Pilpres 2024

Peta Medan Tempur Anies Baswedan, Prabowo dan Ganjar di Sulsel, Pengamat: Jokowi Effect Berpengaruh

Penulis: Erlan Saputra
Editor: Ansar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase Capres Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu panggung pertarungan ketat antara Capres Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. 

Setiap calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres) berusaha merebut hati masyarakat Sulsel dengan strategi kampanye yang berbeda.

Jika dibandingkan dengan 17 provinsi yang masuk kawasan Indonesia Timur, jumlah penduduk di Sulsel paling mendominasi dan tentu menjadi salah satu wilayah yang diincar capres-cawapres.

Berdasarkan rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel, daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 6.670.582 pemilih untuk Pemilu 2024. 

Pemilih ini tersebar dari 24 kabupaten/kota yang terdiri dari 313 kecamatan dan 3.059 kelurahan/desa. 

Adapun tempat pemungutan suara (TPS) tersebar di 26.375 titik.

Dari 6.670.582 daftar pemilih, jumlah perempuan paling mendominasi dengan jumlah 3.425.956 jiwa.

Sedangkan, pemilih dari kalangan laki-laki sebanyak 3.244.626 jiwa.

Dalam ajang pertarungan Pemilu Legislatif 2024, Sulsel dibagi menjadi tiga daerah pemilihan (Dapil) dengan memperebutkan 24 kursi DPR RI.

Dapil-dapil ini di antaranya Sulsel I yang meliputi Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Selayar, dan Kota Makassar.

Jumlah kursi DPR RI yang bakal diperebutkan sebanyak 8 kursi.

Lalu, Sulsel II menghimpun pemilih dari Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, Bone, Bulukumba, Sinjai, dan Kota Parepare.

Di mana masing-masing parpol bakal memperebutkan sebanyak 9 kursi.

Melangkah ke Sulsel III yang mencakup Kabupaten Enrekang, Pinrang, Sidrap, Tana Toraja, Toraja Utara, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, dan Kota Palopo.

Masing-masing kandidat calon legislatif bersaing memperebutkan 7 kursi DPR RI.

Analisis Politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Ali Armunanto menilai, salah satu faktor penting kemenangan bergantung pada kekuatan partai politik (parpol) dan tokoh-tokoh lokal.

Sebab, kekuatan parpol dan para tokoh tentu akan berpengaruh terhadap masing-masing kandidat capres-cawapres.

"Tentu sangat berpengaruh, kenapa? Karena kan para capres-cawapres ini sebenarnya tidak punya jaringan lokal yang menggerakkan jaringan lokal ini adalah para tokoh-tokoh," kata Ali Armunanto kepada Tribun-Timur, Senin (18/12/2023).

Ali mencontohkan, kehadiran tokoh-tokoh nasional asal Sulsel yang dianggap berpengaruh.

Misalnya, mantan wakil presiden (Wapres) RI dua periode, Jusuf Kalla (JK).

Walau pada akhirnya tokoh kelahiran Kabupaten Bone itu memilih untuk tidak ikut terlibat dukung-mendukung capres-cawapres.

Lalu, kemunculan Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman (AAS).

Amran Sulaiman sendiri telah memberikan sinyal kepada Prabowo Subianto untuk ikut serta membantunya dalam memenangkan pertarungan Pilpres di Sulsel.

Itu terbukti, Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Sulsel adalah kerabat dekat Amran Sulaiman.

Namanya, Andi Damisnur yang merupakan seorang purnawirawan jenderal polisi bintang dua.

Andi Damisnur merupakan satu kampung Amran Sulaiman, lahir di Bone 1 Januari 1962.

Jaringan-jaringan tokoh lokal lainnya yang dianggap mampu menopang suara capres-cawapres, seperti Wali Kota Makassar, Danny Pomanto, Ketua PDIP Sulsel Andi Ridwan Wittiri, Waketum DPP PPP Amir Uskara.

Danny Pomanto sendiri merupakan kepala daerah yang berada di kubu capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar-Mahfud.

Di kubu Prabowo-Gibran, paling didominasi tokoh berlatar kepala daerah maupun tokoh berpengaruh.

Misalnya, Ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Aras (AIA).

Kemudian dua mantan Ketua Gerindra Sulsel, La Tinro La Tunrung dan Andi Idris Manggabarani.

Mantan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, mantan Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman.

Waketum DPP Golkar Nurdin Halid, Ketua Golkar Sulsel yang juga eks Wali Kota Parepare, Taufan Pawe.

Tidak hanya itu, Ketum Partai Gelora Anis Matta, Ketua Gelora Sulsel Syamsari Kitta, Ketua PAN Sulsel Ashabul Kahfi, hingga Ketua Partai Demokrat Sulsel Ni'matullah Erbe.

Di kubu Anies-Muhaimin, ada Ketua Nasdem Sulsel yang juga mantan Bupati Sidrap dua periode Rusdi Masse Mappasessu (RMS), Ketua PKB Sulsel Azhar Arsyad, dan Ketua PKS Sulsel Amri Arsyid.

"Semua itu kan yang mengendalikan jaringan-jaringan lokal sampai ke akar rumput. Sehingga kemudian, kehadiran mereka tentu sangat signifikan untuk berkontribusi terhadap perolehan-perolehan suara partai," bebernya.

Melihat catatan sejarah Pilpres 2019, Prabowo berhasil unggul di wilayah Sulsel.

Kala itu, Prabowo yang berpasangan Sandiaga Uno mendapat 2.809.393 suara atau 57 persen.

Sedangkan, Jokowi-Ma'ruf hanya mendapat 2.117.591 suara.

Kendati begitu, Prabowo tidak mampu menang di sejumlah kabupaten.

Seperti, Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo (Bosowa). Kemudian Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara (Toraja Raya).

Di mana Wilayah Bosowa dan Toraja Raya menjadi kutukan bagi Prabowo di Pilpres 2019.

Ali Armunanto berpendapat, pertarungan Pilpres 2019 sudah berbeda dengan Pilpres 2024.

Sebab, kekuatan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sangat besar di Sulsel.

Jika Jokowi dan Prabowo sama-sama bertarung di Pilpres 2019, kali ini dua tokoh nasional ini saling menyatu.

"Ini artinya ada efek yang ditimbulkan oleh dua kekuatan besar yang bergabung di Pemilu 2019, kemudian bersatu di Pemilu 2024, yakni Jokowi dan Prabowo," kata Ali Armunanto.

Karena kalau kita melihat hasil survei yang ada, kata Ali, itu menunjukkan bahwa kekuatan-kekuatan yang dulu didominasi oleh Jokowi, di situ juga Prabowo yang menang.

"Artinya bahwa 'Jokowi Efek' masih kuat dalam Pilpres 2024, itu tidak bisa dipungkiri dan tidak bisa dinafikkan," lanjut Ali.

Sementara, Ganjar-Mahfud karena di Sulsel, melihat banyak isu-isu yang beredar di kalangan masyarakat pemilih, Ali menilai paling mendelegitimasi dari PDIP dan justru ikut mendelegitimasi Ganjar. 

"Pada akhirnya kan Ganjar di PDIP, suaranya sangat rendah di beberapa survei," ungkapnya.

Menurutnya, ini menunjukkan bahwa sentimen-sentimen negatif ke PDIP sangat berpengaruh terhadap perolehan suara Ganjar.

Walaupun Ganjar sudah ditopang oleh Mahfud MD yang seharusnya bisa meraih kantong-kantong suara di Pilpres.

Namun, kehadiran Mahfud tidak bisa memberikan pengaruh yang signifikan di Sulsel.

Sementara Anies-Muhaimin sendiri dengan pergerakan kelompok-kelompoknya cukup baik.

Seperti pergerakan relawan-relawan yang begitu massif dan secara spesifik.

"Sebenarnya, saya melihat justru Anies di Sulsel sangat ditopang oleh relawan-relawan PKS dan Nasdem yang sangat militan," ujar Ali.

Sehingga, kekuatan tersebut yang membuat suara Anies cukup baik dan diterima di Sulsel.

Bahkan, Ali menyebut kantong suara Anies lebih melampaui suara Ganjar. 

"Walaupun tidak mendekati Prabowo, tetapi suara Anies cukup diterima oleh masyarakat Sulsel dan juga pergerakan relawan-relawan yang cukup terorganisasi dan militan dengan baik yang memungkinkan," katanya.

Kemudian Anies bisa diekspos dan disosialisasikan dengan baik 

"Memang yang menjadi persoalan adalah Ganjar dan PDIP. Di sisi lain juga adalah partai-partai pendukungnya seakan tidak berdaya untuk memasarkan Ganjar, khususnya di Sulsel," tandasnya. (*)

Berita Terkini