TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Selain polisi, pengunjuk rasa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Gowa Raya, juga sempat bersitegang dengan pengendara, Jumat (25/2/2022) sore.
Salah satunya, dengan pengendara berjaket ojek online (Ojol) yang terjebak macet dalam unjuk rasa yang berlangsung di Jl Sultan Alauddin, Makassar, itu.
Salah satu mahasiswa terlibat perdebatan hingga nyaris adu jotos dengan pengendara yang terjebak macet.
Bermula saat massa HMI menutup full ruas jalan Sultan Alauddin tepat di depan kampus Universitas Islam Negeri Alauddin.
Saut-sautan bunyi klakson pengendara pun terus berbunyi meminta agar dibukakan akses jalan.
Hal itu direspon pengunjuk rasa dengan menghampiri pengendara tersebut.
Keduanya pun terlibat adu mulut yang beruntung dapat ditenangkan oleh pengunjukrasa lainnya.
Pantauan di lokasi, unjuk rasa berlangsung sekitar pukul 16.25 Wita hingga pukul 18.25 Wita atau jelang adzan Maghrib berkumandang.
Bubarnya massa aksi itu, pun membuat ruas jalan Sultan Alauddin, kembali normal dilalui kendaraan.
Setidaknya terdapat dua insiden aksi saling dorong polisi dengan mahasiswa.
Saling dorong pertama tejadi saat mahasiswa hendak membakar ban lalu dihalau polisi.
Keduanya pun terlibat ketegangan dan sempat saling dorong, meski tidak berlangsung lama.
Insiden serupa terjadi saat massa HMI membentuk barisan simpul yang menutup full ruas jalan Sultan Alauddin.
Bunyi klakson pengendara yang terjebak macet pun saut-sautan.
Polisi yang berjaga sontak meminta pengunjukrasa agar membukakan jalur.
Namun, permintaan itu tidak diamini pengunjuk rasa.
Aksi saling dorong pun tidak terhindarkan antara polisi dan mahasiswa.
"Tetap satu simpul kawan-kawan, tutup full," teriak pengunjukrasa memprotes aksi polisi.
Menghindari gesekan lebih meluas, polisi yang dipimpin Kasat Sabhara AKBP Darminto pun menarik pasukannya.
Dan tidak berselang lama, akhirnya mahasiswa membukakan akses jalan ke pengendara.
Unjukrasa HMI itu berlangsung tepat di depan Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).
Dalam orasinya, pengunjukrasa mengecam pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas terkait suara adzan yang dianggap dibandingkan dengan suara gonggongan anjing.
"Pernyataan menteri agama yang membandingkan suara adzan dengan suara anjing adalah bentuk penistaan agama, utamanya agama kita Islam," kata seorang orator dalam orasinya.
Atas dasar itu, lanjut pengunjukrasa, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas agar dicopot dari jabatannya.
"Kita meminta Presiden Joko Widodo agar segera mencopot Menteri Agama dan juga segera menangkap menteri agama karena menistakan agama," ujarnya.
Selain itu, pengunjukrasa juga menyoroti sejumlah persoalan sosial yang terjadi belakangan ini.
Diantaranya, persoalan kelangkaan dan naiknya harga minyak goreng di masyarakat.
Unjuk rasa itu, sempat diwarnai ketegangan antara pengunjuk rasa dan polisi.
Pasalnya, saat mahasiswa hendak membakar ban, aparat kepolisian menghalau.
Namun, upaya itu tidak berhasil dan mahasiswa tetap melakukan aksi bakar ban.
Meski demikian, ban yang dibakar mahasiswa tidak berlangsung lama.
Pasalnya, personel SatSabhara Polrestabes Makassar yang tiba di lokasi langsung memadamkan api menggunakan apar.
Unjuk rasa yang berlangsung pada pukul 16.30 Wita itu, pun mengakibatkan kemacetan panjang.
Pasalnya, pengunjukrasa menutup ruas jalan Sultan Alauddin arah AP Pettarani.
Dan berselang beberapa saat kemudian, pengunjung rasa menutup ruas jalan arah sebaliknya.(*)