Prakata dan Latar Belakang M Dahlan Abubakar Tulis Buku Legenda PSM Makassar: Ramang Macan Bola (1)

Editor: Arif Fuddin Usman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prakata dan Latar Belakang M Dahlan Abubakar Tulis Buku Legenda PSM Makassar: RAMANG Macan Bola (1)

TRIBUN-TIMUR.COM - Jurnalis senior dari Sulsel, M Dahlan Abubakar akhirnya menuliskan buku tentang sejarah legenda sepkabola PSM Makassar Ramang tahun 2010. Lalu mengapa M Dahlan memilih sosok Ramang?

Ramang tokoh antagonis. Nama populer, tetapi penghargaan yang layak nyaris terlupakan pada tokoh sepakbola yang belum tergantikan ini. Namanya sampai-sampai menjadi buah bibir publik hingga kini. Meski sudah 32 tahun meninggal dunia (1987), namun sebagian orang masih menganggapnya tua.

Toa mi Ramang’. Belum ada tokoh yang sudah lama meninggal dunia masih kerap disebut toa (tua) hanya sekadar untuk menyimbolkan seseorang mulai menurun prestasinya dalam suatu cabang olahraga tertentu.

Baca: Ini Daftar 20 Pemain PSM Makassar Hadapi Home United di Babak Penyisihan Grup H Piala AFC 2019

Baca: Soal Dugaan Mafia Pengaturan Skor di Liga 1, Robert Alberts Sebut PSM Makassar Seharusnya Juara

Niat saya menulis kisah si Macan Bola ini bermula tahun 2000. Ketika itu, penulis menerima sebuah buku yang merupakan kado ulang tahun ke-70 Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Di dalam buku itu penulis menemukan kisah mengenai Ramang yang sangat menarik. Bagaimana dia mulai masuk dalam squad nasional.

Informasi itu penulis anggap belum banyak diketahui orang, di tengah nama kesebelasan Persatuan Sepakbola Makassar (PSM) yang pernah dia lambungkan namanya kini kadang menggunakan ikon Pasukan Ramang.

Buku Ramang Macan Bola yang ditulis oleh Dahlan Abubakar. Buku ini mengupas banyak hal tentang legenda sepakbola Sulsel, Ramang. (Tribun Timur/Dika)

Sepuluh tahun lamanya gagasan ini tenggelam bagaikan ditelan waktu dan oleh kesibukan menulis buku-buku yang lain. Suatu hari seorang teman di KONI Sulawesi Selatan menginformasikan rencananya menulis kisah sosok pahlawan sepakbola ini.

Penulis katakan, ’Saya sudah memiliki banyak bahan untuk menghadirkan sebuah buku yang bertutur mengenai Ramang’. Bahkan, sebagian data itu pernah diminta oleh seorang teman. Tentu penulis menolak memberikannya.

Sastrawan Toha Mochtar

Penulis pun mulai menghimpun kembali data yang berserakan di laptop dan juga buku. Berselancar di dunia maya dengan men-searching di internet. Data di dunia maya itu memang banyak, tetapi informasi masa lalu Ramang rata-rata hampir sama. Kisah awal Ramang dan reputasinya sebagai pemain nasional dituturkan nyaris sama.

Saya tidak menemukan di dalam tulisan yang bertebaran di internet, kisah-kisah mereka yang pernah menyaksikan Ramang beraksi di lapangan hijau. Juga komentar mereka yang sempat bermain bersama dengan ‘mesin gol dari Makassar’ ini.

Baca: Terlalu Vokal Soal Pengaturan Skor, Mantan Pelatih PSM Makassar Robert Alberts Mengaku Dihukum PSSI

Baca: Satgas Antimafia Bola Getol Bongkar Pengaturan Skor, Robert: Bagus Sekali! CEO PSM Serahkan ke PSSI

Beruntung, ada satu tulisan penyair dan sastrawan Toha Mochtar yang dikutip sebuah buku untuk SMP menjadikan kisah mengenai Ramang sebagai contoh bahan bacaan dan latihan penulisan buat para murid. Naskah ini cukup memberi makna akan kebesaran seorang Ramang.

Pekerjaan selanjutnya yang penulis lakukan adalah mencoba menginventarisasi nama-nama yang diperkirakan tahu banyak mengenai Ramang. Yang sudah pasti, ketiga anak laki-laki almarhum merupakan narasumber pertama.

Penulis bertemu dengan Anwar, anak ketiga Ramang di suatu warung kopi di hari minggu. Pertemuan ini meyakinkan penulis bahwa ‘proyek mandiri’ menulis dan menghadirkan buku seorang tokoh besar di lapangan hijau sudah tidak dapat dibendung lagi. Harus jalan dan jalan terus sampai buku itu terwujud.

Penulis Biografi Ramang Si Macan Bola, M Dahlan Abubakar saat menyerahkan naskah bukunya untuk dimuat bersambung di Tribun Timur edisi cetak Tribun Timur, Kamis (1/1/2015) menyambut 100 Tahun PSM Makassar (dok tribun-Timur)

Selain meminta komentar mengenai ayahnya, Anwar yang sama-sama dengan penulis menunaikan ibadah haji tahun 1992, juga penulis minta menyebut kira-kira siapa tokoh yang dekat dengan almarhum. Hubungan kedekatan dengan Anwar memudahkan penulis juga mengajaknya ke Sumpang Binangae, Kabupaten Barru, 20 Juni 2010.

Dalam menghimpun data, penulis menggunakan cara kerja jurnalis dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview). Jika mengacu kepada jurnalisme, penulis menggunakan teknik investigative dan indepth reporting.

Penggalian informasi melalui wawancarai sangat menentukan intensitas informasi yang diperoleh. Informasi yang menarik terus di-explore untuk menemukan kedalaman data. Dari sumber tertentu penulis mencari tahu lagi, siapa gerangan yang mengetahui mengenai tentang sang tokoh utama dalam kisah ini. Begitu pun pada tokoh-tokoh yang kemudian penulis temui.

Anwar Ramang

Anwar, bersedia menemani penulis mengunjungi Sumpang Binangae, Barru, tempat Ramang memulai aktivitas sepakbola sebagai anak desa. Kisah dari Barru pada tanggal 20 Juni 2010 cukup memerkaya warna isi buku ini.

Penulis diperkenalkan dengan satu-satunya sosok yang pernah satu sekolah dengan Ramang meski beda kelas. Moh.Arsyad duduk di kelas 2 Sumpang Binangae, ketika Ramang duduk di kelas 5. Meski beda beberapa tahun, Arsyad termasuk saksi mata aktivitas sepakbola Ramang pada usia remajanya.

Baca: Begini Skema yang Akan Dipakai Pelatih PSM Makassar Darije Kalezic? Masihkah Taktik Robert Alberts?

Baca: Begini Skema yang Akan Dipakai Pelatih PSM Makassar Darije Kalezic? Masihkah Taktik Robert Alberts?

Selepas mewawancarai beberapa orang di Barru, penulis mengarahkan perhatian pada beberapa nama yang disebut-sebut oleh Anwar. Yopie Lumoindong pun giliran penulis wawancarai di suatu mall pada sore hari, setelah bertemu Anwar pada siang hari di warung kopi.

Pertemuan dengan Yopie membekali penulis dengan beberapa nama yang sama sekali penulis tidak ketahui sebelumnya. Yopie merekomendasikan dua pemain sepakbola PSM dari warga keturunan, Keng Wie (Rahmat Jaya) dan Piktio (Budi Widjaya).

Dari kedua sosok ini penulis memeroleh banyak informasi pada masa mereka berinteraksi dengan Ramang. Mewawancarai keduanya memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis untuk mewujudkan buku ini. Informasi yang mereka berikan, betul-betul belum pernah penulis ketahui sebelumnya. Apalagi, di antara keduanya pernah bermain bareng dengan Ramang.

Penulis, Dahlan Abu Bakar memperlihatkan salah satu sampul buku Ramang Macan Bola di sela-sela diklat jurnalistik identitas, Sabtu (12/3/2011). Buku ini mengulas tentang kisah hidup legenda sepakbola Sulsel, Ramang. (Tribun Timur/Amir PR)

Dari Piktio khususnya, penulis merenggut informasi tambahan mengenai persepakbolaan Makassar era 1920-an di kalangan komunitas warga China. Bahkan, Piktio masih menyimpan selembar foto yang sangat bersejarah, foto tahun 1910.

Misteri Ramang sebagai pemain bola memang sudah banyak yang terkuak. Tetapi, ada beberapa sisi yang masih kelam selama ini dari sosok pemain legendaris ini, yakni bagaimana latihan yang dia lakukan untuk mencapai prestasi sebagai pemain legendaris.

Dari rentetan wawancara dengan sejumlah narasumber, penulis berhasil memperoleh kiat-kiat latihan yang dilakukan Ramang, yang ternyata tidak pernah dilakukan oleh pelatih mana pun setelah dirinya.

Cara Melatih

Cara melatih Ramang pun tidak lazim. Inilah yang melengkapi sosok Ramang sebagai seorang pemain legendaris yang oleh banyak orang dalam waktu satu abad, sejak dia meninggal akan belum tergantikan.

Untuk melengkapi informasi mengenai Ramang, suatu hari penulis pernah bertandang ke Kantor PSSI di Gelora Bung Karno. Mungkin karena pejabat Humas PSSI sedang tidak masuk kantor – karena kesibukan sepakbola nasional sedang kosong di stadion besar itu – penulis pun gagal memperoleh informasi. Janji untuk kembali lagi keesokan hari penulis batalkan. Penulis berpikir, data yang ada di buku 70 Tahun PSSI itu sudah cukup mendukung isi buku ini.

Penulis harus mengucapkan banyak terima kasih kepada banyak orang, tanpa mereka mustahil buku ini hadir di tangan pembaca. Paling awal, ucapan terima kasih ini penulis alamatkan ke sahabat penulis Anwar Ramang dan Bapak, Rauf Ramang, dua putra mendiang Ramang yang banyak membantu penulis memberikan informasi mengenai kiprah ayahnya.

Baca: The Maczman Dari Berbagai Daerah di Indonesia Dukung Langsung PSM Makassar di Singapura

Baca: Laga Bertepatan Pencoblosan Pemilu 2019, AFC tak Ubah Jadwal PSM Makassar

Begitu pun kepada narasumber lain, Dony Pattinasarani, M Basri, Yopie Lumoindong, Keng Wie (Rahmat Jaya), Piktio (Budi Wijaya), Piktio (Budi Wijaya), Syamsuddin Umar, Najib Latandang, Saleh Ramadaud, Thalib, Abdul Aziz Mattimu, Abdul Kadir Buloto, M Arsyad, Aminullah Arsyad, Jacob Marala, Abbas Ninring, Hasan, Tjondo Junus, Andi Marzuki Wadeng, Ambas Syam, Piet Heriyadi Sanggelorang, Dien Monoarfa, H Dg Jarre, Galamedia Bandung, Muhammad Dali Amiruddin, dan sebagainya.

Ada beberapa nama yang tercantum di buku ini, tetapi penulis tidak mewawancarainya, yakni Harry Tjong, Maulwy Saelan, Nus Pattinasarani, Rasyid Dahlan, Suwardi Arlan, dan Ronny Pattinasarani.

Setelah naskah ini rampung, ucapan terima kasih penulis alamatkan pada Bapak Dr Andi Alifian Mallarangeng, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Kabinet Indonesia Bersatu II. Beliau menyediakan diri memberi pengantar pada buku ini dan bantuan lainnya.

Pemain Legendaris PSM Makassar Ramanng (internet)

Sosok yang layak menerima penghargaan terima kasih di balik kesediaan Menegpora adalah adinda Prof Dr H Amran Razak SE MKes, salah seorang staf Ahli Menegpora. Tanpa beliau penulis sulit membayangkan bagaimana memperoleh pengantar dari seorang menteri.

Pilihan Anto – panggilan akrab Alifian Mallarangeng – karena memang selain olahraga di bawah kompetensi dan pekerjaannya, juga sebagai orang yang secara emosional memiliki hubungan yang karib dengan Ramang Prof Dr Faisal Abdullah SH MH juga ikut mempermulus urusan yang satu ini.

Persembahan Buku

Kepada Bapak Ir Ilham Arief Sirajuddin MM penulis pun menyampaikan terima kasih. Sebagai ‘pemilik’ kota, homebase PSM, kesebelasan yang membuat Ramang begitu sangat dikenal dan dikenang, penulis menyampaikan penghargaan atas kesediaannya mengantar buku ini dengan kalam sekapur sirihnya.

Terakhir, kepada istri, Hj Hana Abubakar AMK, kedua anak penulis Haryadi SSos, Haryati SE, yang dalam kondisi tertentu sering menciptakan suasana yang kondusif ketika penulis berkutat menyusun buku ini.

Baca: Ini Harapan Ferdinand Sinaga Jelang Laga PSM Makassar Lawan Home United

Baca: Amido Balde Pimpin Top Skor di Piala Indonesia, Geser Winger PSM Makassar

Begitu pun kepada kedua cucu penulis, Muhammad Syahrizal dan Sitti Syahriana, kerap memberi warna lain di saat-saat penulis mencoba merangkai kata-kata menghadirkan buku ini. Cucu ketiga penulis, Saphiza Alifia Achmad, yang lahir tepat 10 September 2010, yang mulai tahu ‘bergosip’ yang kadang-kadang mampu menghentikan akvititas penulis mengoreksi dan mengedit naskah buku ini menjelang pracetak.

Kepada semua pihak yang mungkin saja merasa kurang nyaman selama penulis melaksanakan kegiatan berkaitan dengan penerbitan buku ini, penulis mohon maaf. Kepada masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat pecinta sepakbola, dan sangat lebih khusus lagi pendukung berat PSM, penulis persembahkan buku ini. Khusus kepada sekolah-sekolah dengan seluruh tingkatannya, penulis mendambakan dapat memanfaatkan buku ini sebagai bahan bacaan.

Mudah-mudahan; RAMANG, Si Macan Bola’ ini akan menjadi nisan bagi setiap orang untuk mengenangnya. Menjadi nisan bagi mereka yang hendak meniru prestasi. Debut, dan kepopulerannya. Insya Allah

Ramang, merupakan tokoh sentral kesebelasan PSM antara tahun 1957 hingga 1968. Dia tidak saja berkiprah di kesebelasan lokal Makassar, tetapi menjadi salah satu bintang yang ikut mengharumkan nama Indonesia di percaturan sepakbola internasional, seperti Olimpiade Melbourne tahun 1956, saat kesebelasan nasional Indonesia berhasil menahan Uni Soviet 0-0 pada pertandingan pertama.

Menpora Roy Suryo menyerahkan bingkisan kepada Anwar Ramang saat Roy mengunjungi rumah putra legenda bola Indonesia, Ramang, di Makassar, beberapa waktu lalu. ()

Misteri Ramang sebagai pemain bola memang sudah banyak yang terkuak. Tetapi, ada beberapa sisi yang masih kelam selama ini dari sosok pemain legendaris ini, yakni bagaimana latihan yang dia lakukan untuk mencapai prestasi sebagai pemain legendaris.

Dari rentetan wawancara dengan sejumlah narasumber, penulis berhasil memperoleh kiat-kiat latihan yang dilakukan Ramang, yang ternyata tidak pernah dilakukan oleh pelatih mana pun setelah dirinya. Cara melatih Ramang pun tidak lazim. Inilah yang melengkapi Ramang sebagai seorang pemain legendaris yang oleh banyak orang dalam waktu satu abad, sejak dia meninggal belum tergantikan.

Untuk melengkapi informasi mengenai Ramang, suatu hari penulis pernah bertandang ke Kantor PSSI di Gelora Bung Karno. Mungkin karena pejabat Humas PSSI sedang tidak masuk kantor – karena kesibukan sepakbola nasional sedang kosong di stadion besar itu – penulis pun gagal memperoleh informasi. Janji untuk kembali lagi keesokan hari penulis batalkan. Penulis berpikir, data yang ada di buku 70 Tahun PSSI itu sudah cukup mendukung isi buku ini. (*)

Oleh: M Dahlan Abubakar

Berita Terkini