TRIBUNBONE.COM, TANETE RIATTANG - Guru honorer, Hervina dan Kepala Sekolah SDN 169 Sadar, Desa Sadar, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) telah dipanggil Disdik Bone.
Pemanggilan keduanya terkait Kepala Sekolah SDN 169 Sadar, Hamsinah memberhentikan Hervina sebagai guru honorer. Pemberhentian diduga terkait cuitan di media sosial Facebook.
Namun, pertemuan yang berlangsung di Kantor Disdik Bone pada Kamis (11/2/2021), guru honorer, Hervina tidak datang
Derita Tumor Payudara
Hervina beralasan, ia tidak datang lantaran dalam keadaan sakit. Ia menderita tumor payudara. Alasan tersebut telah disampaikan kepada pengawas dan operator kecamatan.
"Saya telepon pengawas dan operator kecamatan, bahwa bukan saya tidak mau datang. Kita tahu kondisi saya, sekarang belum sembuh total dan tidak boleh terlalu capek. Makanya saya tidak sempat hadir," katanya Jumat (12/2/2021).
Ia mengaku, dokter telah menyarankan untuk melakukan operasi payudara. Namun, ia hanya berobat herbal dan tradisional.
Belum lagi, dia baru saja dari Kota Watampone beberapa waktu lalu. Hervina baru menerima surat panggilan pada Rabu (10/2/2021). Jarak antara Kota Watampone dengan Desa Sadar sangat jauh.
"Senin, Selasa saya di Bone. Rabu baru ada suratnya. Kita tahu perjalanan ke Kota Watampone jauh. Saya tidak boleh terlalu capek," beber Hervina.
Terkait ia sempat berhenti mengajar di sekolah tersebut, Hervina mengakuinya. Saat itu ia ikut dengan suaminya bekerja di pulau Kalimantan, tetapi tidak sampai 5 tahun.
Ketika pulang, dia dipanggi lagi oleh Jumrang yang merupakan suami Hamsinah selaku kepala sekolah saat itu.
"Nama saya belum dikeluarkan, sehingga masuk kembali mengajar, Pak Haji Jumrang yang masih kepala sekolah ketika itu," akunya.
Soal dikatakan pernah tidak masuk mengajar beberapa bulan, Hervina menjelaskan bahwa saat itu kondisi tumor payudara yang dia derita parah. Dia tidak mampu menahan rasa sakit, sehingga tidak memungkinkan masuk mengajar.
"Saat itu kondisi tumor payudara yang saya alami parah. Saya hanya mengenakan sarung tidak bisa pakai baju. Dan tidak mungkin saya ke sekolah dengan pakaian tidak rapi," ujarnya.
Kata Hervina, kondisinya tersebut bahkan diketahui oleh Ibu Hamsinah, karena dia pernah datang membesuk.
Ia juga menyampaikan sudah dua kali dikeluarkan dari sekolah. Kala itu dia sakit. Bahkan, honornya sebagai pengajar beberapa bulan sebelum jatuh sakit tidak diberikan.
"Saya tidak diberikan gaji, padahal berapa bulan saya mengajar. Tapi, saya juga tidak mau minta," paparnya.
Laporan Wartawan TribunBone.com, Kaswadi Anwar