Banjir Bandang Luwu Utara

Sikap Petugas Keamanan di Lokasi Banjir Bandang Luwu Utara Dikeluhkan, Ini Masalahnya

Penulis: Chalik Mawardi
Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana pengungsian korban banjir bandang di Desa Meli, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Minggu (19/7/2020).

TRIBUNLUTRA.COM, BAEBUNTA - Banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, menyita perhatian dari berbagai pihak.

Perhatian cukup besar dapat dilihat dari banyaknya orang datang membawa berbagai macam bantuan untuk para pengungsi.

Banyaknya kendaraan ke lokasi bencana dan pengungsian menyebabkan kemacetan dimana-mana.

Salah satu titik yang kerap macet berada di Desa Radda, Kecamatan Baebunta atau jalan menuju lokasi pengungsian Petambua dan Meli.

Petugas keamanan dari TNI, Polri dibantu masyarakat mengatur kendaraan keluar dan masuk.

Keberadaan petugas banyak dikeluhkan pengendara yang datang membawa aneka jenis bantuan.

Petugas dinilai kerap emosi dan melontarkan kata-kata yang tidak pantas.

"Masa petugas yang jaga di jalan membentak-bentak kami, mengucapkan kata-kata tidak pantas. Harusnya petugas seperti itu tidak usah jaga, tidur saja di rumahnya," kata Ali, salah satu warga, Senin (20/7/2020).

"Kalau bicara capek, semua orang capek. Justru kami ini datang membawa bantuan dengan dana sendiri atas nama kemanusian," katanya.

"Beda mereka bekerja karena digaji, harusnya mereka berlaku sopan kepada orang yang sudah jauh-jauh datang membawa bantaun secara sukarela. Bukan malah dibentak," tuturnya.

Banjir bandang menerjang Luwu Utara, Senin (13/7/2020).

Kejadian ini menyebabkan sekitar 15 ribu orang terdampak.

Ratusan rumah tertimbun material lumpur dan hanyut.

Sudah 38 orang dinyatakan meninggal akibat bencana ini.

Puluhan orang masih hilang dan ratusan luka-luka.(*)

Laporan Wartawan TribunLutra.com, Chalik Mawardi

Berita Terkini