan diri dari kesenangan duniawi dan semakin mengandalkan Tuhan.
Darius juga mengingatkan bahwa Yesus menyampaikan ajaran penting tentang puasa dalam Injil.
"Yesus bersabda, 'Apabila kamu berpuasa, janganlah kelihatan muram mukamu, tetapi cucilah mukamu dan minyakilah rambutmu, supaya orang tidak tahu bahwa kamu sedang berpuasa, melainkan hanya Tuhan yang melihatnya dan akan membalasnya,’" tuturnya.
Menurutnya, pesan ini menunjukkan bahwa puasa bukan untuk dipamerkan, melainkan harus dilakukan dengan ketulusan hati.
Dialog Kebudayaan di Tribun Timur: Merajut Kebersamaan Lintas Iman
Dialog Kebudayaan yang berlangsung di lantai 4 Gedung Tribun Timur, Jl Cendrawasih, Kota Makassar ini menghadirkan berbagai tokoh lintas agama.
Selain Darius Allo Tangko, hadir pula:
KH Syekh Sayid A Rahim Assagaf
Dr. Ir. Yongris Lao
Darius Allo Tangko
Prof. Halilintar Lathief
Diskusi yang dimoderatori oleh Syarifah Ainun Jamilah ini mengangkat tema “Tradisi Berpuasa dalam Berbagai Agama”.
Membahas bagaimana praktik puasa menjadi bagian penting dalam berbagai keyakinan.
Wakil Pimpinan Redaksi Tribun Timur, Ronald Ngantung, menyampaikan bahwa media berperan dalam mendukung kegiatan kebudayaan dan keagamaan yang mempererat persatuan bangsa.
"Kami di Tribun Timur berkomitmen untuk mengangkat isu-isu lokal yang memperkaya wawasan masyarakat dan mempererat hubungan antarumat beragama. Puasa dalam berbagai agama memiliki makna yang dalam, dan ini menjadi refleksi penting bagi kita semua," ujarnya.
Acara ini pun diisi dengan refleksi bersama dan sesi tanya jawab.
Gerakan Kedaulatan Budaya
Gerakan Kedaulatan Budaya 2025 kembali menggelar 'Dialog Budaya.
Dialog Budaya ini dirangkaikan dengan buka Puasa bersama di lantai 4 Gedung Tribun-Timur, Jl Cendrawasih, Makassar, Kamis (6/3/2025) sore.
Kali ini, diskusi mengangkat tema "Tradisi Berpuasa dalam Berbagai Agama".
Menghadirkan tokoh lintas agama dan budayawan terkemuka.
Acara ini diinisiasi oleh Dr Halilintar Lathief, seorang budayawan dan penulis novel sejarah Sang Pembebas.
Ia menyampaikan terima kasih kepada Tribun Timur yang telah mendukung dialog budaya ini.
Melalui dialog ini, kita ingin membangun kesadaran bahwa perbedaan justru memperkaya kebudayaan Indonesia," ujar Prof Halilintar.
Ia menyampaikak dialog kebudayaan digelar setiap hari Kamis, dengan membahas berbagai aspek sejarah dan kebudayaan.
Dialog yang dimoderatori oleh Syarifah Ainun Jamilah ini menghadirkan tiga narasumber utama.
Di antaranya, KH Syekh Sayid A Rahim Assagaf, Dr Ir Yongris Lao, dan Darius Allo Tangki.
Mereka berbagi wawasan mengenai tradisi puasa dalam berbagai agama, menegaskan bahwa budaya dan nilai-nilai kebersamaan adalah fondasi penting dalam memperkuat identitas bangsa.
Sementara itu, Wakil Pimpinan Redaksi Tribun-Timur, Ronald Ngantung, menyatakan dukungannya terhadap dialog budaya yang digagas para budayawan.
Ronald menegaskan, media memiliki peran penting dalam menjaga dan mengangkat nilai-nilai kebudayaan di tengah masyarakat.
"Tribun Timur selalu berkomitmen untuk mendukung kegiatan yang memperkuat kebudayaan dan kebangsaan," ujarnya.
Ia percaya dengan sinergi antara media, budayawan, dan tokoh masyarakat, kita bisa membangun kesadaran akan pentingnya sejarah dan identitas bangsa.
Selain itu, ia menyebut bahwa Tribun Timur berperan dalam memperluas jangkauan diskusi budaya melalui siaran langsung di kanal YouTube Tribun Timur.
Sehingga lebih banyak masyarakat bisa terlibat dan mendapatkan wawasan baru tentang kebudayaan dan sejarah.(*)