TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – PSM Makassar saat ini dinilai kehilangan sosok pemain kreatif di lapangan tengah.
Akibatnya, aliran bola dari lini tengah PSM Makassar ke striker dianggap kurang. Pergerakannya pun monoton, dengan bertumpu di sisi sayap penyerangan.
Sejak ditinggal Willem Jan Pluim di musim putaran kedua 2023/2024, PSM Makassar di bawah asuhan Bernardo Tavares tak lagi memakai playmaker.
Juru taktik asal Portugal ini tak sekali pun melirik sosok playmaker untuk didatangkan.
Justru gelandang tipikal pendobrak dan box to box yang direkrut.
Sepertinya Bernardo Tavares menyesuaikan taktiknya dengan sepak bola modern saat ini.
Jika berkaca pada sepak bola Eropa saat ini, pemain tipikal playmaker sudah jarang ditemui.
Sosok playmaker memiliki kemampuan menguasai bola lebih lama, diberkahi skill individu, super kreatif, dan visi bermain yang bagus.
Hanya saja, hal ini akan membuat permainan menjadi lambat.
Kemungkinan besar hal ini yang membuat Bernardo Tavares tak lagi menggunakan sosok playmaker.
Apalagi, mantan talent scouting FC Porto ini memiliki filosofi bola efektif, tak mengutamakan penguasaan bola tinggi.
Justru bertumpu pada transisi menyerang atau counter attack.
Pengamat Sepak Bola, Syamsuddin Umar, menjelaskan, playmaker dibutuhkan ketika permainan sepak bola masih terbuka di lapangan tengah.
"Sekarang sepak bola itu hanya 20-30 meter saja. Jadi sangat ketat, press lawan press, sehingga playmaker tidak mampu memainkan bola di situ," jelasnya saat dihubungi Tribun-Timur.com, Kamis (30/1/2025).
Menurut Syamsuddin Umar, sekarang semua pemain harus menjadi playmaker karena sepak bola itu membangun serangan bukan hanya dari lapangan tengah lagi, tapi dari bawah.
Kemudian, pemain juga harus menjadi perusak serangan.
Makanya, lapangan tengah PSM Makassar jangan kehilangan kontrol dari gelandang lawan.
Jangan gelandang lawan selalu berada di depan pemain PSM Makassar.
Ia yakin, kalau pun masih ada Pluim bersama PSM Makassar, perannya akan tak efektif sekarang ini.
Lantaran bola tidak lagi dari pertahanan ke depan, melainkan serangan dibangun dari bawah, oleh kiper.
"Ke mana pun bola serangan dimulai dari build-up dari belakang, tidak ada lagi di tengah dirjen," terang mantan Asisten Pelatih Timnas Indonesia ini. (*)