PSM Makassar

Kenapa PSM Sulit Menang di Laga Tandang, Eks Pelatih Ungkap Penyebabnya

Penulis: Wahyu Susanto
Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mantan pelatih PSM Makassar, Darije Kalezic saat masih menangani tim pada musim 2019 lalu.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tak ada salahnya membahas kembali bagaimana kiprah para mantan pelatih PSM Makassar.

Hal ini juga untuk mengisi kekosongan pemberitaan Liga 1 yang dihentikan PSSI imbas dari Virus Corona (Covid-19).

Kali ini, tribun-timur.com akan memaparkan perjalanan mantan pelatih PSM, Darije Kalezic selama satu musim.

Utamanya setelah pelatih kelahiran Bosnia itu sukses membawa Laskar Pinisi ke tangga juara Piala Indonesia 2018-2019.

Seperti diketahui, performa Wiljan Pluim dan kawan-kawan merosot drastis usai meraih gelar tersebut.

Utamanya di Liga 1 musim 2019, PSM kala itu harus finish di posisi 12 dengan 44 poin karena hasil yang kurang maksimal.

Dengan hanya meraih 14 hasil kalah, tiga imbang pada partai tandang tanpa kemenangan.

Sementara di laga kandang hasilnya 13 menang, dua imbang dan dua kalah.

Namun berbagai alasan dipaparkan Darije dalam wawancara eksklusif yang dilakukan tribun-timur.com pada 2019 di lantai 12 Hotel Novotel Grand Shayla, Jl Chaeril Anwar Makassar, Sabtu (16/11/2019) pukul 13.45 Wita.

Wawancara eksklusif ini telah terbit di edisi cetak Tribun Timur pada 17 dan 18 November 2019.

Berikut ini petikan wawancaranya:

1. Mengapa hasil di Shophee Liga 1 tidak maksimal tahun ini?

Musim ini, tidak bisa dibandingkan dengan musim-musim sebelumnya di PSM dan banyak sekali faktor yang mengkonfirmasi menghadapi musim dengan sebelum-sebelumnya.

Musim ini, kita akan mengakhiri dengan 58 pertandingan. Musim lalu, sepanjang musim total pertandingan yang dijalani PSM hanya 38.

Jadi, kita bermain lebih ekstra 50 persen dari pada apa yang PSM Makassar jalani dari jumlah pertandingan. Yakni 20 pertandingan ekstraknya.

Ini belum terhitung dengan kelelahan yang terjadi dan ini juga berhubungan dengan kelelahan yang ada timbul bahkan sebelum pertandingan.

Belum lagi kalau kita hitung, 50 persen kelelahan ini, karena perjalanan yang harus di jalani dengan bertambahnya pertandingan 1 musim yaitu 20 pertandingan lebih banyak.

Sejak Maret 2019, kita bermain dengan jeda hanya empat hari setiap pertandingan. Kita sudah menjalani beberapa periode yang mana dalam satu bulan 8 kali.

Seperti 28 Juli sampai 28 Agustus seperti 16 Oktober sampai 16 November. 6 November sampai 7 Desember.

Bahkan di periode perempat final Piala Indonesia, kita bermain tiga pertandingan dalam waktu hanya 9 hari.

Dua pertandingan Piala Indonesia melawan Bhayangkara (home dan away) dan juga pertandingan di Bogor ditengah-tengah 2 partai perempat-final, lawan Home United.

Jadi pemain-pemain mulai masuk di periode peak performance (puncak performa) dini di awal musim dimana tim-tim lain baru hanya mempersiapkan tim mereka untuk musim ini.

Mulai dari awal musim kita tidak punya cukup waktu untuk latihan diantara pertandingan-pertandingan ini.

Di musim-musim sebelumnya, musim reguler sebelumnya PSM punya sekitar tujuh hari diantara satu pertandingan ke pertandingan lainnya.

Di mana mereka banyak waktu untuk mempersiapkan tim dari pertandingan satu ke pertandingan selanjutnya.

Jadi meskipun pelatih terpaksa untuk merubah tim dan pemain dalam tubuh tim untuk pertandingan selanjutnya, ditahun tahun sebelumnya lebih mudah dilakukan dengan jeda 7 hari yang ada.

Pada saat jarak pertandingan dari satu pertandingan tiga hari atau empat hari, kami harus mengutamakan me-recovery pemain pemain.

Jadi, apa juga yang berbeda dari awal musim ini juga adalah selalu tertinggal lima sampai 6 pertandingan dibandingkan tim-tim lain di Liga 1.

Sampai saat ini pun, kita masih akan memainkan partai partai tunda kita.

Ini juga yang membuat kita, posisi kita bahwa seakan-akan selalu ada di posisi sembilan dibandingkan tim yang sudah melakukan pertandingan yang lebih.

Masuk akal jika situasi ini punya akibat negatif untuk klub, pemain, staff, fans dan semua orang. Ini juga tidak membantu kita dalam hal sumber motivasi.

2. Bagaimana soal juara Piala Indonesia, apakah ada kaitannya dengan hasil di Liga 1 2019?

Musim ini, kita memenangkan Piala Indonesia yang mana ini adalah pencapaian terbesar dari klub kita dalam kurun waktu 19 tahun.

Tentu saja, pemain mendapatkan pencapaian yang mana yang sebelum sebelumnya tidak dapatkan dan hasil dari pencapaian ini adalah kehilangan banyak energi.

Hingga meledaknya emosi dan kegembiraan bukan hanya dari pemain tapi dari semua orang yang ada di Kota Makassar.

Tapi saya juga menyimpulkan dari pengamatan saya dilihat disekitar saya rasa lapar itu mulai berkurang.

Di awal-awal, saya bertanya-tanya pada diri saya, kenapa ada trend penurunan. Namun setelah 10 bulan bekerja di Indonesia saya menyimpulkan masuk akal.

Karena saya juga lihat cerminan juara musim lalu, Persija, mereka juara tiba-tiba mereka harus berjuang ditahun setelahnya di papan bawah.

Banyak juga contoh lainnya mulai dari Bhayangkara, Semen Padang mereka kesusahan di musim setelah juara.

3. Bagaimana menjaga tim setelah raih juara bisa tetap mumpuni untuk kompetisi selanjutnya?

Untuk tetap melanjutkan sebagai juara, klub dan pemain perlu memiliki pengalaman dalam hal ini.

Maksud saya dengan pengalaman itu adalah, semua orang harus tahu dalam klub bahwa setelah kita menang di Piala Indonesia, seluruh klub di Indonesia melihat kira sebagai juara.

PSM bukan lagi klub yang mendapat pujian untuk performa tapi tidak memenangkan apa apa.

Jelas sekali bahwa setelah memenangkan Piala ini, semua klub yang menantang kita memiliki motivasi ekstra untuk mengalahkan sang juara, kita PSM Makassar.

Bahkan motivasi mereka main naik 10-20%. Artinya, PSM harus mengantisipasi dengan situasi baru, untuk juga menaikkan performa 10-20%.

Tapi bukan ini yang terjadi dikita, dalam budaya sepak bola atau kebiasaan dalam dunia bola di Indonesia saya sulit percaya kalau ada klub yang memenangkan double trofi sebelumnya.

Saya juga sulit percaya bahwa ini akan sulit dipecahkan oleh klub mana pun di Indonesia.

Padahal di negara lain, normal saja kalau ada klub memenangkan dua kejuaraan, dalam satu musim.

Semua orang harus bertanya, kenapa di Indonesia ini adalah sebuah kenormalan. Semua yang berfikir bahwa setelah kita memenangkan Piala Indonesia, kita juga bisa menangkan Shophee Liga 1, ini cuman mimpi.

4. Mengapa di Laga tandang PSM sulit menang?

Betul kita kesusahan memenangkan pertandingan di laga tandang. Dan tim ini sudah terbentuk sebelum saya datang ke sini.

Tentu saja ada kualitas-kualitas yang diperlukan hilang yang dalam tim kita untuk juga memenangkan pertandingan away.

Saya percaya bahwa pemain-pemain saya sudah memberikan usaha terbaik mereka.

Tapi kita menyimpulkan bahwa kita kehilangan kepemimpinan, mentalitas dan untuk mempunyai kepercayaan dalam diri untuk untuk memenangkan pertandingan.

Ini bukan rahasia lagi, terutama pada saat kita gabungkan fakta ini dan kita lihat dialasan pertama tadi bahwa PSM mempunyai 50 persen pertandingan lebih banyak dibandingkan musim musim sebelumnya.

Tidak ada juga rahasia yang sampai saat ini, semusim penuh kita tidak bisa menang di kandang lawan.

Kamu tidak perlu orang pintar, atau guru untuk mencari alasan kenapa PSM tidak bisa menang away. Karena alasannya sangat jelas.

Saya sebagai pelatih, sudah lakukan semuanya untuk mengganti formasi, mengganti sistem, mengganti tim.

Tapi dalam semua percobaan kita tidak mendapatkan kemenangan. Hal ini memberi konfirmasi ke saya bahwa bahwa tim kehilangan kualitas-kualitas yang diperlukan untuk memenangkan pertandingan away.

5. Berpengalaman melatih klub di Eropa, apakah pernah mengalami sulit menang di laga tandang?

Sebagai mantan pelatih di Roda JC, Liga Belanda kalian bisa lihat kami bisa menangkan dua sampai tiga kemanangan kandang satu musim penuh. Pertandingan tandang malah lebih banyak kami menangkan.

Saya beri tahu kalian, meskipun kita berakhir di posisi lumayan bagus, tapi fans kita tidak senang dengan hasil di laga tandang.

Karena kenapa, orang-orang yang ada di kota tersebut (fans lain), mereka tidak bisa memenangkan kemenangan di kandang kita.

Jadi kalaupun saya harus memilih antara hasil satu di Roda JC dan satu musim di PSM, saya lebih pilih yang terjadi di PSM sekarang. Karena kita bisa membagi kebahagiaan untuk fans dikandang kita.(*)

Laporan Wartawan tribun-timur.com, @wahyusudanto_21

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur: 

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Berita Terkini