Opini

Refleksi Hari Perempuan Internasional 2023: Surat Terbuka untuk Mbak Gita Savitri

Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koordinator Bidang Eksternal KOHATI Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINAM 2018-2021 Supriana

Oleh:
Supriana
Koordinator Bidang Eksternal KOHATI Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINAM 2018-2021
Koordinator Divisi Pengembangan Karya FLP Cabang Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - Munculnya perdebatan di media sosial seputar konsep childfree justru dapat membuahkan hasil untuk bahan diskusi dan kesempatan agar orang lain memahaminya.

Misalnya, beberapa hari yang lalu saya dan teman-teman seperjuangan alumni berbincang terkait banyak hal, salah satunya berita yang sedang diperbincangkan khalayak dan geger di sosial media hanya persoalan merespon pujian dari netizen.

Awalnya saya justru tidak tertarik, tapi setelah pulang dari tempat tongkrongan, membuat saya ingin menulis ini.

Karena perbedaan pendapat dengan teman, kami berupaya melihat dari sisi yang kita anggap benar.

Saya mencoba mewakili teman-teman diskusi semalam, ingin menyampaikan kepada Mba Gita mengatakan bahwa tidak menjadi persoalan jika Mba Gita dan para penganutnya, memilih untuk tidak mempunyai anak dengan kata lain disebut dengan istilah childfree itu bukan masalah.

Sebab itu prinsip hidup anda, tapi menjadi persoalan utamanya adalah anda lupa bahwa tidak semua orang bisa sependapat dengan Mbanya dan kenal akrab dengan anda.

jadi bisa salah sangka dalam menangkap apa yang dikatakan oleh Mbanya, saya sebagai fens militan ingin memberitahukan bahwa meskipun Mba Gita sudah menjelaskan alias klarifikasi bahwa pernyataannya tersebut hanya tertuju pada dirinya. Itu percuma.

Saya menganggap yang dikatakan oleh teman saya bisa jadi benar adanya, sebab bagaimanapun tidak semua orang mengikuti konten beliau, kenal Mba Gita seorang penulis, blogger menyuarakan hak-hak perempuan.

Yang mereka tahu komentar Mba Gita tersebut, seolah tidak menjaga perasaan perempuan lain yang sedang berusaha menjadi ibu yang baik.

Sehingga hujatan dan respon negatif lainnya berseliweran. Soal ‘hanya’ komentar tersebut tidak bisa dianggap remeh sebab Mbanya ialah influencer yang bisa ditonton oleh siapapun dan tidak ada yang bisa mengontrol pendapat mereka.

Alih-alih merespon dengan bijak, tapi sebaliknya Mbanya merespon balik dengan cara emosional yang berlebih, menganggap netizen tidak terpelajar, dan menyuruh mereka sekolah, seharusnya Mba Gita berhati-hati dalam membalas komentar netizen. Ini menjadi alasan utama saya ingin menyampaikan surat terbuka untuk Mba Gita dan para penganutnya.

Gita savitri adalah seseorang youtuber dan influencer yang novelnya diangkat ke layar lebar sedang hangat diperbincangkan, yang sudah pasti mendapat pro kontra oleh publik.

Saya sebagai fans militan, tentu saja mengenal sedikit banyaknya opini dari Mba Gita.

Saya paham Mba Gita berniat baik, saya justru sepakat jika Mbanya memilih pilihan tersebut, saya juga masih ingat jika misalnya Mbanya pernah bilang, kalau seorang Ibu yang punya satu, dua tiga anak itu hebat sekali, karena anda tidak mampu menjadi seperti mereka.

Saya paham, Mbanya ingin menyampaikan kepada orang-orang, bahwa ada loh , orang-orang yang seperti Mba Gita, yang berdiri dan hidup atas prinsip mereka sendiri.

Saya paham Mbanya ingin menyampaikan jika banyaknya anak-anak yang terlantar, sebab sedari awal orang tuanya, tidak memiliki kesiapan sebelum memilih untuk melahirkan anak-anak mereka. Misalnya: kesiapan mental, fisik, materi dan lainnya.

Saya juga sangat paham, jika Mba Gita juga ingin menyampaikan, bahwa punya anak itu kita harus bertanggung jawab, karena mengurus anak itu tidak gampang.

Tapi Mba Gita tidak perlu menyebarkan pendapat bahwasanya anak itu beban, seolah-olah orang akan menyesal punya anak, cukup sampaikan lebih ramah lagi, karena kebahagiaan orang-orang berbeda-beda.

Sebab ada seorang perempuan yang sedang berjuang menjadi Ibu yang baik, dan berusaha bertanggung jawab melakukan apapun demi anak-anak mereka.

Kebahagiaan mereka ada pada anak-anak mereka, sampai melihat mereka sukses. Maksudnya ialah, sampaikan saja seperlunya.

Sehingga tidak ada ibu-ibu yang menyesal telah melahirkan anak-anak mereka, atau calon Ibu tidak sekedar ikut-ikutan.

Respon Gita Savitri

Saya memantau setiap episode dari akun channel youtube Mba Gita. Salah satunya persoalan respon Mba terhadap komentar seorang netizen yang mengaku bahwa dirinya tampak lebih tua dibanding Mba Gita padahal dia jauh lebih muda.

Kemudian Mba merespon dengan tidak punya anak Mba menunda penuaan, bisa tidur selama 8 jam setiap hari, tanpa stres mendengar anak-anak teriak. Dan ketika akhirnya mendapat kerutan, uangnya untuk membayar botox.

Sebenarnya tidak ada yang mempersoalkan Mbanya mau memilih punya anak atau tidak itu urusan Mba Gita. Yang menjadi persoalan ialah cara meresponnya sebab Mbanya lupa jika setiap ucapan yang dilempar di media bisa digoreng oleh siapa saja yang melihatnya. Mba Gita lupa kalau itu salah satu resiko menjadi publik pigur.

Childfree

Fenomena childfree menjadi topik yang hangat diperbincangkan di media sosial. Namun, childfree bukanlah konsep yang baru di Indonesia.

Beberapa pasangan suami istri punya alasan tersendiri mengapa mereka memutuskan tidak memiliki anak walau sudah bertahun-tahun menikah.

Dating coach Kei Savourie (42) dan istrinya Lilia (40), seorang pengusaha aksesoris (BBC News Indonesia, 2023). Merupakan pendiri akun Childfree Life Indonesia yang kini memiliki 2.641 pengikut.

Pengamat sosial Universitas Indonesia. Devie Rahmawati, beliau juga menambahkan bahwasanya sebenarnya sudah banyak orang yang sudah memperaktikkan hal tersebut.

Selain munculnya generasi baru yang lebih terbuka dalam menyampaikan pendapat, ditambah hadirnya media sosial menjadi akses informasi mengenai parenting.

Sehingga, semakin banyak masyarakat yang terpapar dengan ide-ide alternatif baru yang sudah dianggap normal di Negara-negara seperti Amerika, China, Jepang, dan Korea Selatan.

Melihat diskursus yang terjadi di media sosial, ditambah respon dari Mba Gita sehingga sangat disayangkan bahwa kebanyakan ibu-ibu memandang bahwa Mbanya terlihat mengkampanyekan childfree dan dianggap sebagai serangan terhadap mereka yang punya anak. Padahal saya paham Mba Gita sangat menghargai pilihan perempuan.

Mbanya justru ingin membuka dan menyadarkan perempuan-perempuan bahwa dia sebenarnya punya hak atas tubuh mereka sendiri.

Tapi lagi-lagi semua orang salah paham terhadap Mbanya, bahwa orang yang seperti Mba tidak mau punya anak adalah orang-orang yang sedari awal memahami dirinya, mereka tidak bisa bertanggung jawab kepada masa depan anaknya kelak.

Saya tahu Mba Gita berniat baik untuk mengatakan hal tersebut tapi menurut saya cara memilih dan menyampaikan ke publiknya yang kurang ramah sehingga memantik pro kontra netizen muncul kepermukaan media dan menurut saya secara personal anda tidak perlu klarifikasi, anda tidak salah, karena Mba Perempuan.(*)

Berita Terkini