TRIBUN-TIMUR.COM - Sebuah video yang memperlihatkan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin memberikan dukungan kepada Presiden Jokowi dua periode viral di media sosial.
Dalam video tersebur, Ali Ngabalin diketahui tengah bersama para Alumni Universitas Indonesia (UI).
Video tersebut juga diunggah oleh Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean di akun Twitternya.
"Ngeri sekali pendukung @jokowi , ngakunya org berpendidikan dr UI, tapi tagline nya brutal. Lanjutkan, Lawan, Libas.
Seram sekali masa depan republik ditangan Jokowi. Maunya kelahi aja." tulis Ferdinand dalam cuitan unggahan video tersebut.
Diketahui, dalam video Ali Ngabalin yang mengenakan kemeja cokelat sedang bersama para Alumni UI.
Baca: Tertimpa Runtuhan Tembok di Rumah Kosnya, Nyawa Ni Made Yuli Widiani Tak Tertolong
Ali dan para Alumni UI mendukung Jokowi dua periode.
Mereka juga menyuarakan slogan yakni 'Lanjutkan, Lawan, Libas'.
"Saudara sebangsa setanah air dimanapun anda menyaksikan rekaman video pendek ini. Kami ini adalah alumni Universitas Indonesia, masyarakat yang amat terpelajar.
Kami tergabung dalam Komunitas Anak Bangsa for Jokowi 2 Periode. Simbol kami 'Lanjutkan, Lawan, Libas!" kata Ngabalin dalam video.
Usai meneriakkan slogan mereka, seorang wanita pun menimpali dengan berteriak "UI For Jokowi" dan diikuti oleh orang-orang di sekitarnya.
Rupanya, video berdurasi pendek tersebut langsung mendapat reaksi dari Alumni UI Lintas Generasi.
politisi Cipta Panca Laksana mengunggah postingan video pernyataan sikap dari Alumni UI Lintas Generasi melalui akun Twitter @panca66.
Para alumni tersebut meminta dengan tegas agar Ali Mochtar Ngabalin tidak menjual nama kampus UI demi kepentingan politik apapun, termasuk Pilpres 2019.
"Reaksi Alumni UI Lintas Generasi atas statemen Ngabalin yang mengatas namakan UI dan reaksi ataa ucapan Presiden Jokowi yang mengajak relawannya berani berantem" tulis Panca dalam cuitan unggahan video tersebut.
Berikut isi pernyataan Alumni UI Lintas Generasi :
"Alumni UI Lintas Generasi,
Indonesia saat ini berada dalam kondisi ketidakpastian ekonomi, beban hidup, serta gesekan sosial yang dirasakan rakyat semakin berat dari hari ke hari.
Di sisi lain, dalam Pemilu 2019 para elit politik malah sibuk melakukan manuver politik dan mengeluarkan pernyataan tidak pantas tanpa mengindahkan kondisi sosial yang ada di masyarakat.
Mencermati situasi politik yang berkembang hari ini kami, Solidaritas Alumni UI Lintas Generasi merasa prihatin dan menyatakan sikap:
1. Meminta nama Universitas Indonesia tidak digunakan oleh Ali Mochtar Ngabalin dkk untuk dijual dan tidak untuk memberikan dukungan pada pihak manapun dalam Pilpres 2019.
2. Menuntut Rektor Universitas Indonesia untuk memberikan teguran keras dan tertulis kepada Ali Mochtar Ngabalin dkk atas penggunaan nama Universitas Indonesia dalam video "Lanjutkan, Lawan, Libas" yang beredar di media sosial, yang bersifat mengadu domba anak bangsa.
3. Presiden tidak sepatutnya memprovokasi anak bangsa untuk terpecah belah dengan ucapannya "Relawan harus siap berantem," pada Sabtu (4/8/2018) di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat dalam acara temu relawan.
Karena hal itu melanggar sumpah presiden, yakni menjaga konstitusi dan dasar negara, khususnya sila ketiga Persatuan Indonesia.
4. Presiden, elit politik dan seluruh komponen bangsa semestinya fokus pada menciptakan kesejahteraan, memperbaiki perekonomian rakyat, dan menciptakan kedamaian di tengah masyarakat yang sudah 4 tahun terkoyak.
5. Mendesak DPR RI membentuk Pansus adu domba oleh presiden, mengingat ucapan tersebut tidak mencerminkan sikap seorang presiden sebegai seorang kepala negara.
Jakarta, Minggu 5 Agustus 2018," kata perwakilan alumni dalam video.
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Viral Video Ali Ngabalin Teriak ''Lanjutkan, Lawan, Libas!'', Ini Reaksi Alumni UI Lintas Generasi, http://bogor.tribunnews.com/2018/08/06/viral-video-ali-ngabalin-teriak-lanjutkan-lawan-libas-ini-reaksi-alumni-ui-lintas-generasi?page=all.
Penulis: yudhi Maulana
Editor: Vivi Febrianti