MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Mahasiswa Universitas Tadulako, Palu, bisa melanjutkan perkluliahannya di Makassar.
Ada dua kampus yang bisa ditempati melanjutkan kuliah selama dua semester, yakni, Universitas Hasanuddin dan Unversitas Negeri Makassar (UNM).
Program perkuliahan ini dinamai sit in. Mahasiswa Untad dipersilakan mengikuti perkuliahan di Unhas dan UNM agar proses belajar mereka tidak terganggu oleh bencana alam gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah.
Direktur Komunikasi Unhas, Suharman Hamzah, menjelaskan, mahasiswa asal Palu, khususnya asal Untad dapat kuliah sementara di Universitas Hasanuddin, atau menjalani proses akademik yang disebut sit in.
Hal ini berarti, mahasiswa tersebut tetap berstatus sebagai mahasiswa kampus asal (Untad), namun akan menjalani proses belajar mengajar di Unhas.
“Kita mengalokasikan waktu selama maksimal dua semester. Dengan asumsi pada masa itu proses pemulihan situasi di kampus asalnya sudah rampung dan mereka dapat kembali kuliah ke kampus asalnya,” kata Suharman.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Muhammad Restu MP menjelaskan, dalam sistem sit in, kewenangan memberikan nilai tetap berada pada universitas asal.
“Jadi, setelah menjalani perkuliahan di Unhas, nilai mahasiwa untuk mata kuliah yang dia ikuti di Unhas akan diberikan oleh kampus asalnya,” kata Prof Restu.
Selain faktor nilai, Unhas juga perlu melakukan persiapan dengan fakultas dan prodi mengenai kesiapan kelas dan kemampuan daya tampung.
“Saya akan melakukan rapat koordinasi dengan pimpinan fakultas untuk membahas hal ini. Kita perkirakan ada banyak mahasiswa asal Palu yang sekarang berada di Makassar. Kita perlu mengetahui berapa besar daya tampung tambahan untuk sit in di setiap prodi,” jelas Prof Restu.
Prosedur Sebelum Perkuliahan
Bagi mahasiswa asal Palu yang akan mengikuti kuliah sementara di Unhas dan UNM adalah, mahasiswa tersebut pertama-tama harus melaporkan diri dulu ke kampus asalnya (Untad).
Setelah itu, kampus asalnya akan mengirimkan nama-nama mahasiswa tersebut ke Unhas untuk ditempatkan di kelas-kelas yang relevan sesuai program studi mahasiswa tersebut.
“Jadi, mekanismenya adalah satu pintu, lembaga dengan lembaga. Jika mahasiswa ini sudah terlanjur berada di Makassar, silakan menghubungi dulu di kampus asalnya. Kita paham bahwa ini adalah situasi darurat, namun kebutuhan terhadap proses belajar-mengajar berbeda dengan kebutuhan terhadap makanan dan obat-obatan. Kuliah bagi mahasiswa korban bencana dapat ditunda satu atau dua minggu. Lagi pula, mahasiswa korban bencana perlu menangkan diri dari trauma yang dialaminya,” lanjut Suharman.(*/tribun-timur.com)