Lukisan Armin Mustamin Toputiri

Ini Alasan Elite Golkar Doli Kurnia Keluarkan Uang Rp100 Juta Beli Lukisan Armin Mustamin Toputiri

Penulis: Wahyudin Tamrin
Editor: Saldy Irawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kurator Kuss Indarto dan Ketua Komisi II DPR RI, Ahmad Doli Kurnia Tandjung (kiri) yang membeli lukisan Armin dengan judul Suara Mahasiswa.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ahmad Doli Kurnia Tandjung membeli lukisan Armin Mustamin Toputiri yang berjudul Demonstruk.

Lukisan tersebut ia beli seharga Rp100 juta.

Lukisan tersebut dipamerkan di Hotel Claro, Makassar, Sabtu-Kamis (12-17/3/2022).

Ketua Komisi II DPR RI itu mengatakan secara umum semua lukisan yang dibuat oleh Armin adalah ekspresi dari pengalaman politiknya.

Selain pengalaman politik, juga pengalaman Armin sebagai aktivis.

"Ini lukisan kritik sosial terhadap politik, kritik terhadap para politisi," katanya.

Dari semua lukisan yang Doli lihat, ia tertarik pada lukisan yang berjudul Demonstruk.

"Lukisan ini bicara bukan tentang hari ini tapi berbicara tentang masa depan," katanya.

Menurut Doli, lukisan yang berjudul Demonstruk itu sebagai kritik terhadap mahasiswa dan aktivis yang dikhawatirkan tidak murni lagi perjuangannya.

"Kenapa ini penting karena mereka ini yang menjadi wajah Indonesia ke depan," katanya.

Sehingga, kata Doli, jika mahasiswa dan aktivis saat ini tidak punya idealisme, maka lukisan yang dibuat Armin itu menjadi kritik yang tepat bagi mereka.

Menurutnya, lukisan ini merupakan cikal bakal dari semua lukisan kritik yang dibuat Armin.

"Mereka (mahasiswa) nanti yang akan menjadi politisi, pejabat, dan kepala daerah di masa depan. Sehingga kritik Armin sangat pas pada lukisannya," katanya.

Demonstruk, kata Doli, harus dikembalikan pada demonstrasi yang sebenarnya.

"Itu kira-kira kenapa saya mengambil ini karena ini bicara tentang masa depan Indonesia," katanya.

Selain itu, yang membuat Doli tertarik adalah background warna hijau dan hitam.

Menurutnya warna itu adalah lambang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi tempat ia berkecimpung saat mahasiswa.

"Jadi ini juga kritik sekaligus pesan yang disampaikan kepada adik-adik supaya jangan sampai seperti ini," katanya.

"Nanti kan yang rusak organisasinya, HMI-nya, Indonesia rusak, semuanya jadi kacau," lanjutnya.

Hal yang sama dikatakan kurator Kuss Indarto. Ia mengatakan tafsir yang dikatakan Doli sudah sangat lengkap.

Ia hanya mengatakan lingkungan yang dikritik itu berawal antara lain dari sejak mahasiswa.

"Ketika mahasiswa, pada diri mereka masih idealis, tapi ketika sudah ada struk di moncong kritiknya sudah tidak murni lagi. Sulit diharapkan kedepannya," kata Kuss Indarto.

Selain Ahmad Doli Kurnia Tandjung, lukisan Armin juga diboyong oleh empat kolektor lainnya.

Salah satunya adalah Misriani.

Moch Hasymi Ibrahim mengatakan ia adalah seorang pengusaha.

Selain itu, kata Moch Hasymi Ibrahim, Misriani juga mantan anggota DPRD Sulsel.

"Misriani membeli seharga Rp50 juta," katanya.

Lukisan Armin juga diboyong Andi Ina Kartika Sari.

Ia adalah Ketua DPRD Sulsel.

Pameran lukisan tunggal Armin Mustamin Toputiri ini berlangsung di Hotel Claro, Jl AP Pettarani No 03, Mannuruki, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sabtu hingga Kamis (12-17/3/2022).

Ini adalah pameran tunggal yang baru dilaksanakan selama 30 tahun terakhir.

Selama setahun, mantan anggota DPRD Sulawesi Selatan (Sulsel) ini menghasilkan 126 karya lukis.

55 diantaranya dipamerkan pada acara pameran tunggal yang bertema Zoon Politicon itu.

"Jumlah tersebut saya pilih karena sesuai dengan usia saya saat ini," kata pria yang akrab disapa Armin itu. (*)

Laporan wartawan Tribun Timur, Wahyudin Tamrin

Berita Terkini