TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pembangunan gedung mangkrak RSP UINAM atau Rumah Sakit Pendidikan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar di Jl Sultan Alauddin, Makassar dilanjutkan setelah sempat tertunda atau mangkrak.
Hal itu seusai dilakukan penandatanganan kontrak paket pembangunan RSP UINAM di Claro Hotel, Jl AP Pettarani, Makassar, Rabu (18/11) lalu.
Hadir menyaksikan penandatanganan kontrak tersebut, Rektor UINAM Prof Hamdan Juhannis dan jajaran pimpinan kampus.
Baca juga: Mahasiswa Farmasi UIN Alauddin Makassar Raih Silver Medali di Ajang ISI Fair 2020
Penandatanganan kontrak dilakukan oleh PPK PSP-POP Wilayah Sulsel M Yamin dan Direktur Operasi II PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) Mochamad Yusuf selaku kontraktor pelaksana serta Direktur PT Genta Prima Pertiwi sebagai konsultan manajemen konstruksi.
Nilai kontrak dengan kontraktor pelaksana senilai Rp132 miliar, sementara kontrak dengan konsultan manajemen konstruksi senilai Rp1,5 miliar.
Paket pekerjaan yang ditandatangani meliputi pekerjaan struktur, arsitektur, MEP, sarana dan prasarana, serta site development.
Informasi diperoleh Tribun, Kamis (19/11), pembangunan gedung RSP UINAM tersebut masih membutuhkan dana sekira Rp300 miliar lebih.
Baca juga: Tidak Hanya Tampung 1.500 Penonton, Kelebihan Lain JK Arenatorium Unhas yang Diresmikan Jusuf Kalla
Pada 2019, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga UINAM Kamaluddin Abunawas mengaku akan bekerja sama dengan Jepang selain Arab Saudi.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulsel Ahmad Asiri berharap para penyedia jasa benar-benar melakukan pekerjaan mengacu pada semua ketentuan dan persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dalam dokumen perjanjian.
Termasuk, penyesuaian kondisi dan kebutuhan lapangan dalam rangka memenuhi persyaratan teknis bangunan gedung dan persyaratan tata bangunan yang ada.
“Dibutuhkan komitmen seluruh stakeholder agar tetap membantu sesuai dengan kapasitas masing-masing untuk merealisasikan apa yang kita dicita-citakan bersama,” kata Ahmad, Kamis (19/11/2020).
Baca juga: UIN Alauddin Raih Juara II Lomba Rektor/Ketua PTKN Bicara Korupsi
Sementara Rektor UINAM Prof Hamdan Juhannis mengaku bahagia atas penandatanan kontrak tersebut.
Bagi Prof Hamdan Juhannis, kelanjutan pembangunan RSP UINAM menjadi salah satu prioritas utama di awal kepemimpinannya.
Prof Hamdan Juhannis juga berharap hadirnya rumah sakit pendidikan itu dapat dimaksimalkan untuk kepentingan pendidikan kedokteran dan berkontribusi meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, khususnya di Sulsel.
“Setelah semua pengerjaan konstruksi selesai, kita akan upayakan kesiapan alkes (alat kesehatan) agar di awal 2022, rumah sakit pendidikan ini sudah dapat dioperasikan,” kata Prof Hamdan Juhannis.
Baca juga: Dies Natalis ke-55 UIN Alauddin, NA: Salah Satu Perguruan Tinggi Agama Islam Terbaik di Indonesia
Hadir dalam kegiatan itu para wakil rektor, kepala biro, dekan fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan, dan Ketua Tim Task Force Pembangunan RSP UINAM.
Jadi Kolam Ikan
Kondisi memprihatinkan terlihat pada bangunan utama RSP UINAM yang dibangun sejak 2013 lalu.
Namun, hingga 2020 ini belum juga ada tanda-tanda kelanjutan pembangunan.
Secara umum, bangunan utama sudah berdiri, namun belum juga ditempati beraktifitas karena bagian dalam belum rampung.
Baca juga: Terbengkalai! Basemant Rumah Sakit UIN Alauddin Jadi Kolam Ikan
Alhasil di sejumlah area tampak kumuh akibat tak terurus.
Di bagian basemant misalnya pada September 2019 lalu, layaknya sudah menjadi kolam ikan.
Air tergenang di area basement.
Dua pimpinan kampus yang dimulai dari Prof Kadir Gassing dan Prof Musafir Pababbari tidak mampu menyelesaikan pembangunan tersebut.
Secara umum, bangunan utama sudah berdiri namun belum juga ditempati beraktifitas lantaran bagian dalam belum rampung.
Baca juga: Bentuk Forum AWAS, Dosen UIN Alauddin Makassar Raih Penghargaan Nasional
Alhasil di sejumlah area tampak kumuh akibat tak terurus.
Di bagian basemant misalnya, layaknya sudah menjadi kolam ikan.
Air tergenang di area basemant dan pantauan tribun timur, Minggu (15/9/2019), nampak ikan berenang bebas di area itu.
Tuntutan BEM UIN
Rektor Baru UIN Makassar Didesak Selesaikan Pembangunan "Rumah Hantu" di Jalan Sultan Alauddin ini.
Penyelesaian pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar hingga kini belum ada kejelasan.
Baca juga: Unjuk Rasa Depan UIN Alauddin Bubar, Arus Kendaraan di Jl Sultan Alauddin Kembali Normal
Pembangunan Mega Proyek yang dimulai sejak tahun 2013 itu seakan jalan di tempat.
Dua pimpinan kampus yang dimulai dari Prof Kadir Gassing dan Prof Musafir Pababbari ternyata tidak mampu menyelesaikan pembangunan.
"Mereka hanya membangun rumah hantu. Silahkan lihat sendiri kondisinya di Jalan Sultan Alauddin, sangat memprihatinkan," kata Ketua Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Alauddin Makassar, Junaid, beberapa waktu lalu.
Junaid berharap, dosa lama itu tidak diteruskan oleh rektor baru UIN Alauddin Makassar periode 2019-2024, Prof Hamdan.
Baca juga: VIDEO: Unjuk Rasa Sumpah Pemuda di Depan Kampus UIN Alauddin, Asap Hitam Membumbung Tinggi
"Kita tunggu kinerja pak rektor yang baru. Kasihan teman-teman mahasiswa kedokteran, rumah sakit yang dijanjikan ternyata hanya rumah hantu," ujarnya.
Menurutnya, pimpinan kampus tidak lagi punya alasan untuk tidak menyelesaikan pembangunan. Sebab, dana segar ratusan miliar baru saja diterima.
"Ada anggaran sebesar Rp120 Miliar diterima UIN Alauddin dari kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR). Itu untuk biaya pembangunan rumah sakit," tutupnya.
Baca juga: Dilantik Wagub, Kaprodi Studi Agama-Agama UIN Alauddin Jabat Ketua Gema FKUB Sulsel
Butuh Rp300 Milyar
Dilansir dari laman resmi UIN Alauddin, Minggu (15/9/2019), gedung RSP UIN Alauddin rencananya akan dilanjutkan tahun 2020 mendatang.
Hal itu disampaikan Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga, Dr Kamaluddin Abunawas MAg.
“Kebetulan kemarin saya diutus menghadiri undangan salah satu dari delapan universitas yang ada bangunan mangkraknya. UIN Alauddin yang paling besar yaitu RSP,” katanya dikutip dari uin.ac.id, Jumat (13/9/2019).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan pembangunan RSP masih membutuhkan biaya besar.
Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Gelar Literasi di Gareccing
“Masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sekitar Rp300 milliar lebih. Kami coba bekerja sama dengan lembaga luar supaya kita mendapatkan dana. Kita sudah menjalin kerja sama dengan salah satu lembaga dari Saudi,” ucapnya.
Selain Arab Saudi, lanjut Kamaluddin, pihaknya akan bekerja sama dengan Jepang untuk membantu menyelesaikan RSP.
“Dari Jepang yang akan memberikan bantuan terhadap Rumah sakit, mungkin bantuan itu mengarah pengadaan di dalam rumah sakit," ujarnya.
"Karena kalau bangunannya itu insyaallah pemerintah yang bangun cuman mungkin tidak bisa dalam satu tahun dan tidak semudah membalik telapak tangan karena luar biasa dana yang dibutuhkan,” tambahnya.
Baca juga: Mahasiswa KKN UIN Alauddin Bantu Penerapan Protokol Kesehatan Saat Pembagian BLT di Desa Salassae
Ia menjelaskan, Kementerian yang membidangi menyelesaikan RSP yakni, Perumahan dan Pemukiman Rakyat (PUPR).
Menurutnya, setelah di taksir Rp126 miliar, anggaran RSP belum mencukupi dan belum ada fasilitas di dalamnya.
“Nah, ini belum masuk pada alat-alat rumah sakit. Itu bisa jadi jauh lebih banyak dari pembangunan gedungnya. Makanya, kalau kita mau jalan 2020 di akhir tahun ini harus dilelang, membutuhkan beberapa syarat," ungkapnya.
Nah, yang penting kita harus ingat bahwa bisa jadi Rp126 miliar itu tidak bisa akan selesai dalam satu tahap bisa jadi beberapa tahap,” tutupnya.(*)