Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Pemuda dari Moncongloe, Maros, Hasanuddin menyatakan maju bertarung perebutkan jabatan Kepala Desa Moncongloe, pada Pilkades serentak.
Hasan siap bertarung dengan Cakades lainnya, tanpa harus black campaign atau menjelek-jelekkan lawan. Hasan memiliki cara lain yang dinilai paling efektif untuk mengambil hati warga.
Cara yang dimaksud, yakni gencarkan sosialisasi dan menyampaikan lima program andalannya kepada warga. Setiap kali sosialisasi, Hasan hanya fokus pada programnya.
Dia tidak menyebut identitas para rivalnya. Pasalnya, jika rival dijelekkan, warga sudah pasti akan menilai. Hal tersebut membuat warga, akan memilih Cakades lain.
"Kita tidak boleh saling menjelekkan. Saya minta supaya para Cakades berkompentisi dengan sehat. Warga sudah cerdas menentukan pilihannya," kata Hasan, Kamis (20/9/2018).
Hasanuddin mengusung lima program andalan yakni, peningkatan SDM dan pemanfaatan SDA, peningkatan sektor pertanian dan peternakan, pemberian bantuan tepat sasaran.
Selain itu, Hasan juga berjanji akan melakukan peningkatan kapasitas sarana dan prasarana olahraga, kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan usaha kreatif.
Ketua Forum Pemuda Moncongloe tersebut, menilai membangun desa bukan hal yang mudah. Kerjasama antara pemimpin dan warga harus terjalin dengan baik.
"Membangun desa itu, harus disertai dengan konsep yang baik dan ide briliaan. Konsep dan ide itu, harus muncul dari warga, khususnya organisasi yang ada di desa," katanya.
Selama ini pembangunan desa hanya bertumpu pada aspek infrasturuktur jalan saja. Padahal, Pemerintah desa harus berfikir cara pengembangan SDM.
Hasanuddin bertekat ingin bertarung sebagai Cakades, untuk menjawab keraguan warga, bahwa anak muda tidak bisa Kades.
"Perspektif anak muda tidak bisa menjadi Cakades yang selama ini terbangun di dalam masyarakat. Hal itu, juga menjadi benalu di kalangan generasi muda. Saya mau buktikan, hal itu keliru," katanya.
Hasan ingin membuktikan, pemuda juga layak diberi kesempatan jadi Kades. Selama ini, pemimpin desa menghilangkan sifat kegotongroyongan dan musyawarah.
Jika warga berikan kepercayaan, Hasan akan berupaya mewujudkan konsep desa yang berkarakter budaya sipakatau sipakalebbi dan sipakainga.
Tapi hal tersebut tetap harus disertai dengan nuansa desa modern dan berpendidikan.
"Untuk mewujudkan rencana tersebut dibutuhkan visi dan misi yang jelas. Visi yang saya bangun, memberikan pelayanan maksimal bagi warga tanpa harus melihat golongan," katanya. (*)