Headline Tribun Timur

Makan Siang Gratis Diperdebatkan

Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Headline Tribun Timur edisi Minggu (27/10/2024).

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dua calon Wakil Wali Kota Makassar, Aliyah Mustika Ilham (nomor urut 1) dan Abd Rahman Bando (nomor urut 4), debat mengenai program pencegahan stunting dalam ajang debat perdana calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar di Hotel Dalton, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulsel, Sabtu (26/10/2024).

Debat mereka berfokus pada langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah stunting yang masih menghantui Makassar.

Dalam sesi tanya jawab, Rahman Bando mengangkat program Presiden Prabowo Subianto tentang makanan siang gratis bagi anak sekolah untuk mengurangi angka gizi buruk.

Ia menantang Aliyah, yang memiliki pengalaman di Komisi IX DPR RI (membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan jaminan sosial), untuk berbagi pandangan dan strateginya dalam mengatasi isu ini.

"Mari berbagi ilmu untuk kemajuan Makassar. Bagaimana strategi Anda dalam menangani stunting di kota kita?" ujar Rahman Bando sekaligus mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Makassar.

Aliyah, merespons dengan penuh keyakinan, memaparkan bahwa pemerintah saat ini telah membentuk Badan Gizi Nasional yang khusus menangani pertumbuhan gizi anak, mengalihkan peran dari Kementerian Kesehatan dan BKKBN.

Aliyah menekankan pentingnya dukungan daerah terhadap program makan siang gratis ini, namun menambahkan bahwa pendekatan "parenting" juga tak kalah penting dalam mempersiapkan keluarga yang bebas stunting.

Baca juga: Appi Kritik Format Debat Perdana Pilwali Makassar: Subtema Kurang Tajam

"Akan tetapi jangan mengenyampingkan program makan siang bergizi tersebut dengan program parenting (pengasuhan)," kata Aliyah.

Aliyah mengungkapkan keprihatinannya atas meningkatnya angka stunting di Makassar yang kini mencapai 7 persen, seraya berjanji untuk mengambil langkah nyata bersama timnya, paslon MULIA (Munafri Arifuddin dan Aliyah Mustika Ilham).

Rahman Bando kemudian menggali lebih dalam, meminta Aliyah menjabarkan strategi konkret pasangan Appi-Aliyah dalam mewujudkan kesehatan bagi semua warga jika terpilih.

Menjawab itu, Aliyah memaparkan visi pasangan MULIA yang akan melibatkan RT-RW sebagai penggerak kesehatan di setiap kelurahan.

Selain itu, ia menyampaikan rencana mereka untuk meluncurkan program “Satu Paket Satu Giga,” yang menyediakan paket gizi gratis bagi ibu hamil dan anak-anak.

“Bukan hanya sekadar mengatasi stunting, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya asupan gizi yang baik,” tegas Aliyah, yang juga mendukung program 1.000 hari pertama kehidupan.

Dalam debat kandidat, Aliyah juga menyoroti pentingnya perhatian pemerintah terhadap komunitas disabilitas.

Ia meminta Rahman Bando menjelaskan program yang akan mendukung penyandang disabilitas di Makassar.

Rahman menjawab bahwa pasangan berakronim Aman (pasangan nomor urut 4, Amri Arsyid dan Abdul Rahman Bando) berkomitmen menjadikan Makassar sebagai Kota Ramah Disabilitas, termasuk membangun sekolah khusus bagi anak-anak disabilitas.

Namun, Aliyah mengkritisi gagasan ini, menyatakan bahwa pendidikan seharusnya inklusif dan tidak membedakan anak disabilitas dari anak lainnya.

Aliyah juga menegaskan komitmennya untuk mendukung hak-hak disabilitas, mengacu pada Perda Kota Makassar yang mewajibkan perusahaan untuk mempekerjakan kaum disabilitas.

Ia berharap program-program tersebut dapat menciptakan lingkungan inklusif bagi semua anak tanpa diskriminasi.

Iuran sampah

Dalam debat tersebut juga, calon Wakil Wali Kota Makassar nomor urut 3, Ilham Ari Fauzi Amir Uskara mempertanyakan program iuran sampah gratis yang diusung pasangan calon nomor urut 2, Andi Seto Gadhista Asapa dan Rezki Mulfiati Lutfi (Sehati). 

Ilham menyebut program ini bisa memengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Makassar karena akan mengurangi salah satu sumber pemasukan daerah.

Menanggapi itu, Rezki Mulfiati, yang akrab disapa Kiki, memberikan jawaban tegas.

Menurutnya, program ini ditujukan khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah agar mereka terbebas dari beban biaya sampah.

Ia menjelaskan bahwa penerapan iuran sampah gratis adalah bagian dari upaya pasangan nomor urut 2 ini untuk meringankan pengeluaran masyarakat yang paling membutuhkan.

Rezki menambahkan bahwa program tersebut akan diimbangi dengan sistem subsidi silang, di mana industri seperti hotel dan pabrik tetap dikenakan iuran untuk menutupi biaya layanan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

"Program kami memang menggratiskan iuran sampah bagi keluarga berpenghasilan rendah, sementara bisnis komersial tetap dikenakan biaya," kata Kiki, mantan anggota DPR Sulsel ini.

Namun, jawaban ini tak cukup memuaskan Ilham yang kemudian menyanggah, menyatakan bahwa layanan sampah gratis bisa membuat kualitas pelayanan menurun.

“Pertama, kita terikat pada peraturan. Kedua, jika gratis, kualitas layanan bisa turun,” tandas Ilham.
Kiki, tak tinggal diam, merespons dengan optimisme.

Debat perdana Pilkada Makassar digelar di Hotel Dalton, Jl Perintis Kemerdekaan, Kota Makassar, Sabtu (26/10/2024). (Tribun Timur/Yaumil)

Ia menegaskan bahwa program iuran sampah gratis justru sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Makassar, karena mengurangi pengeluaran masyarakat miskin.

Di samping itu, ia menyebutkan bahwa pasangan Sehati juga memiliki program kesehatan gratis yang akan meningkatkan Universal Health Coverage (UHC) Kota Makassar.

"Program kami tidak hanya menghapus iuran sampah bagi keluarga berpenghasilan rendah, tapi juga mengurangi beban finansial mereka secara keseluruhan," jelas Kiki.

"Selain itu, kami berkomitmen untuk meningkatkan akses kesehatan gratis melalui program UHC prioritas," katanya menegaskan.

Bangun stadion

Pasangan Sehati, menawarkan visi untuk menghadirkan infrastruktur modern di Makassar. 

Di antaranya adalah stadion bertaraf internasional dan jalan layang non-tol yang diharapkan mampu mengurangi kemacetan serta mempercantik wajah kota. 

Andi Seto, mantan Bupati Sinjai yang mengaku bertekad membawa perubahan besar untuk Makassar, memahami bahwa proyek infrastruktur seperti ini memerlukan dana besar. 

Namun, ia optimistis karena memiliki jaringan kuat di pemerintah pusat.

“Kami akan membangun stadion bertaraf internasional dan jalan non tol untuk mengurai kemacetan. Semua ini bertujuan meningkatkan kenyamanan warga Makassar,” kata Seto yakin.

Sebagai kader Partai Gerindra yang sudah aktif sejak 2009, Seto merasa hubungan dekatnya dengan Presiden Prabowo Subianto akan memudahkan akses ke anggaran APBN. 

“Dengan Pak Prabowo sebagai presiden, komunikasi untuk membangun infrastruktur bernilai besar InsyaAllah lebih mudah. Kami ingin manfaatkan peluang ini sebaik mungkin untuk Makassar,” tambahnya.

Tak hanya bergantung pada pemerintah pusat, Seto juga berencana menjalin sinergi dengan Gubernur Sulsel dan pemangku kebijakan lainnya.

Ia mencontohkan pengalamannya sebagai bupati yang berhasil mengamankan dana DAK dan bantuan hibah untuk berbagai proyek seperti pembangunan jalan dan bendungan di Sinjai.

Dukungan juga datang dari Ketua DPRD Sulsel, Andi Rachmatika Dewi (Cicu), yang memimpin tim pemenangan Seto-Rezki di Pilkada Makassar.

Begitu pula Ketua DPRD Makassar dari NasDem yang menjadi salah satu partai pengusung pasangan Sehati bersama Gerindra, PAN, dan PSI.

“Dengan kolaborasi lintas pemerintah ini, kami yakin pembangunan Kota Makassar bisa berjalan lebih pesat dan terarah,” pungkas Seto.

Ia optimistis bahwa, dengan dukungan dari berbagai pihak, Makassar akan tumbuh menjadi kota yang modern dan maju jika pasangan Sehati memenangkan Pilkada pada 27 November mendatang.

Kurang tajam 

Pada akhir debat, Munafri ungkap ketidakpuasan terhadap format debat perdana.

Dia menilai bahwa subtema yang diangkat kurang mendalam dan tajam.

"Debat ini berjalan baik, tetapi pembahasannya harus lebih tajam," ujar Appi, sapaannya.

Menurut Ketua DPD II Partai Golkar Makassar tersebut, debat seharusnya menjadi ajang untuk menggali isu-isu penting yang langsung menyentuh masyarakat.

Ia percaya bahwa pembahasan yang lebih fokus akan memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi pemilih.

Appi merasa banyak gagasan yang ingin disampaikannya, namun terbatas oleh format debat. Kritiknya juga menyoroti kurangnya subtema yang bisa dibahas bersama dari sudut pandang semua pasangan calon.

 “Sebaiknya ada satu subtema yang dibahas bersama, sehingga pemilih bisa melihat perbedaan pandangan tiap calon,” jelasnya.

Ia juga menyesalkan sistem undian tema yang membuatnya tidak bisa mengupas isu pendidikan secara mendalam.

"Sulit menyampaikan ide-ide di bidang pendidikan kalau tidak dapat undian pada tema itu," terangnya.

Appi berharap Komisi Pemilihan Umum (KPU) Makassar bisa mempertimbangkan masukan ini agar debat berikutnya bisa lebih mendalam.

Dengan begitu, pemilih dapat memahami visi dan misi setiap calon dengan lebih jelas dan membuat keputusan yang tepat.(*)

Berita Terkini