TRIBUN-TIMUR.COM - Pembangunan rel kereta api di Sulawesi Selatan terancam batal dan akan dialihkan ke Pulau Jawa.
Ancaman disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretapian, Zulmafendi saat berada di kantor bupati Maros, Kamis (13/8/2020).
Bupati Maros, Hatta Rahman tak hadir dalam rapat tersebut.
Terancam dialihkan ke Pulau Jawa
Rencana pembatalan adanya kereta api di Sulsel disebabkan adanya masalah serius di Kabupaten Maros.
Hal tersebut dipicu karena berlarut-larutnya permasalahan terkait pembebasan lahan yang ada di Maros.
Pemerintah dinilai belum mampu tuntaskan masalah tersebut.
Zulmafendi menyampaikan, sangat mudah bagi pemerintah untuk memindahkan lokasi pembangunan rel kereta api ke daerah yang sudah siap untuk menerima Pembangunan.
Hanya saja, jika pemindahan segera dilakukan, maka akan mempermalukan Sulsel, khususnya Maros.
"Kalau memang tidak siap, kami bisa saja memindahkan pembangunan rel kereta api ini ke daerah lain," ujarnya saat memimpin rapat di ruang rapat Kantor Bupati Maros.
"Dan ini pasti akan mempengaruhi Sulsel, mempermalukan Sulsel, karena batalnya pembangunan rel kereta api," lanjut dia.
Pemerintah Maros belum berhasil bebaskan lahan
Dia menuturkan, pembangunan rel kereta api di Sulsel sudah dirancang sejak beberapa tahun lalu.
Namun hingga saat ini pemerintah belum berhasil meyakinkan masyarakat untuk pembebasan lahan.
Dia menitikberatkan khusus di Kecamatan Mandai, Desa Marumpa dan Kelurahan Hasanuddin.
Khususnya di dua desa dan kelurahan ini, masih terkendala pembebasan lahan sebanyak 16 bidang.
Maros harusnya mencontoh Pangkep
Sementara itu, Kepala Balai Perkeretaapian Sulsel Jumardi menambahkan, pemerintah Kabupaten Maros harus mencontoh Kabupaten Pangkep dalam penyelesaian pembebasan lahannya.
Dalam persoalan pembebasan lahan ini yang lebih utama adalah administrasi.
"Kabupaten Pangkep juga sebelumnya sempat bermasalah dalam pembebasan lahannya. Hanya saja mereka mampu bergerak cepat dan menitipkan uang pembebasan lahan tersebut di pengadilan. Sehingga pembayarannya dilakukan oleh pengadilan," jelasnya.
Pengakuan camat Marusu
Sementara itu, camat Marusu mengaku, lambannya pembebasan lahan rel kereta api di wilayahnya disebabkan karena adanya oknum yang mempengaruhi warga untuk menolak membebaskan lahannya.
Bahkan kata dia, orang tersebut juga mengaku dibacking oleh aparat.
Dalam rapat penting tersebut Hatta Rahman dikabarkan tak hadir.
Hatta memilih bertolak ke Jakarta bersama beberapa pejabatnya.
Kabag Protokol Setda Maros, Darmawati yang dikonfirmasi soal tujuan Hatta Rahman ke Jakarta, belum merespon. (*)