F8 Makassar

Sandi Uno hingga Ridwan Kamil Hadiri F8 Makassar, Gubernur Sulsel Utus Sekprov Sulsel dan Profesor

Penulis: Siti Aminah
Editor: Saldy Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemberian badik kepada empat tamu penting F8 di Anjungan Pantai Losari. Sekda Provinsi Sulsel Abdul Hayat Gani turut menyaksikan.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pembukaan Makassar International Eight Festival and Forum (F8 Makassar) yang berlangsung di anjungan Pantai Losari tak dihadiri Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman.

Pemprov Sulsel hanya mengutus Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Abdul Hayat Gani didampingi Kepala Dinas Pariwisata Sulsel Prof Muh Jufri.

Keduanya masuk dalam deretan tamu VVIP dalam gelaran F8 yang menjadi top 10 Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata.

Abdul Hayat dan Muh Jufri juga ikut menjamu Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, Wakil Menteri Desa (Wamendes) RI Budi Arie, dan tamu penting lainnya, termasuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Tak hanya itu, Sekda Abdul Hayat Gani juga menyaksikan langsung pemberian badik kepada empat tamu spesial F8.

Sandiaga Uno, Budi Arie, Ridwan Kamil, dan Wali Kota Bogor sekaligus Ketua Apeksi, Bima Arya.

Mengenakan kemeja lengan panjang berwarna kuning, Abdul Hayat sekaligus menyampaikan sambutan Gubernur Andi Sudirman yang tak sempat hadir.

Dalam kesempatan ini, Wali Kota Danny Pomanto menghadiahi sebuah maha karya berupa lukisan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno. 

Lukisan tersebut sangat unik karena dilukis menggunakan media tanah liat oleh sang seniman legend Zainal Beta. 

Di atas panggung utama Makassar F8 Makassar ia menggunakan kecepatan tangannya melukis tak cukup 10 menit lukisan itu pun selesai. 

“Lukisan ini unik Pak Menteri dari tanah liat dimana lazimnya pelukis menggunakan cat air dan cat minyak. Keahlian dari seniman kebanggaan kami,” ucap Danny.

Sementara, Zainal Beta sangat bangga dan langsung memeluk Sandiaga Uno. 

Zainal Beta sendiri merupakan seniman sekaligus penemu sejak pertengahan 1980-an. 

Ia diakui dunia sebagai pelukis pertama yang berkarya dengan media tanah dan air. 

Ia bahkan dianggap gila oleh sesamanya. Namun beberapa cibiran luntur seiring datangnya pujian dari maestro Affandi 33 tahun lampau.

“Dulu saya dicibir, jadi saya mengurung diri dan mengasah kemampuan saya dan Alhamdulillah saya diakui dunia,” pungkasnya. (*)

Berita Terkini