Kalla Group

Kaos Ihin yang Menginspirasi, Catatan HUT Ke-70 tahun Kalla Group

Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rusman Madjulekka, Freelance writer, mahasiswa pascasarjana STIE Mulia Pratama Bekasi dan mantan jurnalis Harian “Bisnis Indonesia” Jakarta.

Oleh: Rusman Madjulekka

Freelance writer, mahasiswa pascasarjana STIE Mulia Pratama Bekasi dan mantan jurnalis Harian “Bisnis Indonesia” Jakarta.

TRIBUN-TIMUR,COM - Suaranya pelan. Sesekali mengumbar senyum.

Dia mengenakan baju kaos hitam dipadukan celana panjang krem.

Dengan penampilan kasual kelihatan agak muda.

Setidaknya bagi pria seumurnya. Ketika saya mengalihkan pandangan ke kaki, sepatunya bukan yang wah atau bermerek dengan harga mahal.

Sama sekali tidak terlihat sebagai bos besar perusahaan terkemuka di Indonesia.

Itulah kesan saya, Sabtu 21 Mei 2022, saat menyaksikan Presiden Direktur Kalla Group, Solihin Jusuf Kalla, yang tampil sebagai narasumber talkshow pada Jakarta Marketing Week 2022.

Gelaran yang digagas MarkPlus.Inc tersebut merupakan event berkumpulnya para praktisi marketing diseluruh Indonesia untuk berbagi kisah dan pengalaman kepada masyarakat.

Saya memang sudah lama tidak bertemu Ihin - begitu ia akrab disapa.

Memori saya pun terbawa pada pertemuan pertama kali dengannya beberapa tahun silam.

Di Makassar, Sulawesi Selatan. Waktu itu menjelang pertemuan akbar para Saudagar Bugis Makassar.

Kegiatan yang diinisasi ayahnya, Jusuf Kalla dkk digelar setiap tahun.

Dan biasanya dilaksanakan seminggu setelah lebaran.

Targetnya memanfaatkan momentum pulang kampung para saudagar dari perantauan.

“Permisi…permisi,” ucap Ihin menerobos kerumunan wartawan di ruang outdoor lantai dasar bangunan yang masih tahap finishing dan sekarang dikenal gedung Wisma Kalla.

Letaknya di tengah kota Makassar.

Persisnya, hanya selemparan batu dari eks rumah tokoh pahlawan nasional Dr Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi  atau GSSJ Ratulangi yang juga Gubernur Sulawesi pertama.

Tak banyak yang mengenali Solihin Jusuf Kalla saat itu.

Makanya saat pembawa acara (MC) memintanya maju ke depan dan memperkenalkan, banyak yang terperangah, melongo, tak menyangka anak muda berkaos oblong yang baru saja ngeloyor menyelinap di antara mereka adalah putra pengusaha dan politisi nasional Muhammad Jusuf Kalla atau akrab disapa Daeng Ucu.

Seingat saya waktu itu Ihin didaulat sebagai ketua panitia pelaksana pertemuan akbar diaspora saudagar Bugis Makassar yang datang dari seantero nusantara.

Yang jadi topik menarik bukan kegiatannya.

Tapi justru sosok dirinya yang digadang-gadang sebagai calon penerus kepemimpinan di perusahaan yang dirintis kakeknya, Hadji Kalla pada 1952 silam.

Boleh dibilang, itulah momen pertama kalinya Ihin tampil ke publik.

Selama ini dirinya yang dikenal pendiam jauh dari publikasi dan sorotan lampu.

Ia sebenarnya tidak kemana-mana.

“Tapi dia menjalani masa magangnya dulu,” bisik seorang kawan. Maksudnya?

Sampai sekarang, perusahaan yang bermula dari bisnis keluarga ini memiliki jenjang regenerasi di pucuk pimpinannya.

Para anggota keluarga harus belajar magang di kantor sebelum menjadi pemimpin.

Tujuannya agar bisa memahami pekerjaan dari pengalaman.

Generasi pertama belum habis, generasi kedua harus belajar. Begitu seterusnya.

Banyak yang bilang gemerlap panggung dunia kerap membuai seseorang.

Uang, popularitas dan nama besar keluarga yang menempel, bahkan tak jarang mengubah perangai dan perilaku bak pesohor atau selebritas kagetan.

Tapi itu tak berlaku bagi seorang Solihin Jusuf Kalla.

Buktinya setelah melewati puluhan tahun karir dan deretan penghargaan yang dia persembahkan untuk Kalla Group, Ihin tak banyak berubah.

Bahkan saat dipucuk pimpinan sekalipun.

Ia masih dengan  pembawaan yang sama.

Dan masih suka pakai baju kaos.

Hanya bedanya, sekarang kaosnya lebih stylish ala generasi milenial.

Kembali ke cerita kaos Ihin yang sarat makna simbolik, saya jadi teringat penampilan bos Tesla dan CEO SpaceX sekaligus orang terkaya dunia, Elon Musk, saat bertemu Presiden Indonesia Joko Widodo, Sabtu (14/5/2022)  di pabrik produksi roket SpaceX,  Boca Chica, Amerika Serikat.

Kaos oblong yang  dipakai Elon saat itu banyak mendapat sorotan para netizen. Komentarnya bermacam-macam. Kabarnya kaos tersebut  dibanderol dengan harga US$30 atau setara Rp 435 ribu (kurs Rp14.500).

Ternyata, tak hanya Elon yang memiliki hobi bergaya santai di berbagai acara.

Beberapa deretan pebisnis teknologi kenamaan seperti Mark Zuckerberg hingga mendiang Steve Jobs terlihat  dengan gaya santai mereka dihadapan publik.

Berstatus sebagai orang kaya dan bos besar di perusahaan ternama tak lantas mengubah penampilan orang-orang ini. Bahkan saat bertemu dengan pejabat pemerintah sekalipun.

*

Memasuki tahun 2022, persisnya 18 Oktober, genap sudah 70 tahun Kalla Group berkiprah memberikan kontribusinya mendorong pembangunan Indonesia.

Sederet angka-angka kinerja, penyerapan tenaga kerja yang banyak, dan pencapaian perusahaan lainnya sudah membuktikan komitmen perusahaan yang berkarya dari timur Indonesia ini tidak diragukan lagi.   

Kendati demikian, kali ini bukan soal kinerja yang menjadi isu menggelitik.

Sudah banyak dipublish dan diberitakan media.

Melainkan bagaimana perusahaan ini melakukannya.

Terutama menjaga nilai-nilai luhur dan kultur perusahaan.

Tentang mengelola manusia Kalla sehingga bisa menggerakkan roda perusahaan ke arah kinerja yang moncer itu.

Sederhana dan Adaptif

Berkaca dari serpih jejak diatas tersebut, ada pesan moral yang menginspirasi yakni kesederhanaan dan adaptif.

Kedua nilai (value) ini menurut saya mewakili spektrum zaman yang berbeda namun tetap kontekstual.

Dan punya andil mewarnai perjalanan Kalla Group dari masa ke masa, tumbuh dan berkembang, hingga bertahan sampai generasi keempat.

Kesederhanaan tidak diajarkan.

Namun ditunjukkan dalam bentuk keteladanan para pemimpinnya.

Tidak ada aturan tertulis.

Tapi jajaran direktur dan level manajer seperti sudah paham dan maklum dengan filosofi yang sudah berjalan turun temurun. 

Bahkan diceritakan, kemana-mana Ihin mengendarai mobil Toyota Kijang atau Alphard.

Mengenai Toyota Kijang, mobil ini dipilih dengan alasan untuk menjalankan nasihat orang tuanya agar bergaya hidup sederhana.

Apalagi, salah satu bisnis grup perusahaan sejak dulu menjadi agen penjualan mobil Toyota di Makassar dan wilayah Sulawesi lainnya.

Kesederhanaan yang diwariskan perusahaan ini rupanya tidak sebatas fisik dan perilaku.

Tapi juga dalam berpikir yang sederhana dan tidak mempersulit.

Lebih mengutamakan fungsi dibandingkan penampilan dan pencitraan.

Berusaha untuk tidak berlebihan, sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang kontra produktif.

Di balik kesederhanaan yang disimbolisasi lewat kaos Ihin, pada saat yang bersamaan menurut saya  sang pemimpin ingin mengirim sinyal kalau pihaknya tidak ketinggalan beradaptasi dengan perubahan.

Itu ditunjukkan dengan transformasi teknologi digital yang terus bergulir dan merambah semua lini bisnis yang menjadi ekosistem Kalla Group.   

Bagi kalangan korporasi di tanah air, keberadaan sebuah entitas atau kelompok usaha dengan usia 70 tahun merupakan hal yang langka.

Dan di tahun 2022, kelompok Kalla dapat mencapai milistone ini.

Agaknya, tak berlebihan jika disebut perusahaan legendaris. (*)

Berita Terkini