Terkait Pemberitaan, Ini Saran Dosen Komunikasi UIN kepada Pemkot Makassar

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Imam Wahyudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seminar Hubungan Media dan Pemerintah Tahun Anggaran 2018, yang digelar Bagian Humas Pemkot Makassar di Hotel Golden Tulip, Senin (12/11/2018).

Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dosen Komunikasi UIN Alauddin dan pengamat politik, Firdaus Muhammad meminta Pemkot Makassar tidak menganaktirikan media tertentu yang dianggap berseberangan dengan Pemkot Makassar.

Hal ini disampaikan Firdaus Muhammad pada acara Seminar Hubungan Media dan Pemerintah Tahun Anggaran 2018, yang digelar Bagian Humas Pemkot Makassar di Hotel Golden Tulip, Senin (12/11/2018).

Menurut Firdaus, membeda-bedakan media harus dihindari Pemkot Makassar, karena media dapat menggiring opini masyarakat.

"Tidak boleh ada media yang dianaktirikan, kesannya berhadap-hadapan. Semua media harus opened, meskipun kadang framing mereka sedikit merugikan. Karena mereka kan punya pembaca, bisa saja mereka menyebar kabar yang memunculkan opini masyarakat. Untuk itu harus tetap membangun hubungan baik," kata Firdaus.

Ia juga meminta jajaran SKPD atau Pemkot Makassar tidak resah jika ada media yang memberitakan terkait kekurang di Kota Makassar, atau kinerja yang dianggap buruk.

"Media menempatkan posisinya bahwa masyarakat harus tahu. Ada dua yang bisa dilakukan dalam pemberitan mereka yakni framing dan agenda setting," bebernya.

Menurut Firdaus, terkadang ada pihak yang resah jika media memberitakan sesuatu yang buruk, khususnya terkait fasilitas atau sarana dan prasarana.

"Framing itu pembingkaian, tidak salah wartawan mengambil pemberitan got yang kumuh atau WC yang buruk. Wartawan punya fungsi kontrol ketika memberitakan got yang kotor, itu tak bisa dilarang dan dibendung, karena dari berita itu pemerintah akan fokus nantinya," kata dia menambahkan.

"Tentunya tidak bisa ketika ruangannya wali kota atau kepala dinas bersih dan wangi, tapi ada WC yang kotor. Itu boleh-boleh saja diberitakan, itu naluri kewartawanan. Ini soal framing wartawan," sambung dia.

Ia juga mengingatkan kepada wartawan atau media untuk tidak membuat berita untuk kepentingan tertentu.

"Media juga punya agenda setting. Wartawan dalam hal ini tak boleh menggiring opini, tapi hanya memberitakan sebenarnya. Tapi kadang-kadang ada yang dibesarkan dan dikecilkan. Peristiwa besar dikecilkan dan sebaliknya, ini harus dihindari," pungkasnya. 

Berita Terkini