MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Banyak tradisi maupun ritual-ritual di Indonesia. Termasuk Rebo Wekasan.
Rebo Wekasan ini merupakan sebuah tradisi yang ada di Jawa. Dimana tradisi tersebut dilakukan pada hari Rabu bulan Safar
Selain itu, ada banyak tradisi dan ritual lainnya yang masih dipercaya sebagian masyarakat.
Menurut Dosen Agama Islam Unhas sekaligus Sosiologi Agama, Dr M Sabiq, tradisi atau ritual tersebut sah-sah saja dan tergantung pada niatnya.
Ia membeberkan jika selain salat fardu ada juga salat-salat lainnya, seperti salat tasbih, taubat, dan salat tola bala.
"Jadi selain yang diwajibkan kita, ada muncul ritual lainya, seperti salat tasbih, salat, taubat, salat tola bala. Apapun namanya intinya kembali ke nawaitu kita," katanya pada Ngobrol Virtual (Ngovi) program TribunTimur, Rabu (21/9/22).
"Innamal a'malu binniyati. Kita tidak mengada-ada. Setidaknya juga sahabat nabi jika masih hidup di zaman sekarang tentu beda menafsirkannya tetapi karena kita sekarang banyak terlalu kaku melihat atau menerapkan hukum kaedah dalam berinteraksi pada prinsipnya momohon kembali kepada niat kita seperti apa," sambungnya.
Menurut dia, pada prinsipnya semua tradisi atau ritual itu tergantung pada niatnya.
Kata dia, jika niatnya adalah ibadah dan baik tentu hal tersebut sah saja.
Sementara itu, Wakil Pimpinan Redaksi Tribun Timur, AS Kambie menjelaskan tentang Rebo Wekasan.
Menurutnya, dalam tradisi dan beberapa ulama-ulama terdahulu khususnya tahun 1200-an itu memang dijelaskan tentang Rabu terakhir di bulan Safar.
"Kalau kita lihat dalam kitab An Nawadir yang ditulis oleh Abdul Hamid Kudus, itu dijelaskan bahwa ada beberapa ulama yang terdahulu mengatakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan 320.000 macam jenis bencana dan penyakit di hari Rabu terakhir di bulan Safar," katanya
Kata dia, di Sulawesi Selatan menyebut Rebo Wekasan yakni Cappu Araba atau hari Rabu terakhir di bulan Safar.
"Saya kira juga di beberapa tempat di Sulawesi Selatan khususnya di pulau di Kabupaten Pangkep itu setiap hari Rabu di bulan terakhir Safar ada tradisi mandi-mandi Safar," katanya
Bahkan sebut dia, hari Rabu terakhir bulan Safar ini warga berlomba-lomba mandi air laut.
Mereka meyakini dengan mandi air laut supaya terhindar dari berbagai macam jenis penyakit
"Memang dianjurkan oleh Rasulullah dan dianjurkan juga oleh kedokteran kita bahwa mandi air laut itu bisa menghindarkan kita dari penyakit," ucap Kambie.
Dia menyampaikan, tradisi ini juga biasanya dalam literatur kerap dibahas di pesantren.
Salah satu kitab tertua yang menulis di bulan Safar ini Syekh Abdul Hamid Kudus
Dia adalah salah seorang Imam pernah menjadi guru di masjid Haramain pada masa Syarifusein.
Sebelum Saud berkuasa di Mekkah sebelum Saudi berubah nama menjadi Arab Saudi, Syekh Abdul Hamid Kudus membawakan pengajian di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dan terjadi pergantian kekuasaan di Saudi.
Ulama-ulama yang tidak sepaham dengan tradisi Wahabi itu meninggalkan tanah Hijaz meninggalkan Mekah dan Madinah.
Salah satu di antaranya adalah Syekh Hamid Kudus. Ia pun ke Nusantara dan tinggal beberapa lama di pulau Jawa atau di Kudus tepatnya.
Sehingga ia dikenal menjadi Syekh Abdul Hamid Kudus.
Di sana beliau mengembangkan ajarannya dan menulis beberapa kitab.
"Termasuk di dalam kitabnya itu mengulas tentang hari Rabu terakhir di bulan Safar ini sehingga di Pulau Jawa itu sangat kuat sekali tradisi Rebo Wekasan," pungkasnya. (*)