TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kekerasan terhadap anak di Indonesia menjadi salah satu masalah yang mendapat perhatian khusus di Indonesia karena angkanya yang semakin meningkat dan kondisi anak yang rentan.
LPSK mencatat ada peningkatan kasus kekerasan seksual pada anak yang terjadi sejak 2016 dengan 25 kasus, lalu meningkat pada 2017 menjadi 81 kasus, dan puncaknya pada 2018 menjadi 206 kasus.
Anak termasuk kelompok usia yang paling rentan terhadap kekerasan.
Kenaikan juga terjadi pada permohonan perlindungan dan bantuan hukum tindak pidana kekerasan seksual pada anak.
Pada 2016, ada 35 korban, lalu meningkat pada 2017 sejumlah 70 korban, dan sebanyak 149 korban pada 2018.
Anak yang rentan menjadi korban kekerasan diantaranya adalah anak usia PAUD/TK.
Seperti yang terjadi di sebuah TK internasional di Jakarta, juga di Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.
Siswa PAUD berusia empat tahun di Kecamatan Wates menjadi korban penganiayaan brutal kakak kelasnya.
Akibatnya ia terluka di seluruh bagian wajah dan kepala dengan cukup parah.
Penganiayaan terjadi saat bocah PAUD pamit keluar kelas untuk buang air kecil di kamar mandi.
Di saat bersamaan ada kakak kelasnya yang juga hendak ke kamar mandi yang sama.
Diduga karena saling berebut, bocah malang itu dihajar habis-habisan di kamar mandi.
Untuk mencegah bertambahnya kasus kekerasan terhadap anak, Pimpinan Pusat Aisyiyah telah mencanangkan Gerakan Cinta Anak (GACA) pada tahun 2016.
Sebagai sebuah gerakan, GACA bersifat lintas majelis di setiap level Pimpinan Aisyiyah mulai Pusat hingga Ranting.
Namun sayangnya, GACA belum secara maksimal dan massif bergaung hingga ke tingkat daerah di seluruh Indonesia. Belum banyak kegiatan GACA dipahami oleh Pimpinan Aisyiyah.
Termasuk Majelis Kesejahteraan Sosial sebagai leading sector program GACA. Sinergi lintas majelis dalam menggerakkan GACA juga belum optimal.
Salah satu wujud kegiatan GACA sinergi lintas majelis antara Majelis Kesejahteraan Sosial dengan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) adalah Sekolah Cinta Anak (SCA).
Konsep dasar indikator Sekolah Cinta Anak telah disusun oleh Majelis Kesos, namun belum tergambarkan operasionalnya di tingkat Sekolah yang dimiliki Aisyiyah, khususnya Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Atfal (TK ABA).
Untuk itu diperlukan pembahasan bersama antara Majelis Dikdasmen dan Majelis Kesos agar TK ABA se-Indonesia memiliki panduan yang jelas dalam menerapkan Sekolah Cinta Anak.
Terlebih pada tahun ini TK ABA sedang memperingati 100 tahun kelahirannya.
Suatu momen yang tepat untuk menjadikan Sekolah TK tertua di Indonesia menjadi Sekolah yang mewujudkan nilai-nilai Cinta Anak.
Oleh karena itu diperlukan pelatihan Training of Trainer (TOT) relawan GACA secara lebih intensif dan Workshop perlindungan social sebagai sala satu tindakan preventif/kekerasan terhadap anak.
Agar dapat menjangkau sampai ke tingkat daerah dan dapat diteruskan hingga ke Cabang dan Ranting.
Penyelenggaraan TOT di level regional dipandang sebagai salah satu
cara yang tepat untuk menggerakkannya.
"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pelatih relawan GACA dan perlindungan sosial anak dan penyandang dissabilitas di tingkat daerah," ucap Ketua Panitia GACA, Sri Roviana MA, Kamis (28/11/2019).
"Kemudian merumuskan indikator Sekolah Cinta Anak dan Panti Asuhan Cinta Anak secara teknis hingga merumuskan indikator monitoring perlindungan sosial," ucapnya lagi.
Kegiatan GACA bakal dilaksanakan selama tiga hari mulai 29 November sampai 1 Desember 2019 bertempat di Gedung Serba Guna Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan, Jl Jenderal M Yusuf 93, Makassar.
Dalam kegiatan ini, akan dilaksanakan tiga agenda berbeda-beda.
Pertama adalah Training of Trainer relawan Gerakan Aisyiyah Cinta Anak, Workshop indikator Sekolah Cinta Anak.
Kemudian Panti Asuhan Cinta Anak dan Workshop indikator perlindungan sosial pada kelompok masyarakat marginal, perempuanlansia, dan penyandang dissabilitas.
"Peserta kegiatan ini yang diundang adalah perwakilan Majelis Kesejahteraan Sosial dan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah," imbuhnya.
Diantaranya adalah Aisyiyah se-regional Indonesia Timur seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @wahyususanto_21
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: