TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tepat dua dekade lalu, 23 Juli 2000, tim kebanggan masyarakat Sulsel, PSM Makassar menjuarai Liga Indonesia.
Juku Eja meraih gelar perdana di pentas Liga Indonesia setelah penyatuan dua kompetisi yakni Perserikatan dan Galatama.
Gelar prestisius ini diraih PSM Makassar usai di final memenangkan duel sengit kontra Pupuk Kaltim.
Pada pertandingan yang dilangsungkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, PSM menang dengan skor tipis 3-2.
Mengenang momen bersejarah itu, para pemain yang membawa PSM juara menggelar reuni virtual.
Mereka yang bereuni yakni Hendro Kartiko, Yeyen Tumena, Kurniawan Dwi Yulianto, Aji Santoso, dan Bima Sakti.
Mereka masing-masing mewakili setiap posisi di skuad yang membawa PSM juara.
Bima Sakti mengatakan, juara bersama PSM adalah momen terindah dalam karir sepakbolanya.
"Gak terasa 20 tahun lalu kita juara. Banyak sekali kenangan indah tak terlupakan. Bisa saya katakan, karir terindah buat saya waktu main di PSM," kata Bima.
"Dari 2000-2002 memang karirnya pemain bola, mulai juara Ligina, main di Piala Champions Asia. Pokoknya banyak sekali kenangan yang saya rasakan," ucap dia.
Sementara Kurniawan Dwi Yulianto mengatakan, bermain bersama PSM sangat berkesan baginya. Selain merasakan juara untuk pertama kali, di PSM ia juga merasakan momen kebangkitan.
"Bicara PSM, buat saya adalah tim yang sangat berkesan, selain juara pertama kali, juga menjadi titik balik kembalinya prestasi saya. Banyak hal menghantui hidup saya, dan saya bangkit lagi di PSM," ucapnya.
Pencetak dua gol di Final Liga Indonesia 2000 ini bahkan berkelakar ingin juara lagi bersama PSM, tapi sebagai pelatih.
"PSM sangat spesial buat saya, kita sudah juara, dan tantangan berikutnya menjadi juara melatih PSM," katanya.
Lanjut Kurniawan, yang dirindukan dari PSM adalah kebersamaan tim.
"Dari awal kita datang ke PSM, kita optimisĀ PSM akan jadi juara. Dari komposisi tim komplit. Manajemen juga sangat serius, jadi memang setiap pertandingan kita tak pikir menang kalah, tapi pikirnya menang berapa sih," ujarnya.
"Tim itu komplitlah, apalagi para senior bisa merangkul junior, seperti coach Aji Santoso. Dia menjadi jembatan senior dan junior. Lokal dan pendatang, hampir tak ada jaarak, Itu menjadi kunci sukses kita," tambahnya.