TRIBUN-TIMUR.COM - Aksi Bharda E pelaku penembakan terhadap Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat yang merupakan ajudan Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Ferdy Sambo dinilai janggal.
Kejanggalan aksi penembakan yang menyebabkan Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat tewas di rumah dinas Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Ferdy Sambo diungkap pengamat.
Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto menyebut cara menembak Bharada E ke tubuh Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat di rumah jabatan Irjen Ferdy Sambo terbilang aneh.
Sebelumnya, fakta menarik tewasnya Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat yang merupakan ajudan Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo diungkap pihak keluarga.
Dari informasi awal yang disampaikan ke pihak keluarga, Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat tewas lantaran baku tembak di rumah di kediaman rumah dinas Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.
Bibi Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat yakni Rohani Simanjuntak mengatakan awalnya mereka hanya diinformasikan bahwa korban tewas akibat baku tembak.
Tetapi, setelah jenazah tiba di kampung halamannya pihak keluarga terkejut lantaran ditemukan adanya luka tembakan sebanyak empat titik.
Tak hanya itu ada luka sayatan benda tajam yang mengindikasikan dugaan jika Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat sebelum tewas disiksa terlebih dahulu.
Adapun luka sayatan di tubuh Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat terletak di bagian mata, hidung, mulut dan kakinya.
Sedangkan luka tembakan yang membuat Brigpol Nopryansah Yosua Hutabarat tewas ditemukan dua di antaranya luka tembak di dada.
Satu luka tembak di tangan dan satu lagi luka tembak di bagian leher.
Rohani Simanjuntak, bibi korban mengatakan, hingga kini pihak kepolisian belum menyampaikan terkait kronologis penembakan dan motif dari penembakan itu.
Pihak keluarga juga tidak mengetahui pelaku penembakan.
"Sampai saat ini, kita gak tau apa permasalahannya pak, siapa pelakunya. Mereka cuman bilang kalau pelakunya sudah diamankan di Mabes," kata Rohani saat dikutip dari Tribunjambi.com, Senin (11/7/2022).
Rohani mengatakan, korban tiba di Jambi pada Sabtu (9/7/2022) melalui cargo bandara.
"Saya dan keluarga yang nyambut pas mulai dari bandara sampai ke rumah di Sungai Bahar, karena waktu itu orangtuanya lagi ga ada di rumah," katanya.
Rohani menjelaskan, korban sudah bertugas selama 2 tahun sebagai ajudan pejabat Polri.
"Dia ajudan bapak Kadiv Propam, bapak Ferdy Sambo sudah 2 tahun," kata Rohani.
Saat tiba di rumah duka, keluarga awalnya tidak diperbolehkan untuk melihat kondisi korban.
Namun, ibu korban bersikukuh untuk melihat kondisi anaknya sebelum dimakamkan.
Saat itulah, keluarga melihat tubuh korban penuh luka.
"Ya awalnya gak dibolehin, tapi ibunya bilang mau lihat kondisi anaknya bagaimana," ujarnya.
Korban dimakamkan Senin (11/7/2022) hari ini.
Kejanggalan Luka Tembak
Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto merasa aneh dengan pernyataan dari Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan terkait kasus penembakan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat.
Sebab, Ahmad menyampaikan penembakan itu karena ketidakterimaan Nopryansah ditegur oleh Bharada E di rumah dinas Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Lelaki dengan sapaan Yosua itu tewas dengan luka enam tembakan di beberapa bagian tubuhnya.
Menurut Bambang, pernyataan dari Brigjen Ramadhan itu tidak masuk akal karena merasa aneh seorang ajudan berani melecehkan istri bosnya.
Mengingat, Yosua sudah dua tahun melakukan pengawalan kepada istri jenderal bintang dua tersebut.
"Kalau pun muncul tembak-tembakan itu juga tidak masuk akal, apakah tidak ada saksi lain di rumah dinas itu," kata Bambang.
Yosua harus menerima lima peluru dengan luka tembakan antara enam sampai tujuh di beberapa bagian tubuhnya.
Bambang pun menduga, tembakan dari Bharada E ini sudah terukur dan dari jarak dekat karena bisa melukai tujuh bagian tubuh korban.
"Itu yang menjadi aneh, begitu cermat dan tepatnya, seorang Tamtama menembak dengan lima peluru kena semuanya, apalagi dalam kondisi panikan," ujarnya.
Bambang juga merasa heran dengan ucapan Brigjen Ramadhan soal CCTV di rumah Ferdy Sambo mengalami kerusakan.
Dari penelusuran tim Wartakotalive.com, di tembok depan gerbang ada satu CCTV mengarah ke jalan komplek Polri Duren Tiga.
Kemudian di dekat pohon besar, CCTV juga terpasang mengarah ke pintu masuk atau garasi bajaj dan motor ATV.
Selain itu, di garasi mobil juga ada CCTV yang terpasang untuk menghindari atau memudahkan menangkap wajah pelaku kejahatan yang masuk.
"Makanya Polri harus menjelaskan ke publik, kalau tidak banyak asumsi-asumsi," jelas Bambang.
Kasus penembakan di rumah Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo di rumah dinas Duren Tiga, Kecamatan Mampang, Jakarta Selatan mencuri perhatian publik.
Dalam insiden tersebut melibatkan dua anggota Polri Bharada E dan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat.
Beredar informasi, ada dugaan Brigadir Y melakukan pelecehan seksual kepada istri jenderal bintang dua tersebut.
Sehingga polisi lulusan SMA itu harus meregang nyawa di tangan Polri dari tingkatan Tamtama yaitu Bharada E.
Pengamat Kepolisian, Bambang Rukminto meminta kepada Kapolri untuk membentuk tim pencari fakta guna mengusut tuntas kasus tersebut.
Tim pencari fakta ini harus melibatkan pihak luar seperti Kompolnas, Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) dan beberapa lainnya.
"Ini untuk menjaga objektivitas itu ada, ini sangat perlu karena menyangkut perwira tinggi," jelasnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengamat Sebut Ada Keanehan dan Tak Masuk Akal Ucapan Karo Penmas Mabes Polri Soal Penembakan Yosua
Baca berita terbaru dan menarik lainnya dari Tribun-Timur.com via Google News atau Google Berita