Pelecehan di Takalar

Beda Pengakuan Korban, Guru SMK Takalar Sulsel Bantah Lecehkan Siswa: Refleks, Itu Cuma Rasa Bangga

Penulis: Faqih Imtiyaaz
Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Oknum guru di SMK Negeri Takalar, Sulawesi Selatan inisial HIM diduga lecehkan siswanya.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Oknum guru di SMK Negeri Takalar, Sulawesi Selatan inisial HIM diduga lecehkan siswanya.

Korban kini trauma atas kejadian yang menimpanya 3 Juni 2024 lalu.

Orang tua pun telah melaporkan kasus ini ke polisi.

Namun, HIM membantah dirinya melecehkan korban.

Itu sesuai dengan pernyataannya dalam surat yang diterima Tribun-Timur.com, Selasa (2/7/2024).

Dalam surat tersebut, HIM menjelaskan awal mula kasus tersebut.

Baca juga: BREAKING NEWS: Oknum Guru SMK 1 Takalar Diduga Lecehkan Siswanya

Kejadian saat menjelang Apel Pagi pada 3 Juni 2024

"Saat persiapan apel pagi pada Senin 3 Juni 2024 sekitar pukul 07.30 Wita, saat itu saya mau wudhu di kamar mandi melewati korban sedang berdiri mengganti baterai microphone," tulis HIM.

Kemudian HIM masuk ke sanggar pramuka.

Ditempat itulah ia bertemu dengan korban inisial MIA.

"Saya masuk di sanggar pramuka secara refleks mencium pipi sebelah kanan MIA dengan tidak punya rasa apa-apa. Saya menganggap ciuman itu adalah rasa bangga dan kegembiraan atas prestasinya di sekolah," jelas HIM.

"Ciuman itu hanya sesaat dan tidak berlangsung lama (refleks terjadi)," lanjutnya.

Sehari setelahnya pada 4 Juni 2024, HIM bertemu dengan keluarga MIA.

Saat itu, orang tua MIA ingin bertemu dengan guru Bimbingan Konseling (BK).

"Sekitar pukul 12.30 hari Selasa tanggal 4 juni 2024 saya melihat ada orang tua siswa duduk dan saya menyapa sambil bertanya 'maaf pak mau ketemu siapa?' dan beliau menjawab mau ketemu dengan guru BK bapak H Kamaluddin," terang HIM.

"Kembali saya bertanya 'sudah janjian dengan Pak H Kamaluddin?' jawaban orang tua, tidak," jelasnya.

"Saya bertanya lagi 'maaf orang tua atas nama siapa?' beliau menjawab 'orang tua siswa MIA," lanjutnya.

Dipertemuan itu, HIM menceritakan lagi rasa bangganya atas prestasi MIA.

"Dengan rasa bangga saya menceritakan tentang prestasi anaknya dan tanggapannya sangat luar biasa," tulis HIM.

Pada Rabu 5 Juni, HIM kemudian datang ke rumah MIA ditemani salah satu siswa.

Kedatangannya untuk membahas kasus yang dilaporkan orangtua MIA.

"Pada hari rabu tanggal 5 juni 2024 saya datang ke rumah MIA di temani oleh F siswa menanyakan kasus yang di laporkan oleh orang tua MIA ke pihak sekolah sekaligus ingin mengonfirmasi kejadian tersebut," katanya.

"Saat itu saya bertemu dengan ibu MIA kemudian saya bertanya, Mana MIA  bu? Ibunya menjawab sedang mandi, saya bertanya lagi kalau bapaknya mana bu. Lalu ibunya menjawab masih tidur," lanjutnya.

Sesaat kemudian ibunya menemui dirinya.

"Dan menyampaikan bahwa anaknya (MIA) sudah mandi dan langsung keluar lewat pintu belakang rumah," katanya.

Kemudian di hari Senin 10 Juni, HIM bersama guru K berkunjung ke rumah MIA.

Tujuannya menyampaikan permohonan maaf sekaligus memberi klarifikasi kepada orang tua.

"Pada pukul 09.00 wita, Senin tanggal 10 Juni 2024 saya mengajak pak K berkunjung ke rumah MIA untuk kembali klarifikasi sekaligus menyampaikan rasa penyesalan dan permohonan maaf kepada orang tua jikalau ada perbuatan yang tidak menyenangkan atas kejadian itu," kata HIM.

Dihadapan HIM lantas berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya.

Dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani di atas kertas bermaterai dan diketahui oleh kepala sekolah dan saksi.

"Setelah pertemuan itu sudah disepakati hari pelaksanaan pertemuan untuk tanda tangan surat pernyataan yaitu pada Hari Kamis 13 Juni 2024 lalu Pada Hari Jumat tanggal 14 Juni 2024 pukul 10.30 Wita saya mendapat panggilan dari Cabang Dinas Wilayah VIl untuk bertemu dengan Pak Hamzah selaku kepala seksi SMK," tutupnya.

Baca juga: Dilapor Lecehkan 4 Mahasiswi, Oknum Kadep FISIP Unhas Diberhentikan Sementara

Curhat Orang Tua Korban

Berbeda dengan pengakuan oknum guru, orang tua korban sebelumnya bercerita jika anaknya trauma atas kejadian itu.

Dari penuturan keluarga korban kepada Tribun-Timur.com, saat itu pelaku (HIM) masuk ke sebuah ruangan di mana korban ada di dalam sendirian.

Dari belakang, pelaku langsung memeluk dan melecehkan korban.

Akibat perbuatan itu, korban mengalami depresi dan trauma.

Dan trauma itu masih dirasakan korban sampai sekarang.

Sementara pelaku masih bebas berkeliaran di lingkungan sekolah.

Pihak keluarga juga telah melaporkan kejadian tersebut ke pihak sekolah.

Ayah Korban datang melapor ke sekolah pada tanggal 4 Juni 2024.

Kemudian pada tanggal 5 Juni, ayah korban dipanggil ke sekolah untuk bertemu Guru BK dan kepala sekolah.

Hasil pertemuannya, pihak sekolah mengatakan itu bukan kewenangannya.

"Kata kepseknya ini bukan kewenangannya. Dan dia bilang akan bicarakan lebih lanjut nanti," kata Ayah Korban, Senin (1/7/2024).

Tak puas dengan jawaban itu, keluarga korban kemudian melapor ke Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Jeneponto-Takalar.

Namun, bukannya mendapat titik terang, Cabang Dinas Wilayah VII malah melempar tanggung jawab penanganannya ke Dinas Pendidikan (Disdik) Sulsel.

"Pada tanggal 13 Juni kami chat Kasi SMK Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII, atas nama Hamzah, untuk menanyakan perkembangan prosesnya. Namun dia hanya katakan sabar," kata Ayah Korban.

"Terus pada tanggal 25 Juni kami chat lagi untuk menanyakan kelanjutan prosesnya. Namun, jawabannya kita disuruh menunggu keputusan Kadisdik," kata ayah korban sambil menunjukkan screenshot chat dengan Kasi SMK Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Hamzah.

Karena tak kunjung mendapat kepastian dan kejelasan hukum, keluarga korban kemudian pada 28 Juni melaporkan kasus itu ke Polres Takalar.

"Laporannya sudah masuk. Sementara kita lengkapi administrasinya untuk lakukan pemanggilan interogasi kepada pihak-pihak terlibat dan terkait," kata Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Takalar Iptu Sumarwan, Senin (1/7/2024).

Sepanjang proses yang telah dilalui, ayah korban mengakui pelaku telah mendatanginya untuk meminta maaf.

"Guru yang bersangkutan (pelaku) bersama Guru BK datang ke rumah kami minta maaf. Dia mengatakan mengakui perbuatannya, dan akan membuat surat pernyataan bermaterai, dan di situ dia berjanji tidak akan mengulanginya lagi," kata Ayah Korban.

"Namun, kami katakan kepadanya, bahwa kami ingin dia pindah dari sekolah. Kami ingin dia keluar dari sekolah. Karena anak kami trauma. Trauma jika guru itu tetap ada di sekolah," kata Ayah Korban dengan suara meninggi dan hampir menitikkan air mata.

Ayah korban juga menyampaikan tidak habis pikir kenapa seorang guru rela memperlakukan siswanya seperti itu.

"Saya capek-capek didik anak saya, malah dirusak seperti itu," katanya.

"Yang saya tidak habis pikir, kenapa ada guru yang rela melakukan hal seperti itu kepada siswanya," sesalnya.(*)

Berita Terkini