TRIBUN-TIMUR.COM - Universitas Hasanuddin (Unhas) mencatat sejarah baru dalam kerja sama pendidikan antara Australia dan Indonesia melalui penandatanganan perjanjian kolaborasi riset inovatif.
"Total dana yang disepakati untuk program riset kolaboratif ini sebesar Rp120 miliar yang akan dialokasikan selama empat tahun atau Rp15 miliar per tahun," kata Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Unhas, Prof. Adi Maulana, Jumat (5/1/2024).
Ia menyatakan bahwa penandatanganan Nota Kesepahaman ini menandai dimulainya program Partnership for Australia Indonesia Research (PAIR) Sulawesi, di mana Unhas menjadi perguruan tinggi terdepan dalam kolaborasi riset antara Australia dan Indonesia.
"Total dana yang disepakati untuk program kolaborasi riset ini sebesar 120 miliar rupiah, yang akan dialokasikan selama empat tahun, dengan rata-rata 15 miliar rupiah per tahun," jelasnya.
Prof. Adi menegaskan bahwa momen kolaborasi ini menjadi bersejarah karena untuk pertama kalinya kolaborasi pendidikan antara Australia dan Indonesia menggunakan skema matching fund.
"Selain itu, ini juga merupakan pertama kalinya dalam sejarah Unhas memimpin konsorsium riset Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH)," ujarnya.
Acara penandatanganan MoU ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah Australia dari Kementerian Luar Negeri (DFAT) dan perwakilan pemerintah Indonesia dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta.
Acara ini merupakan tonggak sejarah karena untuk pertama kalinya melibatkan skema dana pendamping (matching fund).
Selain itu, UNHAS juga menjadi yang pertama memimpin konsorsium riset PTNBH.
Penandatanganan dilakukan oleh Rektor Monash University sebagai ketua konsorsium dari perguruan tinggi Australia, dan Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa sebagai Ketua Konsorsium Universitas Indonesia.
UNHAS akan memimpin konsorsium perguruan tinggi yang terdiri dari tujuh PTNBH yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB).
Universitas Airlangga (UNAIR), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Unhas.
Sementara itu, konsorsium Australia terdiri dari University of Melbourne, Monash University, University of Sydney, University of Western Australia, dan University of Queensland.
Program Partnership Australia-Indonesia on Research (PAIR) Sulawesi merupakan platform kolaborasi riset antara tujuh universitas PTNBH di Indonesia dan lima universitas di Australia.
Dana untuk program ini mencapai Rp 120 miliar selama empat tahun (2024-2027), yang bersumber dari pemerintah Australia dan pemerintah Indonesia melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Para peneliti dari tujuh PTNBH di Indonesia akan berkolaborasi dengan para peneliti dari lima universitas di Australia dalam berbagai topik penelitian dengan lokasi penelitian di Sulawesi.(*)