Tangkap 10 Perusuh, Begini Penjelasan Irjen Pol Nana Sudjana soal Demo Ricuh di DPRD Sulsel

Penulis: Muslimin Emba
Editor: Waode Nurmin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolda Sulsel Irjen Pol Nana Sudjana didampingi Kabid Humas Kombes Pol Komang Suartana dan Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sejumlah perusuh dalam unjuk rasa ricuh tolak penundaan Pemilu 2024 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, ditangkap, Senin (11/4/2022) malam.

Mereka ditangkap polisi setelah terlibat kericuhan atau pelemparan terhadap petugas.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Nana Sudjana menyebut, awalnya unjuk rasa berjalan damai dan tertib.

"Awalnya berjalan baik, kamipun sudah berkoordinasi dengan pihak dprd, kami mediasi dan diterima dengan baik-baik," kata Irjen Pol Nana Sudjana ditemui seusai aksi.

Saat menjelang akhir unjuk ata pasca ditemui perwakilan DPRD Sulsel, lanjut Nana, beberapa penyusup mulai melakukan pelemparan.

"Ketika menjelang akhir buka puasa ada beberapa kelompok yang melakukan aksi tapi saya melihat itu bukan dari mahasiswa mereka langsung melempari kantor DPRD," ujarnya.

Saat pelemparan itu terjadi, kata Nana, pihaknya sempat menahan anggota untuk tidak membalas.

"Kita sudah peringatkan menghentikan pelemparan karena akan merusak apalagi DPRD ini juga merupakan kantor bersama pemerintah dan masyarakat," ungkap Nana.

"Tapi tidak digubris maka mau tidak mau kami melakukan pendorongan tetapi kita tetap menyampaikan persuasif agar tidak melakukan pelemparan akan tetapi tidak digubris lagi maka kami mengeluarkan tembakan gas air mata sebagai peringatan," tuturnya.

Dalam unjuk rasa itu, sepuluh pemuda yang disinyalir sebagai perusuh berhasil ditangkap.

"Kurang lebih 10 orang masih kita teurs lakukan identifikasi," tegasnya.

Sementara jumlah mahasiswa yang malakukan unjuk rasa kata dia ditaksir mencapai 2000 orang

"Tadi mahasiswa kurang lebih 2000 mahasiswa dan kemudian penyusup-penyusup itu yang kami tidak duga awalnya," beber Nana.

Sebelumnya diberitakan, Unjuk rasa di depan DPRD Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, berakhir ricuh, Senin (11/4/2022) sore.

Kericuhan bermula saat perwakilan pimpinan DPRD Sulsel, seperti Syahruddin Alrif dan beberapa lainnya usai menemui pengunjuk rasa.

Alrif yang sempat membacakan salah satu pernyataan sikap dari kelompok massa diprotes kelompok massa lain.

"Kita ini ada banyak aliansi pak, itu yang dibacakan baru satu kelompok," teriak seorang pengunjuk rasa.

Alrif dan perwakilan DPRD Sulsel lainnya pun meninggalkan kerumunan massa dan dievakuasi kembali ke dalam gedung DPRD.

Saat proses evakuasi oleh aparat kepolisian itu, berlangsung, sejumlah pengunjukrasa melemparkan botol air mineral.

Meski dihujani lemparan botol mineral, petugas terus mengarahkan Alrif Cs berjalan.

Hingga akhirnya ia dan perwakilan DPRD Sulsel lainnya berada di dalam halaman kantor.

Pagar utama DPRD Sulsel pun ditutup dan memicu aksi protes pengunjuk rasa.

Beberapa dari massa aksi lalu mulai menggoyangkan pagar besi DPRD Sulsel disusul lemparan batu.

Meski terus diimbau oleh polisi dari dalam DPRD Sulsel, lemparan tidak berhenti.

Hingga akhirnya personel Ditsamapta Polda Sulsel bersama Brimob menembakkan gas air mata dari arah barat (Urip Sumoharjo).

Disusul semprotan air atau tembakan air dari mobil watercanon yang disiagakan.

Massa aksi pun bubar dan berlarian ke arah Fly Over.

Tidak sampai di situ, dari arah Fly Over, massa terus melakukan pelemparan.

Brimob dan personel Ditsabhara Polda Sulsel pun terus menekan pengunjuk rasa yang mulai merusuh hingga mereka terbagi dua.

Ada yang berlarian ke Jl AP Pettarani dan ada yang berlarian ke arah Jl Urip Sumoharjo-Perintis.

Pantauan hingga pukul 18.56 Wita, situasi di kawasan Fly Over Makassar sudah dapat dilalui kendaraan.

Massa aksi perlahan bubar setelah dipukul mundur petugas.

Adapun tuntutan massa aksi, yaitu terkait penundaan pemilu atau perpanjangan masa jabatan presiden.

Juga persoalan kenaikan harga BBM yang memicu naiknya harga sembako.(Tribun-Timur/Muslimin Emba).

 

Berita Terkini