TRIBUN-TIMUR.COM - Nama-nama bakal calon yang akan masuk dalam bursa Pilpres 2024, hingga kini masih jadi hal menarik untuk dibahas.
Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil hingga Anies Baswedan ramai masuk dalam lembaga survei.
Meski masuk dalam lembaga survei, ada yang tidak percaya jika Prabowo Subianto dan Anies Baswedan bisa terpilih sebagai presiden menggantikan Jokowi nanti.
Arief Poyuono, mantan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, pun mengungkap sosok yang bisa menggantikan posisi Presiden Joko Widodo ada orang yang berasal dari Jawa Tengah.
Hal ini dilihat Arief Puyuono dengan menggunakan ramalan dari Jongko Jayabaya (Jongko Joyoboyo).
Arief Poyuono mengaku, masih menyakini Jongko Jayabaya sebuah ramalan dari Raja Kediri, Prabu Jayabaya (1135-1157 M).
Ramalan Jongko Joyoboyo dijadikan Arief Poyuono sebagai patokan dalam membaca siapa sosok pengganti Jokowi.
Dimana dalam Jangka Jayabaya itu beri petunjuk pemimpin memiliki nama dengan akhiran yang jika diakronimkan menjadi "NOTONEGORO".
"Kalau masih bingung, ya namanya Notonegoro bisa jadi presiden di akhirannya (namanya)" katanya Arif Poyuono di Warung Upnormal, Jalan Raden Saleh Raya No 47, Jakarta Pusat, Minggu sore (5/12/2021).
Ia yang saat itu menyelenggarakan diskusi bertajuk 'Mungkinkah Capres Teratas Versi Survei Berubah?' menyebut, dalam ramalan itu disebutkan pemimpin Indonesia ialah mereka mempunyai nama dengan akhiran Notonegoro.
Dalam serat Jongko Jayabaya yang ditulis Prabu Jayabaya, terdapat perhitungan atau ramalan mengenai pemimpin di Indonesia yang terkandung dalam kata ‘Notonegoro’.
‘Noto’ memiliki arti menata dan ‘Negoro’ memiliki arti Negara.
Ramalan Jangka Jayabaya ini hidup dalam kosmologi politik Jawa seiring dengan kepercayaan Mesianistik atau Ratu Adil yang disebut masyarakat Jawa sebagai Satria Piningit.
Arief sebut akhiran NO merujuk pada Soekarno, TO pada Soeharto, kemudian NO yang kedua melekat pada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sementara BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Megawati Sukarnoputri tidak masuk dalam hitungan karena mereka tidak sampai lima tahun memimpin.
"Kita lihat negara kita tahun 99-2004, apa yang terjadi? Maluku Utara bergetar, Poso bergetar, bom di mana-mana, ya karena pemimpin itu tidak ada di dalam Jongko Joyoboyo." lanjut Arief.
Sosok yang kemudian masuk ramalan kembali ke NO, karena yang jadi presiden setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, adalah Jokowi yang punya nama kecil Mulyono.
"Jokowi saat lahir nama aslinya Mulyono. Namun ibunya lalu ganti nama jadi Joko Widodo. Jadi Jokowi masuknya di No, Mulyono," kata Arief
Berdasarkan urutan Notonegoro dari Jangka Jayabaya, setidaknya kata Arief ada tiga nama Ganjar, Airlangga atau Gatot Numantyo.
Dari ketiga nama, ada dua yang masuk radar calon presiden potensial menurut survei.
"Hanya dua tokoh yang masuk Jongko Joyoboyo, Notonogoro sebagai penerus Jokowi. Yaitu Airlangga Hartarto dan Ganjar Pranowo," kata Arief.
Arief mengaku, baik Airlangga, Ganjar juga telah memenuhi syarat berikutnya sebagai presiden, yakni harus orang Jawa, lahir di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Jadi seperti itu. Saya bukan gak percaya sama lembaga survei, saya sangat percaya lembaga survei. Tapi saya juga mempercayai berkah kata-kata leluhur orang Jawa, dan harus Jawa." kata Arief.
Oleh karena itu, Arief yakin selain kedua nama itu akan sulit menjadi presiden.
Nama-nama seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Prabowo Subianto, Moeldoko, Bambang Soesatyo, Sandiaga Uno, bahkan Puan Maharani disebutnya berada di luar Jongko Joyoboyo.
Apabila bukan Ganjar atau Airlangga yang jadi Presiden, maka kemungkinan Jokowi kembali akan menjadi Presiden karena menggenapi Notonegoro dari Jangka Jayabaya.
"Kalau Airlangga atau Ganjar tidak bisa, Jokowi lagi tiga periode. Kan sekarang kita mau ada presiden tiga periode"
"Masih ada pendukungnya, kemungkinan bisa terjadi. Kalau di amandemen, presiden boleh tiga periode" katanya.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Arief Poyuono Pakai Ramalan dari Jongko Joyoboyo Ungkap Sosok Pengganti Jokowi, Sebut Dua Nama Ini