Tribun Luwu Utara

Penjelasan Camat dan Dokter Terkait Warga Rampi Luwu Utara Digotong 20 Km untuk Berobat

Penulis: Chalik Mawardi
Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Desa Rampi, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, digotong sejauh 20 kilometer untuk berobat ke Puskesmas Rampi.

TRIBUNLUTRA.COM, RAMPI - Camat Rampi, Suryadi, angkat bicara soal warganya yang digotong 20 kilometer untuk berobat di Puskesmas.

Suryadi dalam keterangannya membenarkan kejadian tersebut.

"Iya betul, memang pasien tersebut adalah warga Desa Rampi," kata Suryadi, Sabtu (15/5/2021).

"Awalnya sudah diperiksa oleh dokter, namun mengingat kondisi pasien, maka perlu dilakukan penanganan medis yang lebih intens, oleh karena itu pasien langsung di rujuk ke puskesmas," katanya.

Mantan Kabag Humas Pemkab Luwu Utara mengatakan, pasien bernama Dina Da'a.

Dia mengalami pendarahan usai melahirkan.

"Dengan melihat kondisi pasien yang tidak mungkin untuk naik kendaraan roda dua, maka dari itu tenaga medis menyarankan untuk di tandu, karena dikuatirkan akan mengalami guncangan dan terjadi pendarahan yang hebat pada pasien," terangnya.

Sementara itu, dr Qudrotur Rahman yang merupakan dokter umum di Rampi menyampaikan bahwa sebenarnya dalam keadaan tidak gawat darurat pasien bisa dibawa dengan motor ojek.

"Namun saya melihat dari segi dampaknya kenapa pasien harus ditandu, karena pasien mengalami perlengketan ari-ari yang dalam, bahasa medisnya "rest placenta" sehingga yang ditakutkan adanya perdarahan hebat, makanya saya menyarakankan pasien untuk ditandu," jelasnya.

Ia menyarankan ke depan semua pasien yang mau melahirkan jika sudah mulai terasa sakit perut dan mendekati taksiran persalinan segera ke puskesmas.

"Karena kami juga menyediakan RTK (Rumah Tunggu Kelahiran) untuk mengurangi resiko yang terjadi saat persalinan. Apalagi dokter di Puskesmas Rampi sudah ada dua dan selalu stay setiap hari dan di puskesmas Insya Allah perlengkapan juga sudah kami siapkan," jelasnya.

Untuk dietahui pasien atas nama Dina tersebut mulanya melahirkan dibantu oleh dukun desa setempat.

Namun anaknya meninggal saat dilahirkan dan ari-arinya tidak bisa keluar.

Oleh karena itu masyarakat langsung mengambil tindakan untuk menandu ke Puskesmas karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk naik kendaraan roda dua.

Pasien lalu dibawa ke RSUD Andi Djemma dengan menggunakan pesawat lalu dirujuk ke rumah sakit Palopo.

Selumnya foto warga Rampi digotong sejauh 20 kilometer untuk berobat ke Puskesmas viral.

Sejumlah foto beredar di media sosial dan ramai diperbincangkan.

Pemuda Rampi, Bangsi Bati, mengatakan kejadian itu benar.

Warga yang digotong bernama Dina Da'a, asal Desa Rampi, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, pada Selasa (11/5/2021).

Menurut Bangsi, Dina ditandu akibat buruknya akses jalan di Rampi.

"Dia ditandu 20 kilometer untuk pergi berobat ke Puskesmas," kata Bangsi saat dikonfirmasi.

Sementara itu, salah satu Pejabat Kecamatan Rampi Musriyamin mengatakan, Dina sudah mendapat perawatan rumah sakit di Palopo.

Menurut dia, saat tiba di Puskesmas Rampi, pasien diterbangkan ke Masamba lalu dirujuk ke Palopo.

"Beliau langsung (Camat Rampi) ke RS Andi Djemma Masamba membantu menyelesaikan masalah warganya, untuk segera dapat dirujuk ke Palopo," kata Musriyamin.

Orang sakit atau meninggal yang ditandu di Rampi bukan hal baru.

Belum memadainya akses transportasi di sana jadi penyebab.

Sekadar informasi, belum ada jalan aspal di Rampi.

Jalan di sana hanya bisa dilalui dengan motor, mobil belum.

Rampi tepat berada di perbatasan Sulsel dengan Sulteng.

Jaraknya 86 kilometer dari ibu kota Luwu Utara, Masamba.

Untuk pergi ke Rampi hanya bisa dengan menggunakan motor modifikasi melalui jalur darat.

Atau menggunakan pesawat perintis melalui Bandara Andi Djemma.

Enam desa di kecamatan terpencil tersebut dihuni sekitar 3.500 penduduk.

Tidak ada listrik dan jaringan internet di sana.(*)

Berita Terkini