Cetak Laba Rp 39,31 Triliun, Kontribusi BRI untuk Negara dan Rakyat Meningkat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Utama BRI Sunarso dalam salah satu kesempatan.

TRIBUN-TIMUR.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membukukan pertumbuhan laba triple digit 106,14 persen year-on-year (yoy) sebesar Rp 39,31 triliun pada kuartal III-2022.

Perolehan laba tersebut akan dikontribusikan untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam menggerakkan perekonomian melalui komitmen dividen dan pajak.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, BRI senantiasa meng-create social and economic values secara beriringan.

Oleh karenanya, kata Sunarso, laba dari kinerja keuangan perseroan tersebut nantinya akan kembali kepada rakyat, melalui setoran dividen dan pajak ke negara yang pada akhirnya kembali ke rakyat.

“Karena BRI adalah banknya rakyat, maka labanya berapapun juga mudah-mudahan bisa dikembalikan kepada rakyat,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (1/12/202).

Sunarso mencontohkan, laba BRI pada 2021 mencapai Rp 32,4 triliun dan dikembalikan kepada negara dalam bentuk dividen sebesar Rp 14,05 triliun dan BRI membayar pajak sebesar Rp 12,5 triliun.

Total kontribusi BRI kepada negara berdasarkan laba rugi pada 2021 sebesar Rp 26,5 triliun.

“Kemudian, nanti oleh pemerintah dikelola masuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan kembali lagi menjadi berbagai program ke masyarakat, dan kembali kepada rakyat,” jelasnya.

Sebagai catatan, BRI memiliki komitmen kuat dalam pengalokasian rasio dividen (dividend payout ratio). Sejak tahun buku 2015, BRI tercatat membagikan rasio dividen sebesar 40 persen hingga mencapai 85 persen.

BRI berupaya memantik pemulihan ekonomi melalui rasio dividen sebesar 85 persen pada 2021. Pembayaran dividen tersebut naik signifikan dibandingkan dengan tahun buku 2020, yakni 65 persen.

BRI juga membuka kemungkinan untuk mengoptimalkan dividend payout ratio dalam tiga sampai lima tahun ke depan.

Dengan kondisi permodalan saat ini dan prospek kinerja yang bertumbuh, BRI masih memiliki potensi untuk memberikan dividend payout ratio di atas 70 persen.

Jaga pertumbuhan berkelanjutan

Direktur Utama BRI Sunarso dalam salah satu kesempatan. (DOK. Humas BRI)

Sunarso mengatakan, BRI akan terus fokus menciptakan pertumbuhan berkelanjutan.

Di samping itu, bank dengan jaringan terluas di Indonesia ini juga berkomitmen untuk terus menumbuhkembangkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) melalui strategi go shorter, go faster, and go smaller.

“Karena kinerja sangat bagus, maka tantangannya adalah bagaimana menjaga sustainability daripada pertumbuhan yang baik ini. Maka syarat untuk bisa tumbuh secara sustainable menurut saya ada empat,” ungkapnya.

Pertama, ada kejelasan sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro. Kedua, BRI harus memiliki kecukupan modal.

Saat ini BRI memiliki kecukupan modal yang sangat baik dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) BRI mencapai 24 persen.

Persentase tersebut sangat kuat mengingat untuk mencapai minimum requirement yang comply dengan Basel III hanya dibutuhkan 17,5 persen.

“Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa modal kami cukup untuk tumbuh beberapa tahun ke depan, mungkin 3-4 tahun ke depan,” ujar Sunarso penuh optimisme.

Ketiga, BRI harus memiliki kecukupan likuiditas. Adapun loan to deposit ratio (LDR) BRI baru mencapai 88,92 persen.

Oleh sebab itu, perseroan berkomitmen terus mendorong pertumbuhan kredit supaya LDR mencapai level optimal di sekitar 90-92 persen.

Keempat, kualitas dari pertumbuhan. BRI terus berupaya kuat mengelola non-performing loan (NPL) dan cost of credit agar terjaga dengan baik.

NPL BRI hingga kuartal III-2022 sebesar 3,09 persen atau menurun dari periode yang sama pada 2021 yang mencapai 3,27 persen.

“Dan cost of credit kami sekarang sudah turun dari 3 persen ke level 2,88 persen. Saya kira ini akan bagus kalau kami turunkan kembali sehingga cost of credit kita menjadi sangat baik,” tuturnya.

Berita Terkini