Warga Keluhkan Tidak Ada SMA di Baroko, Wabup Enrekang: Kami Komunikasikan Ke Provinsi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KELUHAN WARGA - Warga Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang, Sulsel. Mengeluhkan tidak ada sekolah di kampungnya. Menanggapi hal ini, Wakil Bupati Enrekang menyampaikan akan membahas Keluhan masyarakat Baroko tersebut dengan Bupati Enrekang, Yusuf Ritangga. Kamis (27/2/2025).

TRIBUN-TIMUR.COM, ENREKANG - Warga Kecamatan Baroko, keluhkan tidak ada Sekolah Menengah Atas (SMA) diwilayahnya.

Menanggapi keluhan warga tersebut, Wakil Bupati Enrekang, Andi Tenri Liwang menyampaikan jika pembangunan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah kewenangan dari Pemerintah provinsi (Pemprov) Sulsel.

Ia juga mengatakan akan menyampaikan keluhan masyarakat tersebut ke Bupati Enrekang, Yusuf Ritangga.

"Nanti saya sampaikan ke bapak Bupati supaya bisa dikomunikasikan ke ibu Wakil gubernur, karena beliau (Yusuf Ritangga) dekat dengan ibu Wagub ," tutur Iwan sapaan akrab Andi Tenri Liwang saat dimintai tanggapan Kamis (27/2/2025) pagi.

Selain itu, ia menyebut usai berkomunikasi dengan Yusuf Ritangga nantinya, pihak Pemkab Enrekang akan menyurat ke Pemprov Sulsel.

"Mudah-mudahan, bisa secepatnya, walau memang perlu disampaikan kalau sekolah SMA ini kewenangannya pemerintah provinsi," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, salah satu Tokoh masyarakat (Tomas), Ramadhan (52) menyebut jika masyarakat di Baroko sudah lama menginginkan adanya SMA.

"Masyarakat disini sudah menyiapkan lahannya (sekolah)," ucap Ramadhan saat ditemui dirumahnya Rabu (26/2/2025) sore.

"Tapi tidak tau kenapa sudah berapa kali ditinjau (lahan sekolah), namun tidak ada tindak lanjutnya,"tambahnya

Menurutnya, keluhan siswa yang sudah masuk jenjang SMA di Kecamatan Baroko yakni transportasi.

"Tapi rata-rata anak-anak sekarang sudah memiliki motor semua," tuturnya.

Senada dengan Ramadhan, salahsatu warga yang berprofesi sebagai buruh tani di Baroko, Jaman mengatakan jika ongkos biaya transportasi anaknya karena bersekolah diluar kecamatan baroko, dinilai mahal.

"Banyak ongkosnya kami tanggung bensinnya anak-anak kalau sekolah diluar lagi," tutur Jaman.

"Tambah lagi kalau dia kos dekat sekolahnya, tambah biaya lagi,"tambahnya.(*)

Berita Terkini