TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pandemi menjadi momentum bagi industri asuransi jiwa untuk menerapkan digitalisasi layanan, termasuk pemasaran produk.
Ke depan, layanan digital menjadi tren yang tak dapat dihindari. Digitalisasi layanan diyakini turut meningkatkan inklusi keuangan nasional.
“Dengan menggunakan teknologi informasi ini diharapkan daya jangkau industri asuransi kepada nasabah akan lebih efektif dan efisien,” ujar Anggota Dewan Komisioner, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riswinandi.
Selain itu, industri asuransi juga harus bisa memaksimalkan potensi besar di sektor digital.
Apalagi, penetrasi asuransi saat ini relatif masih kecil, tidak pernah di atas 3% dengan total potensi 270 juta jiwa. Jika saja 20% masyarakat sadar asuransi, maka industri ini akan meningkat secara signifikan.
Terkait hal itu, OJK telah memberikan persetujuan kepada sembilan perusahaan asuransi untuk memasarkan produknya secara digital, termasuk Manulife Indonesia.
Presiden Direktur dan CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland di Jakarta, Kamis (3/12/2020) mengatakan, masalah kesehatan dan tantangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu fokus perhatian Manulife Indonesia.
Hal ini diharapkan dapat memudahkan nasabah mendapatkan pelayanan Manulife Indonesia dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.
Ryan mengatakan, Manulife menyambut baik upaya pemerintah menggarap sektor digital sebagai platform bisnis di masa mendatang.
Dikatakan, pihaknya saat ini sudah menerapkan pelayanan berbasis digital kepada para nasabahnya, termasuk pengajuan klaim secara online dan polis elektronik.
Sebagaimana diketahui, potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar. Pada 2025, ekonomi digital Indonsia diprediksi bisa bertumbuh hingga US$ 133 miliar atau Rp 1,8 kuadriliun.
Mengenai pasar digital ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai ekonomi digital internet Indonesia berpotensi naik tiga kali lipat pada 2025.
Nilai ekonomi digital internet pada 2019 sebesar US$ 40 miliar, sedangkan 5 tahun lagi diprediksi lebih dari US$ 133 miliar. Proyeksi dibuat berdasarkan riset yang dilakukan oleh Google, Temasek dan Bain & Company bertajuk e-Conomy SEA 2020 at Full Velocity: Resilient and Racing Ahead.
Sedangkan, ekonomi digital dari transaksi e-commerce berpotensi naik dari US$ 20 miliar menjadi US$ 82 miliar atau meningkat empat kali lipat. (tribun-timur.com)
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @fadhlymuhammad