TRIBUN-TIMUR.COM - Prajogo Pangestu eks sopir angkot punya kekayaan Rp 106 triliun, kalahkan saudara Erick Thohir - Prabowo Subianto.
Forbes baru saja merilis daftar orang terkaya di indonesia tahun 2019.
Salah satu yang berada dalam daftar tersebut adalah Prajogo Pangestu yang berada di urutan ketiga dengan total kekayaan sebesar 7,6 milliar dollar AS yang setara dengan Rp 106 triliun.
Nilai kekayaannya mengalahkan kekayaan kakak Menteri BUMN Erick Thohir, Garibaldi Thohir dan adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo.
Garibaldi Thohir menduduki peringkat ke-17 dengan nilai kekayaan US$ 1,6 miliar atau Rp 22,3 triliun, sedangkan Hashim Djojohadikusumo berada di peringkat ke-40 dengan nilai kekayaan US$ 800 juta atau Rp 11 triliun.
Peningkatan kekayaan Prajogo Pangestu terjadi karena investor menaikkan saham Barito Pacific.
Bagaimana ayah tiga anak ini memulai bisnisnya hingga menjadi orang terkaya nomor tiga di Indonesia?
• 50 Orang Terkaya Indonesia, Adik Prabowo Subianto Kalah Telak dari Kakak Erick Thohir, Bandingkan
Pria kelahiran Kalimantan Barat pada tahun 1944 silam ini merupakan seorang taipan kayu yang mengelola Barito Pacific.
Sebelum mendirikan perusahaannya, ia bekerja di PT Djajanti Group, yang dimiliki oleh Burhan Uray, pada tahun 1969.
Setelah itu, ia menjadi General Manager pabrik PT Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur, pada tahun 1976.
Pemilik nama asli Phang Djoem Phen ini bukan berasal dari keluarga kaya raya.
Ia terlahir dari keluarga biasa yang membuat dirinya hanya bisa mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah menengah.
Pernah Jadi Sopir Angkot
Pria 75 tahun ini juga sempat bekerja sebagai sopir angkot.
Siapa sangka, berawal dari pekerjaan inilah ia berhasil mengubah nasib.
Tahun 1960-an, saat masih bekerja sebagai sopir angkot ia bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray.
Pria asal Malaysia itu mengajak Prajogo Pangestu bergabung dengan perusahaanya yang berkecimpung dalam industri kayu, PT Djajanti Group.
Setelah itu, Prajogo Pangestu dipercaya menjadi general manager Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur.
Setelah setahun berkarir Prajogo Pangestu memutuskan untuk keluar dan memuloai bisnisnya sendiri dengan membeli CV Pacific Lumber Coy.
Prajogo Pangestu juga mengganti nama CV Pacific Lumber Coy menjadi PT Barito Pacific Timber.
Tahun 1993, perusahaan tersebut mulai dikenal masyarakat luas dan namanya lalu berubah menjadi Barito Pacifik pada 2007.
Di tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia, Chandra Asri, yang juga berdagang di Bursa Efek Indonesia.
Bisnis Prajogo Pangestu pun semakin berkembang di berbagai bidang.
Tahun 2011, Prajogo Pangestu juga mendirikan PT Chandra Asri Petrochemical yang merupakan penggabungan dengan Tri Polyta Indonesia, dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar nasional.
Tahun 2015, Chandra Asri Petrochemical bekerja sama dengan produsen ban Perancis Michelin untuk mengembangkan pabrik karet sintetis di Indonesia.
Penghargaan Bulan Agustus lalu, Prajogo Pangestu juga menerima penghargaan dari Presiden Jokowi.
Ia memperoleh Bintang Jasa Utama yang merupakan suatu kehormatan dari Negara Republik Indonesia kepada warga sipil atas pelayanannya yang istimewa kepada negara.
Penghargaan tersebut ia dapatkan berkat dedikasihnya dalam mengembangkan dan meningkatkan Industri Petrokimia dan Panas Bumi di Indonesia.
Daftar Lengkap
Selengkapnya, berikut daftar 50 orang terkaya di Indonesia per 2019.
1. R Budi dan Michael Hartono
Kekayaaan: US$ 37,3 miliar atau Rp 525,3 triliun
Sumber: konglomerasi
2. Keluarga Widjaja
Kekayaaan: US$ 9,6 miliar atau Rp 135,2 triliun
Sumber: divesifikasi
3. Prajogo Pangestu
Kekayaan: US$ 7,6 miliar atau Rp 107,03 triliun
Sumber: petrokimia
4. Susilo Wonowidjojo
Kekayaan: US$ 6,6 miliar atau Rp 92,9 triliun
Sumber: tembakau
5. Sri Prakash Lohia
Kekayaan: US$ 5,6 miliar atau Rp 78,9 triliun
Sumber: petrokimia
6. Anthoni Salim
Kekayaan: US$ 5,5 miliar atau Rp 77,5 triliun
Sumber: divesifikasi
7. Tahir
Kekayaan: US$ 4,8 miliar atau Rp 67,6 triliun
Sumber: divesifikasi
8. Boenjamin Setiawan
Kekayaan: US$ 4,35 miliar atau Rp 61,3 triliun
Sumber: farmasi
9. Chairul Tanjung
Kekayaan: US$ 3,6 miliar atau Rp 50,7 triliun
Sumber: divesifikasi
10. Jogi Hendra Armadja
Kekayaan: US$ 3 miliar atau Rp 42,2 triliun
Sumber: barang konsumsi
11. Bachtiar Karim
Kekayaan: US$ 2,6 miliar atau Rp 36,4 triliun
Sumber: sawit
12. Mochtar Riady
Kekayaan: US$ 2,1 miliar atau Rp 29,4 triliun
Sumber: divesifikasi
13. Martua Sitorus
Kekayaan: US$ 2 miliar atau Rp 28 triliun
Sumber: perkebunan kelapa sawit
14. Putera Sampoerna
Kekayaan: US$ 1,8 miliar atau Rp 25,1 triliun
Sumber: investasi
15. Kuncoro Wibowo
Kekayaan US$ 1,7 miliar atau Rp 23,7 triliun
Sumber: retail
16. Peter Sondakh
Kekayaan: US$ 1,65 miliar atau Rp 23 triliun
Sumber: investasi
17. Garibaldi Thohir
Kekayaan: US$ 1,6 miliar atau Rp 22,3 triliun
Sumber: tambang batu bara
18. Theodore Rachmat
Kekayaan: US$ 1,55 miliar atau Rp 21,6 triliun
Sumber: divesifikasi
19. Husain Djojonegoro
Kekayaan: US$ 1,53 miliar atau Rp 21,4 triliun
Sumber: barang konsumsi
20. Djoko Susanto
Kekayaan: US$ 1,5 miliar atau Rp 21 triliun
Sumber: supermarket
21. Alexander Tedja
Kekayaan: US$ 1,45 miliar atau Rp 20,2 triliun
Sumber: real estate
22. Sukanto Tanoto
Kekayaan: US$ 1,4 miliar atau Rp 19,5 triliun
Sumber: divesifikasi
23. Ciliandra Fangiono
Kekayaan: US$ 1,37 miliar atau Rp 19,1 triliun
Sumber: perkebunan kelapa sawit
24. Husodo Angkosubroto
Kekayaan: US$ 1,35 miliar atau Rp 18,8 triliun.
Sumber: diversifikasi
25. Keluarga Ciputra
Kekayaan: US$ 1,3 miliar atau Rp 18,1 triliun
Sumber: real estate
26. Eddy Katuari
Kekayaan: US$ 1,25 miliar atau Rp 17,4 triliun
Sumber: Barang konsumsi
27. Winarko Sulistyo
Kekayaan: US$ 1,2 miliar atau Rp 1,67 triliun
Sumber: pulp and paper
28. Low Tuck Kwong
Kekayaan: US$ 1,17 miliar atau Rp 16,3 triliun
Sumber: tambang batu bara
29. Murdaya Poo
Kekayaan: US$ 1,15 miliar atau Rp 16 triliun
Sumber: diversifikasi
30. Irwan Hidayat
Kekayaan: US$ 1,1 miliar atau Rp 15,3 triliun
Sumber: obat herbal atau jamu
31. Kardja Rahardjo
Kekayaan: US$ 1,02 miliar atau Rp 14,2 triliun
Sumber: ekspedisi
32. Hary Tanoesoedibjo
Kekayaan: US$1 miliar atau Rp 14 triliun
Sumber: media
33. Sjamsul Nursalim
Kekayaan: US$ 990 juta atau Rp 13,9 triliun
Sumber: retail, ban
34. Donald Sihombing
Kekayaan: US$ 970 juta atau Rp 13,5 triliun
Sumber: konstruksi
35. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono
Kekayaan: US$ 960 juta atau Rp 13,4 triliun
Sumber: perkebunan kelapa sawit, tambang nikel
36. Sabana Prawirawijaya
Kekayaan: US$ 915 juta atau Rp 12,8 triliun
Sumber: minuman
37. Osbert Lyman
Kekayaan: US$ 865 juta atau Rp 12,1 triliun
Sumber: real estate
38. Kusnan dan Rusdi Kirana
Kekayaan: US$ 835 juta atau Rp 11,6 triliun
Sumber: maskapai penerbangan
39. Harjo Sutanto
Kekayaan: US$ 810 juta atau Rp 11,3 triliun
Sumber: barang konsumsi
40. Hashim Djojohadikusumo
Kekayaan: US$ 800 juta atau Rp 11 triliun
Sumber: diversifikasi
41. Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Kekayaan: US$ 780 juta atau Rp 10,9 triliun
Sumber: media dan teknologi
42. Sudhamek
Kekayaan: US$ 745 juta atau Rp 10,4 triliun
Sumber: makanan dan minuman ringan
43. Soegiarto Adikoesoemo
Kekayaan: US$ 730 juta atau Rp 10,2 triliun
Sumber: kimia
44. Aksa Mahmud
Kekayaan: US$ 710 juta atau Rp 9,9 triliun
Sumber:
45. Arifin Panigoro
Kekayaan: US$ 670 juta atau Rp 9,3 triliun
Sumber: semen
46. Hamami
Kekayaan: US$ 660 juta atau Rp 9,2 triliun
Sumber: alat berat
47. Edwin Soeryadjaya
Kekayaan: US$ 635 juta atau Rp 8,88 triliun
Sumber: tambang batu bara, investasi
48. Kartini Muljadi
Kekayaan: US$ 630 juta atau Rp 8,8 triliun
Sumber: farmasi
49. Arini Subianto
Kekayaan: US$ 600 juta atau Rp 8,3 triliun
Sumber: tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit
50. Iwan Lukminto
Kekayaan: US$ 585 juta atau Rp 8 triliun
Sumber: tekstil.(*)