TRIBUN-TIMUR.COM - Indonesia merupakan negara kepulauandengan wilayah yang begitu luas. Hal ini yang menjaditantangan dalam proses pembangunan daerah, di mana banyakkawasan yang masih belum tersentuh infrastruktur yang memadai.
Hal ini juga yang bisa dijumpai kala berkunjung ke Desa LubukDalam, Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan KomeringIlir, Sumatera Selatan. Bagi masyarakat perkotaan yang terbiasadimanjakan dengan infrastruktur memadai untuk mobilitassehari-hari, mungkin akan terkejut melihat kondisi wilayah desayang memiliki luas wilayah sekitar 800 meter persegi tersebut.
Menurut Kepala Desa Lubuk Dalam, Ridwan, wilayah desakebanyakan berupa rawa-rawa. Selain itu, untuk akses keluarmasuk desa harus melintasi sungai cukup besar yang tidak bisadilewati begitu saja.
Ia menjelaskan bahwa mayoritas masyarakat Desa Lubuk Dalam melakukan aktivitas ekonomi sebagai petani, nelayan, dan berkebun. Lokasi geografisnya sendiri sebenarnya tidak terlalujauh, namun memerlukan perahu getek untuk akses keluarmasuk desa, misalnya ketika akan ke desa induk, ke pasar, atauanak-anak pergi ke sekolah.
Ridwan bertutur bahwa dulunya desa ini masih memilikijembatan yang jadi andalan untuk akses warga. Sayangnya, jembatan tersebut sudah roboh sejak 10 tahun lalu karena saatair sungai meluap bisa jadi tinggi dan membuat jembatantersebut lambat laun lapuk dan roboh.
Ia melanjutkan bahwa kondisi geografis Desa Lubuk Dalam sendiri dilintasi sungai yang memiliki 2 cabang. Hal inilah yang menyulitkan akses masyarakat saat akan melakukan mobilitassehari-hari, sehingga kehadiran jembatan menjadi infrastrukturyang sangat diperlukan di desa tersebut.
Beruntung, kini masyarakat Desa Lubuk Dalam sudah bisamelakukan mobilitas sehari-hari dengan lebih mudah berkatpembangunan jembatan gantung yang hadir dari program BRI Peduli. Jembatan ini tercatat memiliki panjang 70 meter dan lebar 1,2 meter.
“Cerita awalnya itu ada salah satu guru SD kami yang memilikirekan relawan dari BRI Peduli. Setelah itu, dari BRI datangmelakukan survei ke Desa Lubuk Dalam ini. Setelah itu, nggaklama kemudian datanglah pengawas dan tim-tim yang bilangmau membantu untuk buat jembatan. Kemudian terjadilahdiskusi di mana posisi yang bagus untuk membangun jembatan. Nggak lama setelah itu datanglah tim yang bekerja untukmembuat jembatan tersebut,” ungkap Ridwan.
Proses pembangunan jembatan dimulai ketika cuaca yang tidakmenentu karena sering musim hujan. Inilah yang sempatmenjadi hambatan tim yang bekerja di lapangan. MenurutRidwan, di bulan-bulan tersebut sering terjadi hujan sehingga air sungai ikut meluap. Inilah yang menjadi tantangan selamaproses pembangunan berlangsung.
Tak memakan waktu terlalu lama, jembatan gantung ini selesaidalam waktu 3 bulan pengerjaan. Dampak kehadirannya tentusaja sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar, terutama wargaLubuk Dalam.
“Yang paling terasa sekarang itu aktivitas ekonomi berjalanlebih lancar. Tanaman atau hasil kebun dari bertani bisalangsung dibawa ke pasar. Ada juga tengkulak yang datanglangsung ke sini untuk mencari barang yang dibutuhkan. Selain itu, anak sekolah juga lebih mudah saat mau berangkat kesekolah, ibu-ibu yang mau ke pasar atau ladang juga lancar. Kalau dulu kita harus naik perahu getek, sekarang nggak lagi. Jadi masyarakat sangat berterima kasih dengan bantuan yang diberikan ini,” ceritanya.
Pada kesempatan terpisah, Wakil Direktur Utama BRI CaturBudi Harto mengungkapkan bahwa bantuan pembangunanjembatan yang diberikan merupakan wujud nyata kepedulianBRI dalam membantu masyarakat, khususnya di wilayah pedesaaan. Bantuan ini diharapkan bisa memberikan manfaatbagi mobilisasi penduduk maupun kegiatan perekonomianmasyarakat khsusunya masyarakat Desa Lubuk Dalam.
“Hal ini merupakan bentuk kepedulian BRI kepada masyarakatyang dapat berupa pembangunan jembatan, pembangunansaluran irigasi, pengembangan kawasan desa wisata. SemogaJembatan ini bisa dimanfaatkan dan dijaga dengan baik oleh masyarakat Desa Lubuk Dalam dan sekitarnya”, ungkapnya.