Makassar, Tribun - Mulai hari ini, Senin (1/8) anak-anak usia mulai TK di Makassar akan diimunisasi MMR, Measles, Mumps, Rubella. Gelaran ini wajib bagi setiap anak, bahkan ada sanksi administratif bila tidak dilakukan.
Ibu-ibu galau dan punya banyak pertanyaan mengenai keamanan imunisasi ini bagi anak? Yuk simak penjelasan dari dokter anak RS Siloam Makassar, dr Ilham Lie MKes SpA.
SERING terdengar isu di masyarakat bahwa MMR (measles, mumps, rubella) dapat menyebabkan autisme. Isu adanya kemungkinan hubungan antara MMR dan autism timbul pada akhir 1990-an, setelah publikasi artikel yang menyatakan ada hubungan antara virus vaksin campak dan penyakit inflamasi usus. Selain itu, ada publikasi tentang kemungkinan hubungan antara MMR, penyakit usus, dan autism.
Vaksin MMR berguna untuk mencegah measles(campak), mumps (gondong), dan rubella (campak jerman). Campak merupakan penyakit infeksi yang amat menular dengan gejala demam tinggi, batuk pilek, mata merah, dan ruam merah di kulit. Bila terserang campak, komplikasi yang mungkin timbul adalah infeksi telinga, radang paru-paru, radang otak (encephalitis) yang dapat menyebabkan kejang, tuli, dan retardasi mental pada 1-2 dari 2000 individu yang terkena. Di Indonesia pada 2011, tercatat 11.704 kasus campak, menurun 32 persen dari tahun sebelumnya karena program imunisasi.
Penyakit gondong memberikan gejala demam, sakit kepala, dan pembengkakan pada satu atau dua sisi pipi bagian belakang/rahang bawah. Komplikasi radang selaput otak (meningitis) dapat terjadi pada 4-6 dari 100 individu yang menderita gondong. Komplikasi lain adalah gangguan pendengaran yang biasanya permanen, radang buah zakar (testis) yang dapat menimbulkan risiko sterilitas (mandul). Penyakit campak jerman (rubella) menimbulkan gejala demam 2-3 hari dan bercak-bercak merah. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat berat pada janin, yang dikenal sebagai sindrom rubela congenital, bila mengenai ibu hamil terutama pada hamil muda.
Apakah imunisasi MMR menyebabkan autisme?
Tidak. Tidak ada bukti ilmiah antara imunisasi campak ataupun MMR dengan autisme. Berbagai penelitian dilakukan Amerika dan di Eropa menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara MMR dan autisme. Berbagai kajian American Academy of Pediatrics, Institute of Medicine, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyimpulkan bahwa tidak ada bukti hubungan antara imunisasi MMR dan timbulnya autisme. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga membentuk sebuah komisi yang terdiri dari peneliti independen untuk mengkaji hubungan imunisasi MMR dan autism. Hasilnya adalah tidak hubungan antara keduanya.
Bagaimana tentang publikasi yang menyatakan ada hubungan antara imunisasi MMR dan autism?
Dokter Wakefield di Inggris pada 1998 melakukan penelitian pada 12 anak yang dirujuk ke klinik karena diare atau nyeri perut. Anak-anak tersebut mempunyai riwayat perkembangan normal, tetapi mengalami regresi (kemunduran) untuk keterampilan tertentu.
Saat diperiksa, orangtua ditanyakan tentang riwayat imunisasi MMR (yang telah diberikan 9 tahun sebelumnya) dan hubungan antara imunisasi MMR dengan hilangnya keterampilan tersebut. Berdasarkan data tersebut, dengan jumlah subyek yang amat sedikit, peneliti menyatakan ada hubungan antara imunisasi MMR dan autism.
Hubungan antara keduanya didasari pada ingatan orangtua yang terjadi beberapa tahun sebelumnya, bukan berdasarkan bukti ilmiah yang obyektif. Lebih lanjut, 4 dari 12 subyek mengalami gangguan perilaku sebelum timbul gangguan saluran cerna.
Hal ini membantah teori peneliti itu sendiri yang menyatakan bahwa gangguan saluran cerna (yang disebabkan oleh MMR) akan menimbulkan autisme. Kekurangan publikasi ini adalah kesalahan seleksi subyek (terdapat gangguan saluran cerna sebelum timbul gangguan perilaku) dan tidak ada kelompok control, suatu hal yang amat penting dalam penelitian.
Dengan demikian publikasi tersebut tidak digolongkan sebagai publikasi ilmiah, melainkan suatu deskripsi ingatan orangtua dari suatu kelompok anak tertentu (bukan dari populasi anak pada umumnya) yang dirujuk ke klinik dokter tertentu.
Bagaimana penelitian penggunaan imunisasi MMR pada masyarakat luas?
Madsen, dkk melakukan penelitian di Denmark yang meliputi bayi yang lahir antara Januari 1991 sampai Desember 1999. Dari 537.303 anak yang diteliti, 440.655 di antaranya mendapat vaksin MMR. Penelitian yang dipublikasi dalam The New England Journal of Medicine pada 2002 itu menyatakan bahwa kejadian autisme ataupunautistic-spectrum disorders (ASD) pada kelompok yang mendapat MMR dan kelompok yang tidak mendapat MMR tidak berbeda alias sama.
Apakah MMR dapat menyebabkan kemunduran dalam perkembangan bicara anak?
Tidak. Imunisasi MMR tidak menyebabkan kemunduran perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat dari penelitian tentang kemunduran/ regresi perilaku atau perkembangan pada autism dan hubungannya dengan imunisasi MMR. Penelitian ini dilakukan di Amerika oleh Collaborative Programs of Excellence in Autism yang didukung oleh The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Penelitian yang dilakukan pada 12 universitas terkemuka di Amerika ini dimuat dalam Journal of Autism and Developmental Disorders pada 2006, meneliti 351 anak dengan ASD (dengan dan tanpa regresi) dan 31 anak yang khas memperlihatkan kemampuan komunikasi sosial lalu diikuti hilangnya kemampuan tersebut. Hasil penelitian tersebut adalah tidak ada bukti bahwa ada hubungan antara regresi perkembangan pada autisme dengan imunisasi MMR.
Apakah imunisasi MMR menyebabkan autisme pada anak-anak Asia?
Imunisasi MMR tidak menyebabkan autisme pada anak Asia. Honda dan kawan-kawan meneliti angka kejadian ASD pada anak berumur sampai 7 tahun di Kohoku Ward (dengan populasi sekitar 300.00 orang), suatu daerah di Yokohama, Jepang. Imunisasi MMR di Yokohama menurun drastis mulai 1988 sampai 1992. Pada 1993, imunisasi MMR dihentikan sama sekali. Namun, ternyata kerjadian kumulatif ASD pada anak sampai umur 7 tahun meningkat secara bermakna pada kelompok anak yang lahir antara tahun 1988-1996.
Peningkatan yang amat drastic terjadi pada anak yang lahir setelah 1993, yang justru tidak mendapat imunisasi MMR. Penelitian ini menyimpulkan bahwa imunisasi MMR sangat tidak mungkin menjadi penyebab ASD. Kesimpulan lain adalah penghentian imunisasi MMR pada Negara-negara yang menggunakannya tidak akan menurunkan angka kejadian autism.
Penggunaan vaksin MMR di dunia
Saat ini, diperkirakan sebanyak 500 juta dosis vaksin MMR telah digunakan di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan imunisasi MMR dengan cakupan minimal 95 persen untuk membasmi penyakit tersebut.
Jadwal imunisasi MMR
Ikatan Dokter Anak Indonesia pada tahun 2011 merekomendasikan imunisasi MMR pertama pada umur 15 bulan, yaitu 6 bulan setelah imunisasi campak. MMR dosis kedua dianjurkan diberikan pada umur antara 5 sampai 6 tahun. Tapi bisa juga, seperti yang diprogramkan pemerintah, yang pertama diusia SD/TK.
Saat vaksinasi, anak harus dalam kondisi fit? Apakah bikin demam?
Saat menerima vaksinasi, anak harus dalam kondisi sehat. Jika sedang sakit tunda dulu. Semingguan lah. Sehat langsung vaksinasi. Ada efek sampingnya, demam biasa saja,
Kesimpulan
Dari berbagai penelitian ilmiah yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan, imunisasi MMR tidak terbukti menimbulkan autisme ataupun autistic spectrum disorder. Imunisasi MMR berguna untuk mencegah penyakit campak, campak jerman, gondong, dan komplikasi yang dapat mengakibatkan kecacatan atau bahkan kematian