TRIBUN-TIMUR.COM -- I Made Aditya Wahyu Palguna menempuh jalan terjal untuk menjadi tentara.
Jalannya tidak mulus.
Ia beberapa kali gagal dalam perjalanan hidupnya.
I Made Aditya Wahyu Palguna punya cita-cita jadi tentara sejak duduk di bangku SMP.
Saat sekolah, ia mengisi waktu luangnya berternak babi bersama saudara-saudaranya.
Rutinitas itu dilakukan I Made Aditya Wahyu Palguna setiap pukul 05.00 subuh sebelum berangkat ke sekolah.
Setelah lulus SMP, I Made Aditya Wahyu Palguna ingin melanjutkan pendidikan ke SMA Taruna Nusantara.
Sayang harapan I Made Aditya Wahyu Palguna belum terwujud.
Ia gagal masuk ke SMA Taruna Nusantara.
I Made Aditya Wahyu Palguna kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Sukawati.
Beberapa tahun kemudian, I Made Aditya Wahyu Palguna dinobatkan sebagai lulusan terbaik Akademi Militer 2024.
Ia menyandang penghargaan Adhi Makayasa Akmil 2024.
Adhi Makayasa adalah penghargaan untuk lulusan terbaik Akmil, Akademi Angkatan Laut, Akademi Angkatan Udara, dan Akademi Kepolisian.
Dalam hal ini, Aditya berasal dari program studi (prodi) manajemen pertahanan, kecabangan infanteri.
Dengan ini, nama Aditya pun mengukir sejarah Bali dalam kemiliteran.
Sebab sebelum Aditya, nama warga Bali yang berhasil sebagai lulusan terbaik Akmil hanya dua orang, yakni Mayjen I Ketut Duara dan Letjen TNI I Nyoman Cantiasa.
Saat Tribun Bali menyambangi Banjar Tebongkang, rumah Aditya berada di barat daya banjar. Di sisi luar pekarangan rumahnya, terdapat bekas kandang ternak babi.
Diketahui, kandang tersebut merupakan salah satu saksi kedisiplinan Aditya.
Sebab, sejak masih duduk di bangku SDN 3 Singakerta, SMPN 1 Ubud dan SMAN 1 Sukawati, Aditya bersama saudara-saudaranya, selalu bangun pukul 05.00 Wita, untuk mengurusi ternak babi milik keluarganya, dengan jumlah babi mencapai ratusan ekor.
"Setiap pagi, selalu bangun jam 5 mengurusi ternak babi bersama saudara-saudaranya. Setelah jam 6, mereka langsung mandi untuk berangkat ke sekolah. Saat ini kandangnya sudah saya ratakan, sejak adanya virus yang membuat babi mati mendadak," ujar I Made Sumerta alias Made Koplo didampingi Ni Luh Sumiantari dikutip dari TribunBali.com.
Mereka berdua merupakan orangtua Aditya.
Kedua orangtuanya merupakan lulusan sarjana, ayahnya lulusan Fakultas Sastra Inggris Universitas Warmadewa, yang saat ini mengelola bisnis keluarga berupa bungalo.
Sementara ibunya lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa, yang saat ini fokus menjadi ibu rumah tangga.
Sebelumnya sempat bekerja di perbankan.
Dari pasangan suami istri ini, Aditya merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Sementara kakaknya adalah I Gede Wahyu Arta Wibawa, dua adiknya I Nyoman Satya Wahyu Indraguna dan Ni Ketut Nadya Putri Wahyuni.
Pak Koplo yang menjabat Kelian Adat Banjar Tebongkang tersebut mengatakan, Aditya yang merupakan kelahiran 2 Agustus 2002, selama ini dikenal sebagai sosok disiplin dan cerdas.
Sejak SD, ia selalu kerap meraih ranking 1, sementara di SMP dan SMA, ia selalu masuk peringkat lima besar.
Meskipun tergolong siswa berprestasi, Pak Koplo mengatakan, Aditya bukanlah kutu buku.
Aditya tumbuh seperti anak-anak banjar pada umumnya.
"Setelah pulang sekolah ngurus ternak lagi. Setelah itu bebas, biasanya nongkrong bersama teman-temannya atau bermain sepak bola. Kami orangtua tidak pernah menekan. Semuanya berjalan begitu saja, seperti sudah kesadaran," ujar Pak Koplo.
Meskipun menjadi lulusan terbaik Akmil 2024, langkah Aditya masuk ke dunia militer tidaklah mulus.
Mulai dari tidak lolos masuk SMA Taruna Nusantara hingga pernah diarahkan orangtuanya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran.
Namun karena telah memiliki cita-cita menjadi tentara sejak di bangku SMP, Aditya tak pernah patah semangat.
Di dalam kesuksesannya saat ini, juga ada peran mendiang sang kakek, alm I Wayan Jedog.
Sebelum meninggal pada 14 April 2024, mendiang lah yang membuatkan restok atau alat olahraga fisik untuk Aditya, di samping memberikan dukungan moral.
Hal ini pula yang membuat keluarga ini bersedih.
Sebab mendiang yang begitu semangatnya mendukung cucunya menjadi bagian dari militer, justru tidak ikut mendampingi cucunya saat menerima penghargaan sebagai lulusan Akmil terbaik 2024.
Pak Koplo didampingi istrinya, Ni Luh Sumiantari menceritakan, sebelum masuk ke SMAN 1 Sukawati, Aditya pernah mendaftar ke SMA Taruna Nusantara.
Menariknya, saat akan tes pendaftaran, sempat terjadi insiden yang membuat Aditya emosional. Yakni saat itu, Aditya diantar oleh ibunya untuk tes di Denpasar.
Namun di tengah perjalanan, mobil yang dikemudikan ibunya tiba-tiba mogok.
"Saat mogok, Aditya panik, emosional. Akhirnya saya carilah taksi, mobil saya tinggal. Lalu ikut tes, tapi tidak lolos, akhirnya masuk ke SMAN 1 Sukawati," ujar Ni Luh Sumiantari.
Pihak keluarga awalnya mengira Aditya telah mengubur cita-citanya masuk militer.
Karena itu, saat lulus SMA, mereka pun mengarahkan Aditya untuk masuk kedokteran.
Saat itu, Aditya pun menuruti kemauan orangtuanya, dan mendaftar di kedokteran di samping Aditya tetap mendaftar di Akmil.
"Ikut tes kedokterannya dia ikut, tapi hasilnya disembunyikan, lulus apa tidak. Tapi karena di Akmil pengumuman kelulusannya duluan, akhirnya anak kami langsung ke Akmil. Jadinya kami tidak tahu lulus apa tidak di Kedokteran. Kami belokkan ke kedokteran, biar kalau kami tua ada yang ngurus. Tapi karena semangat anak kami di kemiliteran sangat kuat, tentu kami juga sangat mendukung," ujar Pak Koplo. (i wayan eri gunarta)
Laporan Wartawan Tribun Bali I Wayan Eri Gunarta