Ketiga, tantangan pola hidup individualistik.
Keempat, tantangan pola hidup berbangsa dan bernegara yang ekstraktif ketimbang yang inklusif.
Kelima, tantangan terhadap geopolitik mondial semakin labil.
Keenam, tantangan terhadap teknologi dan kecerdasan buatan yang semakin mewarnai peradaban global dewasa ini.
“Bagaimana kultur Bugis-Makassar hadapi tantangan seperti ini,” tanya Taslim Arifin.
Selanjutnya, dalam merawat dan menumbuhkembangkan budaya Bugis-Makassar, pola pendidikan bagaimana harus dikembangkan.
Lalu bentuk lingkungan sosial politik bagaimana harus dianut supaya kesuburan budaya Bugis-Makassar tetap terpelihara.
“Tadi ada pertanyakan kenapa bisa lahir tokoh dengan determinasi tinggi dan seterusnya, itu adalah pendidikan keluarga, pendidikan lingkungan dan contoh pendidikan yang diberikan pemimpin kala itu. Sehingga meresap dalam tubuhnya dan menjadikan karakter dan perilaku menjalankan tugasnya,” tutup Taslim Arifin. (*)