TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kala masyarakat sudah semakin tidak percaya pada pemimpin, maka mereka menjadi kaum anomi.
"Itulah yang ditegaskan oleh Emile Durkheim," ujar pengamat sosial politik Universitas Hasanuddin ( Unhas ), Dr Adi Suryadi Culla di redaksi Tribun-Timur.com, Makassar, Rabu (31/1/2024).
Menurut Adi Suryadi Culla, masyarakat anomi itu lebih parah daripada masyarakat anomali. Mereka tidak percaya lagi pada aturan.
"Anomi dari kata a yang berarti tidak ada dan 'nomos' yang berarti aturan," kata Adi Suryadi Culla.
Itulah yang dipertontonkan masyarakat kita dalam periode kampanye terbuka Pemilu 2024 ini.
Koordinator Forum Dosen itu menilai, masyarakat semakin terbuka menerima pemberian dari tim pasangan calon (paslon) capres-cawapres dan caleg.
"Jadi sudah bukan lagi serangan fajar karena dilakukan di siang hari dan terbuka. Yang ada sekarang adalah serangan pagar," kata Adi Suryadi Culla.
Maraknya serangan pagar terjadi karena masyarakat sudah sampai pada tarap anomi.
Adi Suryadi Culla menjelaskan istilah serangan pagar itu sebagai pemberian membabibuta dan sikap masyarakat yang tidak lagi sekadar siap menerima, tapi sudah malah meminta.
"Jadi pagar itu bisa berarti aturan, juga bisa berarti pagar beneran karena pemberian itu dilakukan di atas pagar. Bahkan kadang masyarakat melompat pagar untuk menerima pemberian itu," jelas Adi Suryadi Culla.
Menurut Adi Suryadi Culla, money politic atau politik uang itu muncul dari masyarakat anomi.(*)