Ada 8 Jenderal yang akan Diculik dalam Peristiwa G30S/PKI,Siapa Brigjen Ahmad Sukendro yang Selamat?

Editor: Anita Kusuma Wardana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ada 8 Jenderal yang akan Diculik dalam Peristiwa G30S/PKI,Siapa Brigjen Ahmad Sukendro yang Selamat?

TRIBUN-TIMUR.COM-Hingga kini masih banyak tudingan yang menyebut Partai Komunis Indonesia (PKI) berada di balik peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965 atau kini dikenal dengan nama Gerakan 30S atau G30S.

Kabarnya PKI pun merencanakan penculikan terhadap delapan jenderal.

Namun faktanya Ahmad Yani Nasution atau AH Nasution lolos dari penculikan tersebut. 

Jenderal AH Nasution selamat, namun putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean, menjadi korban penculikan PKI.

Jadwal Terbaru Rekrutmen CPNS 2019, Pendaftaran November 2019, Seleksi Kompetensi Dasar Januari 2020

Dalam pertemuan terakhir operasi penculikan Dewan Jenderal di rumah Sjam Kamaruzzaman, di Salemba Tengah, pada Hari-H, 30 September 1965, ternyata ditaklimatkan nama delapan jenderal yang akan dijemput.

Tentara tampak menembakkan senjata untuk memburu pasukan yang terlibat dalam G30S di Jakarta ( 2 Oktober 1965, (Getty Images via bbc)

Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Soewondo Parman, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Brigjen Donald Izacus Pandjaitan, Brigjen Soetojo Siswomihardjo, dan Brigjen Ahmad Soekendro.

Siapa Brigjen Ahmad Sukendro dan mengapa ia selamat dari penculikan?

Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto Juara Korea Open 2019, Ini Profilnya, Jalannya Pertandingan

Achmad Sukendro dilahirkan di Banyumas tahun 1923.

Seperti banyak anak muda seusianya, di zaman Jepang, ia memilih mendaftar menjadi anggota PETA.

Saat revolusi, Sukendro bergabung dengan Divisi Siliwangi. Nasution yang ‘menemukannya’ segera tahu dia bukan perwira biasa.

Cara berpikir dan kemampuan analisa Sukendro di atas rata-rata perwira lainnya.

Karena itu saat Nasution menjadi KSAD, ia menarik Sukendro sebagai Asintel I KSAD. Nyatanya, Sukendro tak mengecewakan.

Pada 1957, saat perwira-perwira daerah resah dengan kebijakan Jakarta dan berniat menuntut opsi otonomi, Sukendro – tentunya atas perintah Nasution – menggelar operasi intelijen.

Orang-orangnya masuk ke daerah dan menginfiltrasi pola pikir para perwira di daerah.

Hasilnya, saat suasana memuncak, praktis hanya komandan di Sumatra (PRRI) dan Sulut (Permesta) yang menyatakan diri berpisah dari Indonesia.

Halaman
123

Berita Terkini