Idul Adha 2022

Suka Duka Lukman Jual Sapi di Kolong Rumah

Penulis: Wahyudin Tamrin
Editor: Sukmawati Ibrahim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lukman Reski (30) pedagang sapi UD Annisa di Jl Bangkala, Kelurahan Buntusu, Kecamatan Tamalanrea, Makassar saat diwawancarai di kandang sapinya, Rabu (6/7/2022).  

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Satu bulan sebelum hari raya kurban, Lukman Reski (30) telah membeli 20 ekor sapi di Kabupaten Bone dan Sinjai.

Sapi dari dua kabupaten tersebut ia datangkan secara bertahap.

Pertama enam ekor, kemudian menyusul empat ekor, dan terakhir 10 ekor.

Sapi tersebut kemudian ia jual kembali di UD Annisa, tempat bapaknya menjual sapi kurang lebih 20 tahun.

UD Annisa berlokasi di Jl Bangkala, Kelurahan Buntusu, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar.

Sekitar 50 meter dari UD Annisa juga terdapat pedagang sapi dengan jumlah 15 ekor.

Asalnya juga sama dari Kabupaten Bone.

Lukman menyimpan sapi jualannya di bawah kolong rumah yang ditinggali.

Ia rutin memberi makan mulai pagi hingga pukul 22.00 wita.

Setiap makanan sapi habis di tempat makannya, ia kembali memberinya makan.

"Jam 10 baru istirahat kasi makan," kata Lukman saat ditemui di kandang sapinya, Rabu (6/7/2022).

Sapi tersebut, Lukman jual mulai harga Rp 12,5 juta hingga Rp 17 juta.

Hingga saat ini, tiga hari sebelum Idul Adha, sapi Lukman laku terjual 14 ekor.

Ia masih akan terus menjual hingga seminggu setelah hari raya kurban.

"Biasanya masih ada yang datang beli setelah lebaran," kata pria asli Makassar itu.

Meski sudah laku terjual, sapi tersebut masih berada di kandang sapi milik Lukman.

Ia mengatakan, pembeli akan mengambilnya satu atau dua hari sebelum lebaran.

"Yang sudah laku kita beri tanda cat di badannya," katanya.

Lukman bercerita, ia hanya melanjutkan pekerjaan ayahnya yang tahun ini pindah ke Moncongloe Kabupaten Maros.

Tahun lalu saat ayahnya bisa menjual sampai 80 ekor.

Namun, sebagai pedagang baru yang melanjutkan usaha ayahnya, Lukman hanya menjual 20 ekor.

"Berhubung karena saya masih baru, jadi mulai dari bawah dulu. Yang kecil-kecil dulu," kata pria yang pernah kuliah di Universitas Fajar itu.

Di awal menjual sapi, Lukman mengaku memiliki banyak suka dan duka.

Mulai tinggal bersama sapi dan memberinya makan mulai pagi hingga malam.

Untuk makanan, kata dia, menjadi hal sulit.

Sebab ia bersaing dengan pedagang sapi lainnya mencari rumput. Waktu Lukman awal menjual, masih sering mendapatkan rumput.

Namun itu tidak berlangsung lama, rumput subur untuk makanan sapi sudah mulai berkurang dan habis. Sehingga ia ke daerah mencari petani.

Ia mengambil jerami padi para petani untuk memberi sapinya makan.

"Sukanya itu kalau ada pembeli baru," kata Lukman.

Terakhir saat dokter hewan menyambangi kandang sapi Lukman, 14 dinyatakan sehat dan layak kurban.

"Ada enam dia bilang tidak layak untuk dikurbankan. Saya tidak tahu juga alasannya. Tapi semua sapi di sini sehatji," katanya. (*)



Berita Terkini